P Adsorpsi Kitosan Magnetik Nanopartikel Terhadap Logam Cd II

27 itu r dapat ditentukan sebagai berikut : = 0,05 Persamaan garis regresi : Y = 0,261X + 0,0,05 Perh ngan koefisien korelasi r = { Xi . XYi . Y } √ Xi . X { }{  . Y 2 } 2 Yi = 1,510654 √4,30,449684 = 1,510654 √1,933641 tapan kadar Fe dengan spektroskopi

4.1.2. P

u dengan konsentrasi dari T v – Waktu kontak Penyerapa Penyerapan = 0,992 Jadi, koefisien korelasi pada pene serapan atom adalah r = 0,992 engaruh variasi waktu kontak Variasi waktu kontak dilakukan dengan menggunakan larutan Cd dan Cu 10 ppm. Pengolahan data yang diperoleh dari data SSA Lampiran dengan cara mengurangkan konsentrasi awal larutan Cd dan larutan C data pengukuran SSA dapat dilihat pada tabel berikut : abel 4.3. Data ariasi waktu kontak dari 10 60 menit n logam Cd ppm logam Cd 10 20 30 40 50 60 7,1892 71,89 7,8196 8,8435 9,0038 8,5476 7,5403 78,19 88,44 90,04 85,48 75,40 Universitas Sumatera Utara 28 G 70,00 74,00 78,00 82,00 86,00 90,00 94,00 98,00 10 20 30 40 50 60 70 P e n y e r a p a n L o g a m C d Waktu Kontak menit ambar 4.3. kurva variasi waktu kontak sampel terhadap penyerapan logam T v – Waktu kontak Penyerapan Penyerapan u abel 4.4. Data ariasi waktu kontak dari 10 60 menit logam Cu ppm logam C 10 20 30 40 50 60 9,8574 98,57 9,8269 9,8875 9,9121 9,8884 9,8734 98,27 98,89 99,12 98,88 98,73 G 98,2 98,3 98,4 98,5 98,6 98,7 98,8 98,9 99 99,1 99,2 10 20 30 40 50 60 7 P e n y e ra p a n L o ga m C u Waktu Kontak Menit ambar 4.4. kurva variasi waktu kontak sampel terhadap penyerapan logam Universitas Sumatera Utara 29 Penurunan kadar ion Cd dan Cu dalam sample dinyatakan dalam dengan membandingkan konsentrasi Cd dan Cu yang terserap terhadap konsentrasi awal seperti pada persamaan berikut ini : penyerapan kitosan = [Cd] awal – [Cd] akhir x 100 [Cd] awal Variasi waktu kontak antara kitosan magnetik nanopartikel dengan logam CdII dan CuII ditujukan untuk melihat waktu kesetimbangan adsorpsi kitosan magnetik nanopartikel terhadap larutan kadmium Cd dan tembaga Cu. Proses penyerapan kitosan magnetik nanopartikel terhadap logam CdII dan CuII menyerupai pembentukan senyawa kompleks, dimana adanya peristiwa adsorpsi. Dari waktu kontak 10 menit, proses adsorpsi berbanding lurus dengan penambahan waktu kontak. Peningkatan proses adsorpsi terjadi sampai waktu kontak 30 menit, dimana kitosan magnetik nanopartikel sudah mencapai kesetimbangan adsorpsi sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu optimum penyerapan kitosan magnetik nanopartikel terhadap logam CdII dan CuII adalah 30 menit. Dari data yang ada peristiwa adsorpsi menurun setelah waktu kontak lebih besar dari 30 menit karena pada saat ini kitosan magnetik nanopartikel sudah mengalami proses desorpsi atau penguraian kembali logam CdII dan CuII dari kitosan magnetik nanopartikel. Banyak logam-logam berat yang mampu diserap oleh Kitosan Nanopartikel, antara lain : Cu 2+ , Zn 2+ , Fe 2+ , Co 2+ , dan lain-lain. Biasanya logam-logam berat tersebut ada pada limbah cair industri yang dibuang ke sungai atau ke laut yang akhirnya mempunyai dampak cukup besar terhadap ekosistem lingkungan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan alam. Berdasarkan kekuatan medan ligan dalam spektrokimia sebagai berikut : CN - NO 2- NH 3 H 2 O F - OH - Cl - Br - I . Kekuatan medan magnet dalam molekul ditentukan oleh ada atau tidaknya elektron yang berpasangan. Jika semua elektron berpasangan maka akan mengalami Universitas Sumatera Utara 30 penolakan dalam medan magnet disebut sifat diamagnetik. Jika ada electron yang tidak berpasangan maka akan mengalami penarikan oleh medan magnet disebut sifat paramagnet. Makin banyak electron yang tidak