PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 9 melibatkan partisipasi multipihak. Karena itu ada kerja sama untuk memajukan proses pendidikan anak usia dini. Ketiga, lebih mengedepankan aspek pembelajaran yang mendorong penguatan aspek solidaritas sosial dalam ranah peningkatan psikomotorik siswa anak usia prasekolah. Di Kota Surakarta institusi PAUD berbasis kampung pada umumnya berada di wilayah pinggiran kota yang didiami masyarakat urban yang biasanya berprofesi sebagai pekerja informal. Sayangnya berbagai institusi penyelenggara PAUD yang bervisi sosial, untuk kepentingan masyarakat kurang mampu miskin masih memiliki kekurangan. Kekurangan itu meliputi: fasilitas atau infrastruktur kegiatan baik berupa bangunan yang semi permanen, alat peraga-permainan yang ala kadarnya, sampai model kurikulum pembelajaran yang belum inovatif. Tenaga pendidik institusi penyelenggara PAUD berbasis kampung, juga merupakan tenaga honorer tanpa pendidikan keahlian. Meski demikian kompetensi mereka tidak diragukan dalam mendidik anak-anak usia dini. Sebenarnya jika ada respons kreatif dari pemegang kebijakan anggaran pendidikan institusi PAUD yang berfungsi sosial seharusnya berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Lagipula, saat ini ada goodwill dari pemerintah pusat daerah untuk mengalokasikan 20 persen dana APBNAPBD untuk sektor pendidikan. Meski dalam implementasi masih terkendala kebijakan birokrasi.

B. PERUMUSAN MASALAH

commit to user 10 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD institusi Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kepentingan pemerintah, dan lembaga sosial lembaga donor dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui kepentingan masyarakat dan wali murid dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui jenis atau tipe- tipe konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. commit to user 11 5. Untuk mengetahui resolusi yang diambil dalam upaya menyelesaikan konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi sumbangan dan sekaligus ikut memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu Sosiologi. 2. Dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam. 3. Menjadi referensi dalam pengembangan proses pendidikan usia dini khususnya PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Yang Digunakan Dalam karya Dahrendorf 1958, 1959, pendirian teori konflik dan teori fungsional disejajarkan. Menurut Dahrendorf dan teoritisi lainnya, setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial, berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. Teoritisi commit to user 12 konflik melihat apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Teori ini juga menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama dihadapan tekanan itu. Menurut Dahrendorf, ada dua kelompok konflik yang dapat terbentuk di dalam setiap asosiasi. Kelompok yang memegang posisi otoritas dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan tertentu “yang arah dan substansinya saling bertentangan”. Konsep kunci dalam teori konflik Dahrendorf adalah kepentingan. Ritzer dan Goodman, 2007: 153-154 Menurut Dahrendorf, teori konflik bertujuan mengatasi watak yang secara dominan bersifat arbiter dari peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak dapat dijelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa tersebut dari elemen-elemen struktur sosial. Dengan kata lain, menjelaskan proses-proses tertentu dengan penyajian yang bersifat ramalan. Koflik antar buruh dan majikan memang memerlukan penjelasan tetapi yang lebih penting ialah menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh susunan- susunan struktur tertentu, yang oleh karenanya di manapun cenderung melahirkan susunan struktur sebagaimana yang telah ada. Dengan demikian yang menjadi tugas sisiologi ialah melihat hubungan konflik dengan struktur sosial tertentu dan bukan menganggapnya berhubungan dengan variabel- commit to user 13 variabel psikologi “sifat-sifat agresif” atau variabel historis deskriptif masuknya orang negro ke amerika serikat atau unsur kebetulan Poloma, 2005 : 129. Teori konflik berorientasi ke studi struktur dan institusi sosial. Dalam karya Dahrendorf, teoritisi konflik lainnya, setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik juga melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teoritisi konflik juga melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. Ritzer dan Goodman, 2003 : 153. Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas dua tipe. Pertama kelompok semu Quasi Group dan kelompok kepentingan. Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok yang kedua yakni kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. Ritzer, 2004 : 27 Kedua kelompok ini dilukiskan oleh Dahrendorf seperti berikut : “Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan yang direkrut dari kelompok semu yang lebih besar. Kelompok kepentingan adalah kelompok dalam pengertian sosiologi yang ketat; dan kelompok ini commit to user 14 adalah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur, bentuk organisasi tujuan atau program dan anggota perorangan. Dari berbagai jenis kelompok kepentingan itulah muncul kelompok konflik atau kelompok yang terlibat dalam konflik aktual Ritzer dan Goodman, 2003 : 156. Kondisi-kondisi tersebut, kepemimpinan, ideologi, kebebasan politik yang minimal, komunikasi internal merupakan prasyarat dasar untuk pembentukan kelompok-kelompok konflik. Dengan demikian berarti bahwa apabila salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada diantara para anggota suatau kelompok semu, maka suatu kelompok konflik tidak akan terbentuk. Kondisi-kondisi ini juga harus diingat sebagai variabel- variabel yang mungkin mempunyai nilai yang berbeda dalam kelompok konflik yang berbeda. Disamping itu, diluar tingkat minimal yang diperlukan untuk pembentukan kelompok konflik, peminpin-pemimpin dan idiologi- idiologi mungkin sangat berbeda menurut kemampuannya untuk menggerakkan dan merangsang tindakan kelompok kolektif. Begitu pula dengan tingkat kebebasan politik eksternal serta tingkat komunikasi antar anggota dalam suatu kelompok konflik dan intensitas serta frekuensinya mungkin berbeda- beda antara kelompok konflik satu dengan kelompok konflik lainnya. Demartoto, 2007 : 80 Dahrendorf menyatakan bahwa segera setelah kelompok konflik muncul, kelompok itu melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan commit to user 15 dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba. Apapun ciri konflik, sosiologi harus membiasakan diri dengan hubungan antara konflik dan perubahan maupun dengan hubungan antara konfik dan status quo Ritzer dan Goodman, 2003 : 157. Fungsi konflik menurut Dahendorf adalah a. Membantu membersihkan suasana yang sedang kacau b. Katub penyelamat proses salah satu sikap serta ide yang berfungsi dalam permusuhan c. Keagresifan dalam konflik yang realitas dalam kekecewaan dan konflik tidak realitas dalam kebutuhan untuk meredakan ketegangan mungkin terakumulasi dalam proses interaksi lain sebelum ketegangan dalam situasi konflik diredakan d. Konflik tidak selalu berakhir dengan rasa permusuhan e. Konflik dapat dipakai sebagai indikator kekuatan dan stabilitas suatu hubungan f. Konflik dengan berbagai outgroup dapat memperkuat kohesi hubungan atau kerjasama internal suatu kelompok Dahrendorf, 1986 : 255-259. Seperti halnya konsensus dan konflik adalah sebuah realitas sosial. Teori konflik Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial yang mengabaikan norma- norma dan nilai-nilai. Menurut Marx “kepentingan” selalu dipandang dari segi materialnya saja commit to user 16 tetapi sebenarnya menurut Dahrendorf “kepentingan” selalu memiliki suatu harapan- harapan. Dalam memegang peran penguasa seseorang tersebut akan bertindak demi keuntungan organisasi sebagai suatu keseluruhan dan dalam kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan Ritzer dan Goodman, 2003 : 153-154. 2. Definisi Konseptual Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepentingan didefinisikan sebagai suatu kebutuhan, keperluan yang menjadi tujuan. KBBI, 1988: 644. Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan . Seperti pengacara , politikus , eksekutif atau direktur suatu perusahaan , memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi. Lawang, 1986: 270 Pemangku kepentingan didefinisikan sebagai pengelola, penyelenggara, orang yang mewakili orang yang mempunyai keperluan atau kebutuhan. KBBI, 1988: 644. Pemangku kepentingan di dalam PAUD yaitu meliputi Pemerintah, Pengelola, Donatur, Orang Tua Murid, Murid dan Masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini PAUD adalah suatu commit to user 17 upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan