V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Tipe Kerusakan Pohon di KRB
KRB sebagai salah satu bentuk hutan kota merupakan aset yang besar baik di bidang pendidikan maupun rekreasi. Beragam aktivitas yang dilakukan di KRB
memberikan suatu pertanyaan tentang kelayakan KRB sebagai kebun botani tingkat dunia. Pohon merupakan obyek utama KRB sehingga upaya pemantauan
terhadap kesehatan pohon di KRB memberikan implikasi jaminan kelayakan KRB. Menurut Ebbels 2003, diagnosa kesehatan pohon merupakan suatu proses
pengamatan berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.
Kerusakan yang diamati timbul akibat terganggunya proses fisiologis pohon baik akibat penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Beberapa
gejala yang dapat diamati akibat terganggunya pertumbuhan tanaman yaitu terjadi perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
Tingkat kepekaan tanaman yang rentan berbeda-beda, sehingga berat ringannya intensitas kerusakan yang diderita oleh masing-masing pohon juga
berbeda. Berdasarkan definisi tipe kerusakan pohon terdapat 10 tipe kerusakan pohon di KRB dari 13 definisi kerusakan yang dikemukakan oleh Manglod. Tipe
kerusakan beserta persentase kasus yang dijumpai dapat dilihat pada Gambar 1.
Tipe Kerusakan Pohon di KRB
Malformasi 4
Eksudasi 1
Luka terbuka 3
Akar patah mati Daun rusak
10 Cabang
patahmati 2
Daun berubah warna
2
Heart rot: tubuh buah, dan
indikator lapuk lanjut
42 Kanker
35 Batang patah
1
Gambar 1. Tipe Kerusakan dan Persentase Kasus yang Dijumpai di KRB
5.1.1. Tipe Kerusakan Kanker
Tipe kerusakan kanker di KRB dijumpai dalam jumlah yang besar yaitu sebanyak 389 kasus atau 35,24 dari total kasus yang dijumpai. Contoh gejala
kanker terjadi pada Dipterocarpus grandifloris, Araucaria cuninghamii dan Sindora siamensis Gambar 2. Tipe kerusakan ini dapat terjadi pada bagian-
bagian berkayu, pada kulit batang, cabang atau akar terdapat bagian yang mati yang mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah Semangun, 1996.
Permukaan kulit biasanya agak tertekan kebawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlihat bagian kayunya. Kanker bisa terjangkit semusim atau
tahunan, sehingga dari musim ke musim akan semakin besar. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara
dan penyaluran nutrisi. Persebaran tipe kerusakan kanker ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 2. Kanker pada a D. Grandifloris; b A. cuninghamii dan c S. siamensis
Adanya tipe kerusakan 1 yang cukup tinggi ini, selain akibat inang yang rentan dan patogen yang virulen juga dimungkinkan didukung oleh faktor luar
yang sangat berperan. Faktor luar ini mempengaruhi patogen secara tidak langsung.
5.1.2. Tipe kerusakan Heart-rot: tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut Tipe kerusakan Heart-rot: tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut paling
banyak dijumpai di KRB sebesar 464 kasus 42,03 . Tipe kerusakan Heart-rot:
tubuh buah, dan indikator lapuk lanjut di KRB hampir menyebar merata pada
daerah yang diamati. Persebaran tipe kerusakan ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan sehingga pohon mudah rubuh oleh angin. Proses
pelapukan kayu oleh mikroorganisme dengan kisaran yang luas bergantung pada mikroorganisme penyebab kelapukan, jenis tumbuhan dan mikrohabitat dalam
sumber makanan Widyastuti, 2005. Contoh Heart-rot yang dijumpai di KRB antara lain pada Aglaia
harmsiana dan Horsfieldia sylvestris yang ditunjukkan pada Gambar 3. Heart-rot menunjukkan gejala bagian yang terserang mati, terurai dan berwarna coklat.
Dalam pengamatan ini gejala Heart-rot sukar teramati kerena tipe kerusakan ini berada pada bagian dalam batang sehingga Heart-rot yang teramati hanya terbatas
pada bagian-bagian batang yang sudah keropos dan tampak dari luar. Pada vak I A yang didominasi oleh famili Fabaceae menunjukkan
kerusakan paling parah dibandingkan dengan pohon pada vak pengamatan lainnya. Umur pohon pada vak ini berkisar antara 70-200 tahunan, sehingga
merupakan suatu kewajaran jika mengalami kerusakan terutama lapuk karena pertumbuhan yang mulai menurun.
