Selanjutnya kajian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam membangun semangat kebangsaan, rasa nasionalisme, dan kepemilikan pada tatanan kebangsaan yang terpupuk melalui
proses pelatihan dan penerimaan atlet dalam bentuk pola asuh pelatih yang bervariasi. Dengan demikian perolehan nilai-nilai, rasa bertanggung jawab, kerjasama, sportivitas, menghargai
lawan dan diri sendiri, kemenangan dan kekalahan dapat berkembang dalam diri anakatlet, yang diharapkan dapat melekat dan menjadi kebiasaan yang positif.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu mengisi kajian sport sociology dan sport psychology, seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai keterkaitan isu gender dengan
konteks pembangunan yang sebabkan oleh faktor sosial yang terbatasinya oleh kesetaraan kesempatan
. demikian halnya dengan kajian sport psychology yang banyak memahami tentang
hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung pada diri atlet dan yang dari luar diri atlet yang keseluruhan itu mampu mempengaruhi tampilannya dalam konteks
prestasi. Selain itu penelitian ini juga akan memberikan manfaat pada kajian sport psychology yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, watak dan karakter lewat pola pengasuhan
keluarga, pelatih, dan sekolah pada atlet, yang berkembang sesuai jenis olahraga yang digelutinya.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan motivasi tiap wanita dalam upaya peningkatan prestasi, khususnya prestasi olahraga wanita,
sehingga para pelatih mengerti betul bahwa tidak sepatutnya untuk membedakan atlet wanita dengan laki-laki, meski tidak ada maksud untuk membandingkan keduanya.
Sumbangan dalam bentuk gagasan bagi para pelatih dan pelaku olahraga, dalam mensiasati pelatihan dalam keragaman budaya, etnis, ras, dan agama yang membaur menjadi
satu dalam proses pelatihan. Meski kadang kala tidak begitu ’kentara’ adanya multikulturalisme, akan tetapi keberagaman ini dapat dipedomani dalam upaya kelancaran penerapan program
latihan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sekaitan dengan seringnya terungkap ke permukaan perlakuan budaya yang salah, diharapkan dengan hasil kaijian ini para pelatih dapat
mengeliminir sebesar mungkin lewat pelatihan olahraga, dengan kreativitas dan corak khas kepelatihannya.
Sajian dari hasil kajian ini juga sungguh bermanfaat bagi ’pencetak pelatih’ yakni FPOK, FIK, Jurusan-jurusan Olahraga dan segenap lembaga, baik formal maupun non-formal yang
bergerak dalam bidang olahraga dan pelatihan, agar dapat bersama-sama memberdayakan segenap pengetahuan dan kemampuannya dalam upaya memperkecil bias gender dalam
pelatihan olahraga.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan studi kasus, dan merupakan studi yang berusaha menyingkap, mendeskripsi, menganalisis, memproyeksi dan pemberian
makna tentang berbagai upaya orang tua dalam model pola asuh yang dilakukan dalam membesarkan dan mendewasakan anak perempuannya, sehingga anak memutuskan untuk tetap
menggeluti olahraga kompetitifolahraga prestasi. Penelitian ini tergolong pada studi kasus, karena sangat unik ditinjau dari proses perkembangan dan dampak olahraga prestasi dari ke-3
unit analisis wanita yang menggeluti olahraga prestasi, sehingga memerlukan pendalaman. Berkaitan dengan penelitian kualitatif, sesungguhnya merupakan payung untuk berbagai
strategi penelitian yang mempunyai persamaan karakteristik Bogdan dan Biklen, 1982:2. Selanjutnya disebutkan pula dalam istilah lain seperti penelitian naturalistik untuk bidang
pendidikan. Bogdan dan Biklen lebih jauh memaparkan tentang bermacam-macam istilah lain yang sering digunakan, seperti; studi kasus, fenomenologi, ekologi, etnografis, aliran Chicago,
dan lain-lain. Pada paparan Lincoln Guba 1985:361 dijelaskan bahwa:
There is no simple taxonomy within which various kinds of case studies might be classified. In seffective evaluation, we note:
● case studies may be written with different purposes in mind, including to chronicle to record temporally and sequentially, as in a history to render as in a description or to
provide vicarious experience, to teach as instructional material for students such as the Harvad Law School case studies, especially when the materials are open ended, and to test
to use the case as a trial for certain theories and hypotheses . A given case may serve multiple purposes.
● case studies may be written atdifferent analytic levels, including a merely factual level, an interpretative level, and an evaluative judgmental level; each level presupposes the former.
● case studies will, depending on purpose and level, demand different action from the inquirerwriter, ranging, for example, from simple recording for a factual chronicle to the
weighting of complex alternatives for the evaluative test. ● case studies will, depending on purpose and level, result in different products, from a
simple register for a factual chronicle to elaborated judgments for the evaluative test.
Strauss dan Corbin 2003:6 memaparkan sekaitan dengan penelitian kualitatif bahwa penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti di bidang ilmu sosial, juga oleh para peneliti di
bidang yang menyoroti masalah yang terkait dengan perilaku dan peranan manusia. Sedangkan Nasution 1988:5 menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa, dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.
Upaya orang tua dan pelatih dalam menata situasi dan kondisi tiap anakatlet tanpa bias gender, merupakan fokus utama dalam penelitian ini, sehingga tiap anak, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam segala aktivitas. Penelitian kualitatif pada dasarnya telah lama digunakan dalam wilayah ilmu sosial,
terutama dalam kajian antropologi yang dikenal dengan metode ‘ethnographic’. Sedangkan dalam wilayah ilmu pendidikan metode semacam ini lebih dikenal dengan istilah ‘naturalistic’.
Hal senada dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen 1990:3, yang menyebutkan: “In education, qualitative research is frequently called naturalistic because the research hangs around where the
events, he or she is interested in naturally occur. And the data is gathered by people engaging in natural behavior: talking, visiting, looking, eating, and so on”.
Sehubungan dengan penggunaan pendekatan kualitatif, maka data yang dihimpun diungkap dengan melakukan eksplorasi melalui komunikasi partisipatif yang intensif langsung
dengan sumber data. Perlakuan eksplorasi ini bertujuan untuk menjaring, mengungkap, memahami, dan menjelaskan masalah, dan berakhir ketika masalah yang diinginkan telah