berpasangan makin kuat sifat paramagnetiknya. Keadaan seperti ini menyatakan bahwa gugus amino lebih kuat medan ligannya dibandingkan gugus hidroksil. Pada laju reaksi, makin luas permukaan maka daya serapnya makin baik. 4.1.3. Pengaruh Variasi Konsentrasi Logam CdII dan Logam CuII 4.1.3.1. Pengaruh Variasi Konsentrasi Logam CdII Variasi konsentrasi logam CdII dilakukan pada kondisi waktu kontak optimum yaitu 30 menit. Data pada tabel 4.4 merupakan pengolahan data dari Lampiran dengan mengurangkan konsentrasi awal larutan Cd dengan konsentrasi dari data pengukuran SSA. Tabel 4.5. Data Variasi Konsentrasi Logam CdII dari 1 – 60 ppm Konsentrasi logam CdIIppm Penyerapan logam CdIIppm Penyerapan logam CdII 1 5 10 20 40 60 9,1647 8,9353 8,1321 7,9500 7,6108 5,5210 91,65 89,35 81,32 79,50 76,11 55,21 Universitas Sumatera Utara 31 Gambar 4.5. Kurva Variasi Konsentrasi Larutan Kadmium Cd Terhadap Penyerapan Logam 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00 10 20 30 40 50 6 0 70 P e n y e ra p a n L o g a m C d II Konsentrasi Logam Cd II ppm Data pada tabel 4.5 dapat diamati bahwa penyerapan kitosan magnetik nanopartikel terhadap logam CdII dari 1 sampai 60 ppm terjadi pengurangan serapan dari 91,65 menjadi 55,21 . Penurunan serapan kitosan magnetik nanopartikel dapat disebabkan oleh kondisi kitosan magnetik nanopartikel yang mulai jenuh. 4.1.3.2. Pengaruh Variasi Konsentrasi Logam CuII Tabel 4.6. Data Variasi Konsentrasi Logam CuII dari 1 – 60 ppm Konsentrasi logam CuIIppm Penyerapan logam CuIIppm Penyerapan logam CuII 1 5 10 20 40 60 10 10 9,874 9,8269 9,5009 9,0823 100 100 98,74 98,27 95,01 90,82 Universitas Sumatera Utara 32 Gambar 4.6. Kurva Variasi Konsentrasi Larutan Tembaga Cu Terhadap Penyerapan Logam 90,0 92,0 94,0 96,0 98,0 100,0 102,0 10 20 30 40 50 60 7 P e n y e ra p a n Lo g a m C u II Konsentrasi Logam Cu II ppm Dari data pada tabel 4.6 dapat diamati bahwa penyerapan kitosan magnetik nanopartikel terhadap logam CdII dari 1 sampai 5 ppm adalah 100 . Pada konsentrasi yang lebih besar yaitu 10 -20 ppm terjadi pengurangan serapan menjadi 98,74 – 98,27 . Dan pada konsentrasi 40 – 60 ppm terjadi pengurangan yang signifikan yaitu 95,01 – 90,82 . Penurunan serapan kitosan magnetik nanopartikel disebabkan oleh kondisi kitosan magnetik nanopartikel yang mulai jenu. 4.2. Studi Analisis 4.2.1. Analisis FTIR

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan Besi (Fe) Pada Hewan Undur-Undur Darat (myrmeleon Sp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

9 131 82

Penyediaan Dan Karakterisasi Kitosan Glutaraldehide Sebagai Adsorben Untuk Menentukan Kadar Ion Logam CU Dengan SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)

2 62 59

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Studi Adsorpsi Kitosan Magnetik Nanopartikel Terhadap Logam Krom (Cr) dengan Spektroskopi Serapan Atom

4 70 73

Study Perbandingan Penggunaan Kitosan Sebagai Adsorben Dalam Analisis Logam Tembaga (Cu2+) Dengan Metode Pelarutan Dan Perendaman

0 29 3

Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

5 65 81

Penentuan Kandungan Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), dan Zink (Zn) di Dalam Produk Ikan Tuna Kemasan Kaleng Berdasarkan Waktu Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 1 13

Penentuan Kandungan Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), dan Zink (Zn) di Dalam Produk Ikan Tuna Kemasan Kaleng Berdasarkan Waktu Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 2

Penentuan Kandungan Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), dan Zink (Zn) di Dalam Produk Ikan Tuna Kemasan Kaleng Berdasarkan Waktu Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

0 0 5