20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kadar Zat Ekstraktif Kayu
Ekstraksi bersinambung bagian kayu teras surian menggunakan pelarut dari yang bersifat non polar hingga pelarut yang bersifat polar. Hasil penelitian
Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak metanol kayu teras surian, masing-masing sebesar 0,38 dan 2,91, mendominasi komponen ekstraksi dalam masing-
masing kayu. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraktif polar cenderung mendominasi kayu teras surian dan surian asal Kuningan.
Tabel 1 Kadar ekstrak rata-rata surian
Pelarut
1
kadar ekstrak Surian Bogor
Surian Kuningan n-heksana
0,18 0,29
etil asetat 0,25
1,04 Metanol
0,38 2,91
1
Dominansi ekstrak polar juga ditemukan oleh peneliti lainnya. Hasil penelitian Pisutthanan et al. 2004 menunjukkan bahwa kecenderungan dominasi
ekstraktif bersifat polar pada kayu juga terdapat pada kayu lain. Ekstrak kayu mindi Melia azedarach terlarut metanol 90 memiliki persentase kadar ekstrak
tertinggi dibandingkan ekstrak n-heksana kayu mindi. Demikian pula hasil penelitian Meilani 2006 menunjukkan bahwa dari total ekstrak aseton kayu
surian, fraksi polar menjadi fraksi paling dominan.
Berdasarkan 3 kali ulangan
Di sisi lain, pada masing-masing ekstrak kayu surian, ekstrak n-heksana memiliki kadar yang terendah, masing-masing sebesar 0,18 dan 0,29.
Keberadaan ekstraktif ataupun senyawa non polar cenderung paling sedikit dibandingkan senyawa ataupun fraksi semipolar dan polar Pisutthanan et al.
2004; Meilani 2006. Komponen lemak, minyak, lilin dan komponen lipofil
21
10 µgmL 100 µgmL 500 µgmL 1000 µgmL
n-heksana 4
20 100
100 161,29
toksik etil asetat
8 98
100 100
43,54 toksik
metanol 3
45 98
100 116,27
toksik n-heksana
14 88
100 100
37,95 toksik
etil asetat 19
75 100
100 42,46
toksik metanol
17 77
79 342,73
tidak toksik
Kategori mortalitas
ekstrak asal kayu
surian LC50 µgmL
Kuningan Bogor
Standar µgmL
2
250 seperti resin dan getah merupakan jenis ekstraktif yang terlarut di dalam pelarut
non polar Sjostrom 1998. Secara deskriptif, pada Tabel 2 terlihat adanya pengaruh tempat tumbuh
terhadap kadar ekstrak kayu yang dihasilkan. Ekstrak kayu surian asal Kuningan cenderung lebih tinggi kadarnya dibandingkan ekstrak surian asal Bogor. Menurut
Sjostrom 1998, variasi kadar ekstrak dalam pohon dipengaruhi oleh umur pohon, posisi dalam pohon dan spesies pohon genetik. Pohon surian asal
Kuningan tumbuh di hutan alam yang tanahnya subur dan terjadi kompetisi perebutan unsur hara antar individu dalam hutan tersebut. Sementara, pohon
surian asal bogor digunakan sebagai pohon turus jalan yang terpapar sinar matahari dalam intensitas tinggi dan tanahnya kurang subur. Perbedaan tempat
tumbuh kedua pohon surian ini diduga menyebabkan kayu surian asal Kuningan memiliki persentase kadar ekstrak yang lebih tinggi daripada kayu surian asal
Bogor.
4.2. Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif dengan Brine Shrimp Lethality Test