HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009 baik itu milik swasta dan milik pemerintah atau BUMN. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan, yaitu: (1) perusahaan yang listing di BEI,(2) perusahaan yang menyajikan laporan keuangan selama periode 2005-2009, dan (3) perusahaan yang selalu membagikan dividen.

Sampel yang diambil dari 17 perusahaan perbankan dari jumlah populasi sebanyak 66 perusahaan perbankan yang listing di BEI yaitu berjumlah 85 laporan keuangan perusahaan.

B. Deskripsi Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Regresi Linier. Dimana di dalam penelitian ini terdapat lima variabel independen, satu variabel dependen. Variabel independen yang terdapat pada penelitian ini adalah kinerja keuangan yang oleh penulis dipilih beberapa rasio keuangan, terdiri dari NPM, ROA, DTA, DER, dan EPS. Variabel dependen yang digunakan Return Saham.

1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Data deskriptif ini bertujuan untuk menampilkan informasi-informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut. Deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain nilai rata-rata (mean), nilai terendah (min), nilai tertinggi (maks) dan standar deviasi. Untuk memberikan gambaran mengenai hasil statistik deskriptif pada penelitian ini dapat di lihat di tabel 4.1 .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

Variabel

Mean

Minimum Maksimum St Deviasi NPM

Dari hasil uji deskriptif di atas dapat dilihat dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Variabel NPM memiliki nilai minimum 0,06 dan dan nilai maksimum 0,38. Dilihat dari nilai standar deviasi (0,06720) yang lebih kecil dari nilai mean (0,1391) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

b. Variabel ROA memiliki nilai minimum 0,04 dan dan nilai maksimum 0,18. Dilihat dari nilai standar deviasi (0,03704) yang lebih kecil dari nilai mean (0,1006) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

c. Variabel DTA memiliki nilai minimum 0,36 dan dan nilai maksimum 0,63. Dilihat dari nilai standar deviasi (0,05164) yang lebih kecil dari nilai mean (0,4739) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

d. Variabel DER memiliki nilai minimum 0,42 dan dan nilai maksimum 0,75. Dilihat dari nilai standar deviasi (0,06578) yang lebih kecil dari nilai mean (0,5456) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Variabel EPS memiliki nilai minimum 340,96 dan dan nilai maksimum 1103,71. Dilihat dari nilai standar deviasi (214,68740) yang lebih kecil dari nilai mean (643,5664) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

f. Variabel RS memiliki nilai minimum 0,07dan dan nilai maksimum 0.27. Dilihat dari nilai standar deviasi (0,05261) yang lebih kecil dari nilai mean (0,1633) dapat disimpulkan bahwa fluktuasi yang terjadi selama proses penelitian kecil.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Pengujian Autokorelasi Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu (residual) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah uji Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai kritisnya atau nilai tabel. Jika nilai (d) terletak antara batas atas atau upperbound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tak ada autokorelasi.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,862. Pada jumlah sampel (n) = 85 dan jumlah variabel bebas (k) = 6, maka besarnya nilai tabel Durbin-Watson Test adalah du = 1,770 dan 4-du = 2,230. Hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai du 1,770 < DW 1,862 < 2,230, maka tidak terjadi adanya autokorelasi antar variabel independen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengujian Multikolinieritas Menurut Ghozali (2006), Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan cara melihat tolerance value dan value-inflating factor (VIF) dengan alat bantu program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Tolerance value < 0,10 dan VIF > 10 : terjadi multikolinearitas Tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Model COLLINEARITY STATISTIC

Dari tabel uji Multikolinieritas dapat dilihat bahwa, Tolerance variabel bebas > 0,10 dan VIF variabel bebas < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak saling berkorelasi secara signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa, data yang di analisis memenuhi asumsi multikolinearitas.

3. Pengujian Heteroskedastisitas Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji Glejser. Yaitu 3. Pengujian Heteroskedastisitas Bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji Glejser. Yaitu

dengan meregresikan nilai residual yang diabsolutkan (sebagai variabel dependen) dengan variabel independen. Kriteria suatu model regresi terkena masalah heteroskedastisitas atau tidaknya adalah jika nilai probabilitas signifikansi (sig) lebih kecil dari 0,05 maka terkena heterosdasitas. Jika nilai probabilitas signifikansi (sig) lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedasitas.

