8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Surian Toona surenii Merr.
Pohon surian berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat mencapai 100 cm,
bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300 cm. Berbanir hingga tinggi 2 m. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah tumpang tindih, berwarna coklat
keputihan, pucat hingga keabu-abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong Gambar 1. Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat. Pohon
menggugurkan daun, yang terjadi pada bulan Februari-Maret atau September- Oktober Djam’an 2002.
Gambar 1 Batang dan daun Toona sureni di Balitbang Kehutanan Gunung Batu, Bogor Koleksi Pribadi.
Daun surian relatif lebar, tersusun seperti spiral, kadang-kadang
mengelompok di ujung cabang, panjang 10-15 cm, dengan 8-30 pasang anak daun berbentuk lanset Gambar 2. Permukaan dan tulang daun sebelah atas umumnya
berbulu. Malai bunga dijumpai di ujung, bercabang-cabang dan menggantung. Bunga kecil, putih kekuningan dan beraroma tajam. Walaupun memiliki kepala
9 putik dan indung telur, bunga umumnya berkelamin tunggal ditinjau dari
fungsinya Djam’an 2002.
a b
Gambar 2 Kenampakan daun surian asal a Bogor dan b Kuningan Koleksi pribadi
Spesies ini menghasilkan kayu yang baik. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai astringent dan sebagai obat pencahar. Di Indo-Cina, spesies ini digunakan
sebagai tonik, sebagai antiperiodic, dan anti rematik. Sementara di Indonesia jenis ini digunakan sebagai tonik untuk mengatasi diare, disentri, dan infeksi usus
lainnya. Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus, dengan cara melaburkan ramuan ujung daun pada luka bengkak Hua et al. 2008.
2.2. Ekstraksi
Menurut Agoes 2007, ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen yang terdapat di dalam suatu bahan dengan menggunakan pelarut.
Sementara, ekstrak adalah sediaan bahan hasil ekstraksi suatu bahan oleh pelarut tertentu. Proses ekstraksi dapat menggunakan air ataupun pelarut kimia. Pelarut
kimia yang digunakan dapat berupa pelarut kimia tunggal maupun campuran azeotropik dengan suhu didih tetap.
Terdapat dua tipe ekstraksi, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair- cair. Ekstraksi padat-cair meliputi maserasi, perkolasi, maupun ekstraksi otomatis
skala industri. Ekstraksi cair-cair merupakan tahap lanjutan dari ekstraksi padat- cair, bertujuan untuk mengisolasi bagan aktif. Terdapat dua kemungkinan
10 ekstraksi cair-cair, ekstraksi dengan menggunakan pelarut dengan massa jenis
lebih tinggi dari air dan pelarut dengan massa jenis lebih ringan dari air Agoes 2007.
Dalam ekstraksi tanaman obat, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah Agoes 2007:
a Jumlah sediaan untuk diekstraksi
b Tingkat kehalusan sediaan ekstraksi
c Jenis pelarut yang digunakan
d Suhu ekstraksi
Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan berbagai macam pelarut pada suhu kamar dalam kurun waktu tertentu Agoes 2007. Cara ini dapat
diterapkan di berbagai skala industri, kecil maupun besar karena relatif sederhana. Ekstraksi dilakukan hanya dengan merendam sediaan dalam pelarut selama kurun
waktu yang ditetapkan. Proses ekstraksi maserasi dapat digunakan dan menjadi satu-satunya cara
untuk mengekstrak sediaan tumbuhan yang memiliki kadar lendir yang tinggi. Namun, maserasi tidak terlalu efektif dalam mengekstrak senyawa murni karena
prosedurnya yang memungkinkan ampas dapat menahan sebagian besar pelarut. Cara untuk menanggulanginya adalah dengan melakukan pemerasan atau
sentrifugasi terhadap ampas setelah ekstraksi Agoes 2007. Ekstraksi maserasi dapat dimodifikasi dengan beberapa cara, salah satunya
adalah maserasi bersinambung. Metode maserasi ini menyerupai maserasi bertingkat, yaitu dengan melakukan maserasi lebih dari satu tahap Handa et al.
2008 namun pada penelitian ini dilakukan pada wadah yang tetap.
2.3. Senyawa Bioaktif