Financial Distress Landasan Teori 1. Pengertian Bank

3. Dilihat dari Segi Status Jenis bank dari segi status dapat dibedakan berdasarkan kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk yang ditawarkan, modal bank maupun kualitas pelayanan yang ditawarkan. Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari segi status dibagi dalam dua macam yaitu : a. Bank Devisa b. Bank Non-Devisa 4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga terbagi dalam dua kelompok yaitu : a. Bank dengan Prinsip Konvensional b. Bank dengan Prinsip Syariah

2.1.2 Financial Distress

Financial distress adalah kondisi suatu perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan. Suatu perusahaan dikatakan sedang mengalami kondisi financial distress apabila perusahaan tidak mampu atau kesulitan dalam membiayai kewajiban keuangannya dan menghasilkan laba yang bernilai negatif. Foster dalam Almilia dan Kristijadi 2003: 7, menyatakan terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan, antara lain : 1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya. 3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan. 4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi. Financial distress biasanya terjadi karena serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang tidak tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen Fachrudin, 2008: 13. Altman dan Hotchkiss 2006: 5 mengatakan bahwa financial distress atau insolvency terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Technical Insolvency Pada tahap ini, perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam waktu tertentu dan mengalami masalah dengan likuiditasnya. Tahap ini bersifat sementara dan masih bisa dilakukan perbaikan sehingga perusahaan atau bank dapat menentukan kebijakan yang harus diambil dengan tujuan agar perusahaan atau bank yang bersangkutan tidak mengalami kebangkrutan. 2. Bankruptcy Insolvency Tahap ini menggambarkan kondisi perusahaan yang kritis dan biasanya menggambarkan keadaan yang lebih buruk dari sekedar kondisi bermasalah Universitas Sumatera Utara yang bersifat sementara. Perusahaan berada pada kondisi dimana total kewajiban lebih besar dari total aset yang dimiliki. Platt dan Platt dalam Rizky Ludy 2011: 27 menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress maka dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan atau kebijakan merger atau takeover agar perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan mengelola perusahaan dengan lebih baik serta memberikan tanda peringatan awal early warning system adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang. Yulian 2010: 27 menyatakan beberapa dampak yang ditimbulkan dari kesulitan keuangan atau financial distress sebagai berikut: 1. Kesulitan keuangan memberikan dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak tax relief atas peningkatan level hutang. 2. Kesulitan keuangan menyebabkan hubungan antara supplier investor, pelanggan, karyawan dan kreditor menjadi rusak. 3. Supplier investor akan mengambil sikap lebih berhati-hati dalam menanamkan modal atau bahkan menghentikan investasi jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

2.1.3 Laporan Keuangan