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser )

Dari data di atas terlihat bahwa secara simultan maupun secara individual masing-masing variabel independen yang digunakan memiliki nilai p-value(sig) di atas 0,05 yang berarti tidak terjadi heterosdesitas dan data yang ada siap untuk di uji hipotesis.

4. Pengujian Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Untuk menguji normalitas, peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang

diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, maka data berdistribusi secara normal, jika p value < α maka data tidak berdistribusi normal.

Model

Sig

Konstanta

2,702

0,808

NPM

0,885

0,379

ROA

0,927

0,357

DTA

0,966

0,337

DER

0,894

0,374

EPS

0,87

0,387

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Uji normalitas tersebut ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov)

Unstandardized Residual

Normal Parameters a Mean

Std. Deviation

.01959805 Most Extreme

-.088 Kolmogorov-Smirnov Z

.809 Asymp. Sig. (2-tailed)

a. Test distribution is Normal. Berdasarkan tabel di atas, model memiliki nilai probabilitas signifikansi

(Asymp. Sig-(2tailed)) sebesar 0.529. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal. Model regresi memenuhi asumsi normalitas.

D. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R 2 )

Dari hasil uji menggunakan SPSS 18.0 yang diperlihatkan oleh tabel dibawah ini, dapat dilihat besarnya nilai Adjusted R 2 adalah 0.852 hal ini berarti kelima variabel independen yaitu Net Profit Margin, Return On Asset, Debt to Total Asset , Debt to Equity Ratio dan Earnings per Share dapat menjelaskan variasi variabel dependen Return Saham sebesar 85.2%. Untuk sisanya sebesar 14,8%

dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain di luar model regresi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5

Hasil Uji R 2 ( Uji Ketepatan Perkiraan)

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

2. Pengujian Signifikansi Simultan (F hitung) Dari uji koefisien regresi simultan (F hitung), dapat dilihat pada tabel anova di bawah ini bahwa didapatkan nilai F hitung sebesar 8.050 dengan tingkat probabilitas 0,000 (signifikansi). Oleh karena P-value lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Artinya bahwa variabel Net Profit Margin, Return On Asset, Debt to Total Asset , Debt to Equity Ratio dan Earnings per Share berpengaruh secara simultan terhadap variabel Return Saham.

Tabel 4.6 Hasil Uji F ( Uji Signifikansi Simultan )

.000 a H0 ditolak

3. Pengujian Signifikansi Parsial (t test) Dari hasil uji menggunakan SPSS 18.0 yang diperlihatkan oleh tabel dibawah ini, dapat dilihat besarnya nilai uji t dari ke lima variabel tersebut yang pertama yaitu variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki tingkat sig-t sebesar 0.039 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel yang ke dua adalah variabel Return On Asset (ROA) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,045 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel ke tiga yaitu variabel Debt to Total Asset (DTA) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,000 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel ke empat yaitu variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,614 yang nilainya lebih tinggi 3. Pengujian Signifikansi Parsial (t test) Dari hasil uji menggunakan SPSS 18.0 yang diperlihatkan oleh tabel dibawah ini, dapat dilihat besarnya nilai uji t dari ke lima variabel tersebut yang pertama yaitu variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki tingkat sig-t sebesar 0.039 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel yang ke dua adalah variabel Return On Asset (ROA) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,045 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel ke tiga yaitu variabel Debt to Total Asset (DTA) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,000 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05. Untuk variabel ke empat yaitu variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,614 yang nilainya lebih tinggi

dari signifikansi 0,05. Untuk variabel ke lima yaitu variabel Earnings per Share (EPS) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,007 yang nilainya lebih rendah dari signifikansi 0,05.

Tabel 4.7

Hasil Uji t ( Uji Signifikansi Parsial)

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan pengujian hipotesis di atas, hasilnya sebagai berikut.