Gambar 3. Gejala Heart-rot pada a A. harmsiana dan b H. sylvestris Beberapa tanda yang dijumpai dalam identifikasi lapuk ini antara lain
adanya tubuh buah jamur. Tubuh buah yang dijumpai di KRB antara lain terjadi pada Afzelia cuanzensis dan Dimocarpus longan Gambar 4. Tubuh buah ini
merupakan salah satu tanda sign dalam diagnosa kesehatan pohon ini. Tubuh buah yang dijumpai tampak di permukaan bagian pohon yang terserang berbentuk
seperti payung, terdiri dari bagian yang tegak batang dan bagian yang mendatar
atau membulat. KRB memiliki tingkat kelembaban yang tinggi, hal ini sangat mendukung pembentukan spora. Kelembaban yang tinggi ini juga akan
mengurangi ketahanan inang terhadap patogen. Kelembaban kebun dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kerapatan tanaman, pohon yang terlalu rimbun,
topografi dan angin Semangun, 1996.
Gambar 4. Tubuh buah pada a A. cuanzensis dan b D. longan Jamur upas dijumpai sebagai tanda gejala pelapukan. Jamur upas disebut
pula penyakit merah jambu atau penyakit merah muda banyak menyerang bagian cabang. Contoh jamur upas dapat menyerang pada Guarea perrotetiana dan
Northea fasciculata Gambar 5. Pada ranting cabang terlihat adanya miselium seperti sarang labah-labah atau sutera yang mengkilap yang kemudian warnanya
berubah menjadi merah jambu. Berdasarkan hasil pengamatan, serangan jamur upas di KRB mencapai tingkatan rumah labah-labah sampai tingkatan corticium.
Pada tingkat rumah labah-labah, ditandai dengan pembentukan miselium seperti anyaman sutera putih mengkilat. Pada tingkatan ini miselium belum masuk ke
dalam jaringan tanaman. Pada tingkatan bisul-bisul ditandai dengan hifa berkumpul menjadi satu membentuk tukal di muka lentisel dan mulai masuk ke
dalam kulit. Pada tingkatan corticium cendawan membuat lapisan kerak berwarna merah jambu kemudian berubah menjadi putih. Kulit tanaman yang telah diserang
akan menjadi busuk Pracaya, 2003.
Gambar 5. Jamur Upas Corticium salmonicolor pada a G. perrotetiana dan b N. fasciculata
Serangan jamur upas meskipun jarang namun perlu diperhatikan perkembangannya, karena spora jamur upas ini akan terbentuk subur saat musim
hujan dan kelembaban yang tinggi, atau bisa juga akibat kekurangan sinar matahari atau tanaman rimbun. Areal KRB yang memiliki kelembaban udara
tinggi dan curah hujan rata-rata 4330 mm pertahun dengan 12 bulan basah akan mendukung perkembangan spora jamur upas. Pengamatan ditujukan pada pangkal
cabang dan ranting bagian bawah, dimana biasanya air mengumpul dan tidak cepat mengering.
Untuk mencegah perluasan serangan jamur upas maka bagian yang terserang digosok sampai hilang, dan usahakan jangan sampai terkena pada
bagian yang sehat. Bekas luka gosokan dapat diolesi dengan cat atau disemprot dengan fungisida. Jika serangan mencapai tingkat bisul dan corticium maka lebih
baik tanaman dipotong. Pemotongan pada bagian yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Cabang tanaman sakit yang telah dipotong harus dibakar .
5.1.3. Tipe Kerusakan Luka Terbuka
Luka terbuka di KRB dijumpai sebanyak 33 kasus 2,99 . Contoh kerusakannya dilihat pada Gambar 6 yaitu luka terbuka pada Horsfieldia
macrothyrsa terjadi akibat tebasan golok sedangkan luka terbuka pada Pterospermum diversifolium disebabkan akibat vandalisme pengunjung. Luka
terbuka yang dijumpai terjadi karena perlukaan benda tajam berupa vandalisme, tebasan golok dan luka akibat sambaran petir. Vandalisme dilakukan oleh
pengunjung yang kurang menyadari akibat yang ditimbulkannya bila mereka melukai pohon. Luka ini nantinya akan menjadi tempat berbagai jenis patogen
memasuki batang. Perlukaan tidak sengaja oleh petir pada pohon merupakan hal yang umum. Pohon yang tersambar petir sering mempunyai luka memanjang yang
dalam, karena panas yang terlalu tinggi mengubah cairan pohon menjadi uap panas sehingga batang meledak Semangun,1996.
