Sekilas tentang wanita pekerja pabrik

manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. 2.1.4.4. Pertikaian atau pertentangan Conflict Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang ke arah negatif, karena di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau menyingkirkan pihak lainnya. Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan Soekanto, 2006: 96.

2.2. Wanita Pekerja Pabrik

2.2.1. Sekilas tentang wanita pekerja pabrik

Seringkali terjadi kesalah pahaman seakan-akan yang disebut pekerjaburuhkaryawan adalah orang-orang yang bekerja di pabrik, para cleaning service dan staf-staf administrasi di kantor-kantor. Sedangkan para manager, kepala-kepala bagian, para direktur bukan sebagai pekerja. Dalam hukum ketenagakerjaan pekerja adalah setiap orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja Jehani, 2007: 1. Dalam jurnal internasional, ILO menyatakan bahwa: Female workers are workers or female workers who participated participate to increase welfare by working and earn a decent wage. The women workers also have some potential are also no less than men, both in terms of intellectual abilities and skills. Women workers or laborers women who work at the present time the company is experiencing the impact marginalization and privatization of womens work, as well as in menkonsentrasikan in the form of service work that is not productive. this fact give rise to the phenomenon of decline in the position of women in the field work ILO 2003. Tenaga kerja perempuan adalah para pekerja atau buruh wanita yang ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja dan mendapatkan upah yang layak. Para pekerja perempuan ini pun memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan maupun keterampilan. Pekerja perempuan atau buruh perempuan yang bekerja di perusahaan saat sekarang ini mengalami dampak marginalisasi dan privatisasi pekerjaan perempuan, serta menkonsentrasikan di dalam bentuk pekerjaan pelayanan yang tidak produktif. Kenyataan ini menimbulkan fenomena menurunnya posisi kaum perempuan dalam bidang pekerjaan ILO, 2003. http:ejournal.hi.fisip-unmul.ac.idsitewp-contentuploads201307ben-Format- eJournal.pdf Pada masa sekarang ini, wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja. Wanita tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi juga dapat bekerja mambantu suami meningkatkan penghasilan karena tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Wanita memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan pria, baik dari segi intelektual, kemampuan maupun ketrampilan. Dalam setiap masyarakat, cenderung dapat dikatakan bahwa wanita memang dilahirkan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang lebih terbatas jumlahnya, memiliki status yang lebih rendah dan pada akhirnya wanita akan memperoleh imbalan yang lebih rendah pula. Kenyataan menunjukkan bahwa jenis pekerjaan antara laki-laki dan wanita berada pada tingkat yang sama, tetapi dalam kenyataannya berbeda Rini Iswari, 2000: 15. Women usually stand as secondary party in family, society, an also in poverty alleviation program. In Fact, women play a big role in gaining family welfare, which is the foundation of national welfare in alleviating poverty. The big role is supposed to be considered to involve Women in poverty alleviation program programs. The involvement of women women in such programs needs not only empowerment scheme, but also protection scheme because women have suffered from many violences phisically, psycologically, and also economically Siti, 2013. Menurut Budiman dalam Rini Iswari, 2000: 18, bisa dikatakan bahwa pada umumnya pendidikan laki – laki cenderung lebih tinggi daripada wanita, sehingga dalam persaingan pasar tenaga kerja wanita kalah dengan laki – laki dalam hal memperoleh pekerjaan. Nasikun menyatakan secara umum dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa jenis pekerjaan wanita lebih banyak ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin. Oleh karena itu hampir semua jenis pekerjaan wanita pada umumnya dilihat dalam hubungannya dengan jenis pekerjaan di sektor domestik. Apabila wanita bekerja di sektor publik, maka jenis pekerjaan yang terbuka bagi tenaga kerja wanita merupakan kepanjangan dari jenis pekerjaan sektor domestik rumah tangga, seperti bidan, perawat, guru, sekretaris dan jenis pekerjaan lainnya yang lebih banyak memerlukan keahlian manual. Pekerjaan- pekerjaan tersebut kemudian cenderung dikategorikan sebagai pekerjaan wanita. Dinyatakan didalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 82, bahwa adanya berbagai keterbatasan bagi wanita, membuat pemberi pekerjaan majikanpengusaha lebih suka memilih laki-laki sebagai tenaga kerjanya karena tenaga kerja wanita harus diberikan cuti haid, hamil dan melahirkan. Sehingga salah satu keuntungan untuk menggunakan tenaga kerja wanita adalah pada jenis pekerjaan yang dianggap lebih pantas diisi oleh wanita. Dalam industri-industri pengolahan bahan makanan, rokok, dan konveksi mayoritas buruhpekerjanya adalah wanita. Ini menunjukkan bahwa potensi dan tanggung jawab wanita dalam proses pembangunan cukup mempunyai arti penting. Namun seringkali muncul permasalahan disekitar perburuhan terutama buruh wanita. Salah satunya yaitu adanya perbedaan antara pekerja pria dan wanita dalam hal pemberian upah, posisi kerja dan terkadang hak dalam bekerja. Menurut Sonhaji dalam Jehani, 2007: 4, buruhpekerja adalah orang yang bekerja pada orang lain atau suatu badan dengan menerima upah, dalam suatu hubungan kerja. Buruhpekerja wanita adalah wanita yang bekerja pada orang lain atau suatu badan dengan menerima upah, dalam hubungan kerja. Ada ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku tentang wanita pekerja khususnya pekerja pabrik. Dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 76, 81, 82, 83, 84 dan 93 mengulas tentang hak-hak, kewajiban, perlindungan dan jam kerja bagi buruhpekerja wanita.

2.2.2. Hak Wanita Pekerja Pabrik