dimungkinkan terjadi peningkatan pengetahuan terkait dengan aspek wirausaha dengan pembelajaran secara bersama-sama.
2. Kompetensi Budidaya
Berdasarkan tabel 30, dapat dilihat bahwa persentase skor penilaian terhadap kompetensi budidaya ikan lele di Dusun Bedilan mempunyai dua
alternatif kategori yaitu pada kategori sangat tinggi dengan 14 pembudidaya 73,68 dan kategori tinggi dengan 5 pembudidaya
26,32 sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan pembudidaya termasuk dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Hal ini didukung oleh
pengalaman dan lama usaha pembudidaya ikan lele di Dusun Bedilan yang sudah sejak tahun 1995 sudah menekuni budidaya ikan lele, sehingga
berbagai metode budidaya ikan lele sudah banyak dicoba dan diterapkan dalam kegiatan pengelolaan budidaya.
Kompetensi pembudidaya ikan lele di Dusun Bedilan dalam pelaksanaan teknis budidaya sebagian besar telah sesuai dengan pendapat
Rachmatun Suyanto 1999: 39-43, dimana kompetensi yang harus dikuasai dalam budidaya ikan lele mencakup kompetensi dalam penyiapan
kolam, pengaturan air kolam, pemilihan bibit, penggunaan pakan, cara penanggulangan hama penyakit serta proses panen ikan lele yang baik dan
benar. Selain itu kelompok budidaya ikan lele di Dusun Bedilan telah mendapat pengakuan dengan diberikannya piagam pengakuan oleh
pemerintah kecamatan setempat serta piagam lain yang berskala lokal dan regional yang menandakan bahwa kompetensi budidaya pembudidaya
sudah baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi budidaya ikan lele di Dusun Bedilan sudah sangat tinggi dimana secara keseluruhan
terdapat kesamaan bahwa pembudidaya tidak menggunakan pakan tambahan limbah dan hanya menggunakan pelet sebagai pakan utama
dalam proses budidaya yang menyebabkan ikan cenderung lebih cepat besar dan jangka waktu penebaran benih hingga panen menjadi lebih
pendek.
3. Tingkat Laba Usaha Pembudidaya
Dari tabel 30, dapat dilihat bahwa persentase tingkat laba usaha pembudidaya sebagian besar termasuk dalam kategori rendah dan sangat
rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Rue dan Byars dalam Riyanti 2003: 24 serta Henry Faizal Noor 2007: 397-407,
yang mana jika faktor wirausaha baik maka tingkat laba usaha sebagai salah satu ukuran keberhasilan usaha juga akan baik.
Sebagian besar pembudidaya yang masuk dalam kategori tingkat laba usaha rendah dan sangat rendah pada umumnya mempunyai jumlah kolam
ikan lele antara 1-15 kolam. Pada dasarnya biaya yang dikeluarkan untuk mengelola kolam yang berjumlah sedikit cenderung akan lebih mahal jika
dibandingkan dengan pembudidaya ikan lele yang mempunyai kolam ikan lele cenderung lebih banyak. Disisi lain, keterlambatan pasokan benih ikan
lele menyebabkan jadwal budidaya terganggu yang tentunya berakibat pada masa panen ikan lele, masa panen yang tidak tepat dapat berakibat
pada harga ikan lele, jika terlalu banyak ikan lele yang dipanen dan
waktunya tidak tepat sedangkan jumlah produksi ikan lele di pasar sangat besar maka akan menurunkan harga yang berakibat pada pendapatan yang
akan lebih kecil dari biasanya.
4. Tingkat Laba Usaha Pembudidaya Perikanan Lele Dilihat dari