1. Variabel Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel NPM adalah 0,039, yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa NPM memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham. Hasil ini mendukung pernyataan dari Sartono (1996: 78), bahwa semakin tinggi NPM suatu bank maka akan semakin tinggi pula keuntungan marjinal yang diperoleh bank tersebut, sehingga akan diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut return saham. Hasil penelitian ini membuktikan secara empiris akan adanya pengaruh kinerja manajemen keuangan perusahaan tentang efisiensi yang terjadi di perusahaan yang diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan manajemen keuangan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Variabel t hitung p value

Ha didukung

Ha didukung

Ha didukung

Ha tidak didukung

Ha didukung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Variabel Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel ROA adalah sebesar 0,045 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa investor merespon kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan Return On Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Hal ini mendukung dengan penelitian sebelumnya oleh Natarsyah (2000) Hasil ini mengindikasikan bahwa investor merespon kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Hasil ini juga mendukung dengan hasil penelitian dari Purnama (2008), Ulupui (2005), dan Payamta dan Hanung (1998) yang memperoleh kesimpulan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham.

3. Variabel Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel DTA adalah sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa DTA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hal ini mendukung penelitian dari Sumilir (2002) Leverage Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Serta Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel DTA adalah sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa DTA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hal ini mendukung penelitian dari Sumilir (2002) Leverage Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Serta

mendukung pernyataan dari Ang (1997: 18), DTA mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi.

4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel DER adalah sebesar 0,614 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hal ini mendukung dengan penelitian dari Purnomo (1998) yang memperoleh hasil DER cenderung tidak dapat digunakan dalam menentukan proyeksi harga saham. Hasil ini juga mendukung penelitian dari Permana (2008) dan Ulupui (2005) yang memperoleh kesimpulan bahwa Leverage Ratio (LEV) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Meskipun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bahwa investor dapat mengabaikan rasio debt suatu perusahaan. Sering kali kondisi financial distress yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh kegagalan dalam membayar utang. Proporsi utang yang semakin tinggi menyebabkan fixed payment yang tinggi. dan akan menimbulkan risiko kebangkrutan (Natarsyah, 2000). Selain itu mungkin dikarenakan sampel yang diambil oleh peneliti yang menggunakan laporan keuangan dari sektor perbankan yang sebagian besar penggunaan dana operasionalnya berasal dari utang dari pada ekuitas saham yang mengakibatkan tidak berpengaruhnya kebijakan manajemen keuangan perusahaan tentang 4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel DER adalah sebesar 0,614 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hal ini mendukung dengan penelitian dari Purnomo (1998) yang memperoleh hasil DER cenderung tidak dapat digunakan dalam menentukan proyeksi harga saham. Hasil ini juga mendukung penelitian dari Permana (2008) dan Ulupui (2005) yang memperoleh kesimpulan bahwa Leverage Ratio (LEV) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Meskipun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bahwa investor dapat mengabaikan rasio debt suatu perusahaan. Sering kali kondisi financial distress yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh kegagalan dalam membayar utang. Proporsi utang yang semakin tinggi menyebabkan fixed payment yang tinggi. dan akan menimbulkan risiko kebangkrutan (Natarsyah, 2000). Selain itu mungkin dikarenakan sampel yang diambil oleh peneliti yang menggunakan laporan keuangan dari sektor perbankan yang sebagian besar penggunaan dana operasionalnya berasal dari utang dari pada ekuitas saham yang mengakibatkan tidak berpengaruhnya kebijakan manajemen keuangan perusahaan tentang

keputusan pembelanjaan.

5. Variabel Earnings per Share (EPS) berpengaruh terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil dari perhitungan statistik nilai signifikansi yang dimiliki oleh variabel EPS adalah sebesar 0,007 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dari investor. Hal ini mendukung penelitian Hidayati (2009) yang menyatakan EPS memiliki pengaruh terhadap return saham. Earnings Per Share (EPS) adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan semakin besar dan menunjukkan tingkat keuntungan yang besar pula. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya maka semakin profitable dan menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan efek positif pada harga saham. Oleh karena itu perusahaan yang stabil biasanya memperlihatkan stabilitas pertumbuhan Earnings Per Share (EPS) setiap triwulannya dan berfluktuatif jika sebaliknya. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Permana (2008) memperoleh kesimpulan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id