Hakikat Pendidikan Kelas 12 SMA Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti Guru

3 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti dan dapat memahami mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” Li Ji. XVI: 1

D. Pendidikan yang Baik

Setelah memahami benar akan pentingnya pendidikan untuk mengubah masyarakat dan menyempurnakan adat istiadatnya, tugas kita selanjutnya adalah bagaimana menyediakan ‘Pendidikan yang Baik’. Jika pendidikan itu penting, tetapi tidak tersedia pendidikan yang baik, sama artinya kita tidak mementingkan sesuatu yang penting. Oleh karenanya, para guru harus memahami bagaimana pendidikan yang baik itu bisa terselenggara. Di dalam kitab Liji tersurat: “Seorang yang mengerti apa yang menjadikan pendidikan berhasil dan berkembang, dan mengerti apa yang menjadikan pendidikan hancur, ia boleh menjadi guru bagi orang lain. Maka cara seorang yang bijaksana memberikan pendidikan, jelasnya demikian: Ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; ia menguatkan dan tidak menjerakan; ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian. Membimbing berjalan, tidak menyeret menumbuhkan keharmonisan; menguatkan dan tidak menjerakan, itu memberi kemudahan; dan, membukakan jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian, menjadikan orang berpikir. Menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itu pendidikan yang baik”. “Hukum di dalam Da Xue: mencegah sebelum sesuatu timbul, itulah dinamai memberi kemudahan Yu; yang wajib dan diperkenankan, itulah dinamai cocok waktu Shi; yang tidak bertentangan dengan ketentuan yang diberikan, itulah dinamai selaras keadaan Sun; saling memperhatikan demi kebaikan itulah dinamai saling menggosok Mo. Empat hal inilah yang perlu diikuti demi berhasil dan berkembangnya pendidikan Si Xing”. “Setelah permasalahan timbul baharu diadakan larangan, akan mendatangkan perlawanan, itu akan menyebabkan ketidakberhasilan Bu Sheng. Setelah lewat waktu baharu memberi pelajaran akan menyebabkan payah, pahit dan mengalami kesulitan untuk berhasil sempurna Nan Cheng. Pemberian pelajaran yang lepas tak jelas dan tidak sesuai akan mengakibatkan kerusakan dan kekacauan sehingga tidak terbina Bu Xiu. Belajar sendirian dan tanpa sahabat menyebabkan orang merasa sebatang kara dan tidak berkembang karena kekurangan informasi Gua Wen. Berkawan dalam berhura-hura menjadikan orang melawan guru Ni Shi. Dan, berkawan dalam bermaksiat akan menghancurkan pelajaran Fei Xue. Enam hal inilah yang menjadikan pendidikan cenderung gagal Jiao Fei”. 4 Buku Panduan Guru Mata Pelajaran SMASMK Kelas XII

E. Guru yang Baik

1. Pengabdian dan Totalitas

Guru adalah ujung tombak pendidikan, karena proses pendidikan akan dijalankan oleh seorang yang bernama ‘guru’, seorang yang menyandang prosfesi nan mulia. Pendidikan itu penting, maka harus tersedia pendidikan yang baik dan harus ada pula guru baik yang akan menjalankannya. Guru yang memandang profesinya sebagai panggilan nuraninya, ia akan terpanggil untuk mendidik sesama dengan penuh pengabdian. Dengan demikian, maka ia akan mampu menginspirasi banyak pembelajar. Kata- katanya akan diingat sepanjang masa oleh mereka yang menjadi peserta didiknya. Sikap dan perilakunya akan menuntun dan mengarahkan mereka dalam mengarungi perjalanan menuju kehidupan sukses dan bermakna. Dengan segala totalitas, kecintaan dan dedikasi, guru akan menjadi pelita bagi berjuta jiwa, jiwa para pembelajar. Kalau setiap guru mampu terus berbenah diri, terus menjadi lebih baik dan lebih mengerti dari hari ke hari, niscaya generasi mendatang juga akan jauh lebih membanggakan. Mengajar tidak sekedar masuk kelas, bertemu dengan peserta didik, menyuruh ini-itu, atau melarang ini-itu. Kalau hanya itu, semua orang dapat melakukannya. Pandanglah hal ini sebagai suatu yang lebih dari sekedar transfer informasi dan ‘penjejalan’ pengetahuan. Namun, hadirkanlah kasih sayang dan kepedulian dengan segala rasa pengabdian, komitmen, kerendahan hati, kreativitas, keikhlasan dan karakter-karakter unggul lainnya di dalamnya. Mengajarlah dengan hati, membimbing dengan nurani, mendidik dengan segenap keiklasan dan kesungguhan, menginspirasi dan menyampaikan kebenaran dengan kasih, dan mempersembahkan apapun yang kita lakukan sebagai ibadah kepada Tuhan. Zigong bersanjak, “Betapa indah bunga Tongtee. Selalu bergoyang menarik. Bukan aku tidak mengenangmu, hanya tempatmu terlampau jauh”. Mendengar itu nabi bersabda, “Sesungguhnya engkau tidak memikirkannya benar-benar. Kalau benar-benar apa artinya jauh”. Sabda Suci. IX: 31 Di dalam Kang Gao tertulis, “Berlakulah seumpama merawat bayi, bila dengan sebulat hati mengusahakannya, meski tidak tepat benar, niscaya tidak jauh dari yang seharusnya. Sesungguhnya tiada yang harus lebih dahulu, belajar merawat bayi baru boleh menikah. Ajaran Besar. Bab IX: 2 Zizhang berkata, “Seorang yang memegang kebajikan tetapi tidak mengembangkannya, percaya akan jalan suci tetapi tidak sungguh- sungguh; ia ada, tidak menambah, dan tidak adapun tidak mengurangi”. Sabda Suci. XIX: 2