Menurut Dahlan 1992, luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b luka yang terjadi pada kulit luar, kulit
dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh
serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternatif
dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan. Persebaraan tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 6.
Gambar 6. Luka terbuka pada aH. macrothyrsa dan b P. diversifolium
5.1.4. Tipe Kerusakan Eksudasi Resinosis dan Gumosis
Eksudasi yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit, berdasarkan cairan yang keluar dapat dibedakan menjadi a Gummosis apabila
dikeluarkan gum atau belendok, sedangkan b resinosis apabila yang dikeluarkan adalah resin Martoredjo, 1984. Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada
Lampiran 7. Gejala eksudasi di KRB hanya dijumpai 7 kasus 0,63
dengan tingkat keparahan yang masih rendah. Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka
akibat benda tajam yang kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka. Eksudasi akibat perlukaan benda tajam dapat dilihat pada Araucaria
cuninghamii Gambar 7. Tipe kerusakan eksudasi ini jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan timbulnya tipe kerusakan lain.
Gambar 7. Eksudasi pada A. cuninghamii
5.1.5. Tipe Kerusakan Batang patah
Tipe kerusakan batang patah di KRB tergolong kecil yaitu 8 kasus 0,72 . Batang patah yang dijumpai terjadi akibat bekas penebangan pemeliharaan,
petir dan bekas patahan dari batang yang lapuk. Pemangkasan pemeliharaan dapat menimbulkan kerusakan lebih lanjut jika bekas pangkasan tidak dirawat seperti
yang terjadi pada Bridelia sp. dan Trislaniopsis coniferta Gambar 8. Batang patah ini jika tidak segera dilakukan perawatan akan menimbulkan infeksi dan
kerusakan lainnya. Persebaran tipe kerusakan ini dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 8. Batang patah pada a Bridelia sp. dan b T. coniferta
5.1.6. Tipe Kerusakan Malformasi
Tipe kerusakan malformasi di KRB dijumpai sebanyak 46 kasus 4,16
. Contoh
tipe kerusakan ini terjadi pada Sarcocoprana coadunata dan Neonauclea subtidus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Malformasi akan menghambat
pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya normal simetris menjadi tidak simetris. Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 9.
Gambar 9. Malformasi pada a S. coadunata dan b N. subtidus
5.1.7. Tipe Kerusakan Akar patah atau mati
Tipe kerusakan akar patah atau mati di KRB memiliki intensitas paling kecil yaitu hanya 4 kasus 0.36 . Akar patah atau mati yang dijumpai terjadi
karena penebangan bagian yang lapuk namun menyisakan bagian yang berpatogen sehingga serangan tetap berlanjut hingga mematikan akar dan pohon tidak lagi
produktif tumbuh. Perawatan pohon tumbang yang disebabkan oleh anginpetir maupun kerapuhan dilakukan melalui pemangkasan. Pemangkasan biasanya
menyisakan sekitar ¼ bagian pohon seperti pada Aphanamixis polystachy Gambar 10.
Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan dengan alasan mempertahankan pohon apabila pohon tersebut tumbuh lagi dan menghasilkan tunas anakan baru.
Pihak KRB hendaknya mengetahui batas-batas bagian pohon yang terserang kerusakan sehingga saat melakukan pemangkasan diusahakan tidak meninggalkan
bagian sakit yang nantinya akan menimbulkan kerusakan pada bagian lain. Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 10.
Gambar 10. Akar Patah atau Mati pada A. polystachy
5.1.8. Tipe Kerusakan Cabang patah atau mati
Tipe kerusakan cabang patah atau mati memiliki derajat keparahan yang berbeda-beda berkisar antara 20 - 80 dengan jumlah kerusakan sebanyak 17
kasus 1,53 . Salah satu pohon yang mengalami kematian pada cabangnya yaitu Pinus caribaea ditunjukkan pada Gambar 11. Hal ini dimungkin karena penyakit
parasit, non parasit atau hama Pracaya, 2003. Gejala yang terlihat adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan
karena cabang lapuk dan akhirnya patah. Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 11
Gambar 11. Cabang Mati pada P. caribaea Pada famili Sterculiaceae terdapat dua pohon Pterygota agata yang
mengalami kematian pada cabang dengan tingkat keparahan sekitar 40 . Cabang patah dan mati ini disebabkan oleh air buangan dan kotoran kalong vampir
Pteropyrus vampirus yang pernah menjadikan pohon ini sebagai sarang ataupun tempat singgah sehingga tajuk yang ditempati lama-kelamaan akan mati.
