Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif dengan Brine Shrimp Lethality Test

21 10 µgmL 100 µgmL 500 µgmL 1000 µgmL n-heksana 4 20 100 100 161,29 toksik etil asetat 8 98 100 100 43,54 toksik metanol 3 45 98 100 116,27 toksik n-heksana 14 88 100 100 37,95 toksik etil asetat 19 75 100 100 42,46 toksik metanol 17 77 79 342,73 tidak toksik Kategori mortalitas ekstrak asal kayu surian LC50 µgmL Kuningan Bogor Standar µgmL 2 250 seperti resin dan getah merupakan jenis ekstraktif yang terlarut di dalam pelarut non polar Sjostrom 1998. Secara deskriptif, pada Tabel 2 terlihat adanya pengaruh tempat tumbuh terhadap kadar ekstrak kayu yang dihasilkan. Ekstrak kayu surian asal Kuningan cenderung lebih tinggi kadarnya dibandingkan ekstrak surian asal Bogor. Menurut Sjostrom 1998, variasi kadar ekstrak dalam pohon dipengaruhi oleh umur pohon, posisi dalam pohon dan spesies pohon genetik. Pohon surian asal Kuningan tumbuh di hutan alam yang tanahnya subur dan terjadi kompetisi perebutan unsur hara antar individu dalam hutan tersebut. Sementara, pohon surian asal bogor digunakan sebagai pohon turus jalan yang terpapar sinar matahari dalam intensitas tinggi dan tanahnya kurang subur. Perbedaan tempat tumbuh kedua pohon surian ini diduga menyebabkan kayu surian asal Kuningan memiliki persentase kadar ekstrak yang lebih tinggi daripada kayu surian asal Bogor.

4.2. Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif dengan Brine Shrimp Lethality Test

BSLT Hasil brine shrimp lethality test BSLT adalah berupa data mortalitas larva udang Artemia salina setelah pemberian ekstrak pada berbagai tingkat konsenterasi. Nilai yang diperoleh dari setiap ulangan pada setiap tingkat konsenterasi kemudian dikoreksi dengan hasil pengujian kontrol. Tabel 2 Persentase mortalitas rata-rata terkoreksi larva udang A. salina setelah pemberian ekstrak kayu teras surian pada berbagai tingkat konsenterasi 1 1 Berdasarkan 6 kali ulangan, setelah dikoreksi dengan mortalitas kontrol 2 Rieser et al. 1996 dalam Pisutthanan et al. 2004 22 Analisis probit untuk setiap data persentase mortalitas rata-rata BSLT akan menghasilkan nilai lethality concenteration 50 LC 50 untuk masing-masing ekstrak. Berdasarkan Tabel 2, kecuali ekstrak metanol kayu surian asal Kuningan, seluruh ekstrak tergolong toksik atau dapat dikategorikan sebagai ekstrak aktif. Nilai LC 50 Nomura dan Hano 1994 dalam Meilani 2006 menyatakan bahwa salah satu senyawa bioaktif yang larut dalam pelarut semi polar adalah senyawa flavonoid. Beberapa senyawa flavonoid ini mempunyai aktivitas biologis sebagai antimikroba, antitumor dan antivirus. Menurut Kurz dan Constabel 1998, beberapa tanaman dikenal menghasilkan senyawa bioaktif yang mempunyai berbagai aktivitas bioaktif termasuk antikanker yang pada umumnya berupa senyawa-senyawa flavonoid, glikosida, steroid alkaloid dan terpenoid. terendah dimiliki oleh ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan 37,95 µgmL, yang berarti ekstrak ini paling aktif dan berpotensi memiliki bioaktivitas tertentu. Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana pada ekstrak masing- masing kayu tergolong sebagai ekstrak yang aktif. Komponen kimia yang diduga berperan dalam sifat bioaktivitas dari komponen ekstrak terlarut n-heksana ini adalah terpenoid. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Zhang et al. 2010 yang mennjukkan sifat sitotoksik tirucallane C26 triterpenoid, yang diisolasi dari Aphanamixis grandifolia Meliaceae terhadap sel kanker serviks dan kanker payudara. Terpenoid merupakan senyawa kimia yang banyak dijumpai pada lemak dan minyak yang larut dalam pelarut non-polar Sjostrom 1998. Hasil uji bioaktivitas dengan BSLT Tabel 2 kemudian dikaitkan dengan kadar zat ekstraktif Tabel 1 untuk menentukan ekstrak mana yang potensial untuk investigasi lebih lanjut. Ekstrak n-heksana kayu surian asal Kuningan tergolong ekstrak paling aktif dengan nilai LC 50 Ekstrak yang paling potensial untuk diinvestigasi lebih lanjut adalah ekstrak etil asetat kayu surian asal kuninngan. Nilai LC yang paling rendah 37,95 µgmL. Namun ekstrak ini memiliki persentase proporsi yang paling rendah pada ekstrak kayu surian asal Kuningan 0,29, sehingga tidak potensial untuk investigasi lebih lanjut. 50 yang rendah 42,46 23 µgmL dan tidak terlalu berbeda dengan ekstrak n-heksana 37,95 µgmL serta proporsi yang relatif tinggi pada kayu kadar ekstrak 1,04, menjadikan ekstrak etil asetat kayu surian asal Kuningan terlarut etil asetat paling potensial untuk investigasi lebih lanjut.

4.3. Analisis Komponen Kimia dengan Pyrolysis Gas Chromatography Mass

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Toxycity Of Extract And Fractions Of Puspa Bark (Schima Wallichii Korth) To Artemia Salina Leach.

0 1 5

Uji Fototoksisitas Senyawa Rutin Terhadap Larva Artemia Salina Leach - Ubaya Repository

0 0 1