5.1.9. Tipe Kerusakan Daun Rusak
Tipe kerusakan daun rusak dijumpai sebanyak 112 kasus 10,14 . Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 12. Gejala yang banyak
terlihat adalah daun termakan serangga ataupun terserang jamur. Pada famili Sapindaceae daun rusak akibat bercak daun teramati cukup besar. Jamur yang
dapat menyebabkan bercak daun leci misalnya adalah Botryodiplodia theobromae, Colletotrichum gloeosporioides, Pestalotia pauciseta dan Pestalotiopsis
disseminata Semangun, 1989.
Daun pada Pterocarpus indicus selain terserang bercak daun juga menunjukkan gejala gosong yang sering disebut ”terbakar” adalah mati dan
mengeringnya daun. Contoh tipe kerusakan daun terjadi pada Brownea hybrida dan Syzygium malaccense Gambar 12.
Gambar 12. Daun Rusak pada a B. hybrida dan b S. malaccense
5.1.10. Tipe Kerusakan Daun berubah warna
Tipe kerusakan daun berubah warna dijumpai sebanyak 24 kasus 2,17 . Salah satu contoh klorosis terjadi pada Mangifera caesia yang daunnya berubah
menjadi warna kuning. Kerusakan ini dapat dilihat pada Gambar 13. Perubahan tersebut dapat terjadi oleh berbagai sebab berikut: a etiolasi terjadi akibat
kekurangan cahaya atau terlalu lama tumbuh di tempat gelap; b khlorosis terjadi akibat temperatur rendah, kekurangan Fe, terserang virus, gangguan oleh
cendawan, bakteri dan sebagainya; c khorornosis merupakan warna hijau dirubah oleh zat yang memberi warna, merah jingga dan sebagainya dan d albino yaitu
tanaman gagal membentuk zat warna Anonim, 2004. Persebaran tipe kerusakan ini ditunjukkan pada Lampiran 13.
Kerusakan yang sering dijumpai adalah klorosis. Perubahan warna ini dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil zat hijau daun atau akibat kekurangan
cahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu,hitam, kelabu, keputih-putihan
atau bersama-sama Pracaya, 2003. Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya daun yang lazimnya berwarna hijau. Gejala ini sering mendahului
gejala nekrosis. Kalau gejala menguning ini sistemik dan terdapat pada semua daun, biasanya merupakan gejala sekunder yang disebabkan karena serangan
parasit pada bagian lain atau dapat juga disebabkan karena keadaan luar yang kurang baik Semangun, 1996.
Gambar 13. Klorosis pada M. caesia Gejala kerusakan akibat kekeringan pada umumnya berupa kelayuan yaitu
kehilangan tekanan turgor jaringan inang. Kelayuan dan gugurnya daun merupakan gejala awal kekurangan air, dan apabila kekurangan air berlangsung
terus maka dehidrasi akan meluas pada seluruh bagian tumbuhan. Pohon jenis Fernandoa macroloba no 27, vak XI H mengalami kelayuan pada daun
disebabkan karena hilangnya turgor. Gejala ini diduga diakibatkan oleh kerusakan bagian perakaran, penyumbatan saluran air atau oleh senyawa yang beracun yang
dikeluarkan oleh patogen yang terbawa oleh aliran air kebagian atas tanaman. Menurut Widyastuti et.al. 2005 kelayuan dapat mengakibatkan satu atau
kombinasi gangguan ini: a. gangguan absorbsi air dan hara oleh akar. Gangguan ini dapat diakibatkan
oleh kerusakan jaringan akar oleh parasit, faktor fisik seperti kekeringan dan terlalu banyak air atau oleh faktor kimia seperti kekurangan hara.
b. gangguan pada konduksi air dalam tumbuhan. Fungi penyebab layu yang menyerang jaringan pembuluh tumbuh dan berkembang di dalam sistem
pembuluh tumbuhan. c. kehilangan kontrol transpirasi. Pada pertumbuhan yang sehat untuk
menghemat air stoma akan menutup saat kelembaban rendah. Tumbuhan yang terinfeksi sering kehilangan kemampuan ini dan mengalami kelayuan
saat air hilang melalui transpirasi lebih banyak daripada air yang diserap akar.
5.2. Tingkat Kerusakan Pohon di KRB