Teknik Analisis Data

G. Teknik Analisis Data

“Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2002 : 103).

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Analisis data secara deskriptif dalam bidang Geografi Sosial sangat diperlukan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat sosial. Teknik analisis ini mampu menjelaskan data yang digunakan dalam bentuk tabel, grafik dan peta. Dari data tersebut kemudiaan dijabarkan ke dalam bentuk kalimat. Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persebaran Fasilitas Kesehatan

Analisis persebaran fasilitas kesehatan dalam penelitian ini menggunakan analisis spasial. Hal ini dikarenakan geografi merupakan suatu ilmu yang tidak lepas dari ruang. Selain itu untuk meneliti interaksi dari persebaran fasilitas kesehatan menggunakan analisis gravitasi. Adapun model gravitasi yang dipilih dikarenakan pada daerah penelitin tidak memiliki topografi yang seragam dengan demikian untuk penerapan dari analisis tetangga terdekat tidak dapat diterapkan pada daerah tersebut. Pada hakekatnya analisis grafitasi ini sesuai untuk daerah penelitian dikarenakan pada daerah penelitian memiliki topografi yang beragam.

Pembatasan masalah dalam analisis grafitasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu model gravitasi dengan pembatas tunggal dan model gravitasi dengan pembatas ganda. Pada model gravitasi pembatas tunggal, pembatasan (faktor pembatas) hanya dilihat dari satu sisi saja. Berbeda dengan model gravitasi

commit to user

dengan pembatas ganda, dalam model gravitasi dengan pembatas ganda tidak hanya dilihat dari satu sisi saja namun juga dari sisi yang lain. Dalam penelitian ini model grafitasi yang akan digunakan adalah model grafitasi dengan pembatas ganda.

Terdapat dua pembatas dalam penelitian ini, yaitu jumlah penduduk yang didistribusikan dan jumlah daya tampung pada fasilitas kesehatan. Lebih jelasnya setiap kecamatan terdapat penduduk yang membutuhkan pelayanan kesehatan, sedangkan kapasitas dari fasilitas kesehatan yang ada di setiap kecamatan jumlahnya terbatas.

Model gravitasi dengan pembatas ganda dirumuskan oleh Lee 1997 dalam Tarigan (2010 : 168) :

Keterangan :

𝑇 𝑗𝑗 = jumlah trip yang didistribusikan) dari sub wilayah I ke sub wilayahJ 𝑂 𝑖 = total trip yang berasal dari daerah i 𝐷 𝑗 = total trip yang ditampung tujuan j

𝐴 𝑖 = ( 𝐴 𝑖 𝑂 𝑖 𝑑 𝑖𝑗 𝑖 −𝑏 ) −1 𝐵 𝑗 =( 𝐴 𝑖 𝑂 𝑖 𝑑 𝑖𝑗 𝑗 −𝑏 −1

𝑂 𝑖 = 𝑇 𝑖𝑗 𝑗 𝐷 𝑗 = 𝑇 𝑖𝑗 𝑖

Proses perhitungan dalam model gravitasi dengan pembatas ganda adalah sebagai berikut :

a. Mentabulasi jumlah pengguna fasilitas kesehatan dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo

b. Mentabulasi jumlah skor unsur-unsur aksesibilitas per kecamatan

c. Menghitung 𝐷 𝑗 𝑑 𝑖𝑗 −𝑏

d. Menghitung 𝐴 𝑖 dan 𝐵 𝑖 dengan interasi hingga mencapai titik jenuh

e. Menghitung probabilitas interaksi pasangan antar pasangan daerah menggunakan rumus 𝑃𝑟 𝑖𝑗 = 𝐴 𝑖 𝐵 𝑗 𝐷 𝑗 𝑑 𝑖𝑗 −𝑏

𝑇 𝑖𝑗 = 𝐴 𝑖 𝐵 𝑗 𝑂 𝑖 𝐷 𝑗 ( 𝑑 𝑖𝑗 + 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 + 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑚) −𝑏

commit to user

f. Menghitung interaksi antara pasangan daerah menggunakan rumus 𝑇 𝑖𝑗 = 𝑂 𝑖 𝑃𝑟 𝑖𝑗 Penelitian ini akan memprediksi distribusi penduduk dalam mendatangi

fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana gerakan penduduk di Kabupaten Sukoharjo dalam mendatangi fasilitas kesehatan tersebut berdasarkan daya tarik dan kemudahan mencapai masing-masing sub wilayah (kecamatan). Daya tarik kecamatan ditentukan oleh kapasitas fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh kecamatan tersebut, sedangkan aksesibilitas ditinjau dari jarak antar kecamatan, jalan dan angkutan umum yang akan dijelaskan pada pembahasan aksesibilitas. Dalam meneliti persebaran fasilitas ini akan menghasilkan Peta Persebaran Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 dan Peta Interaksi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Kedua peta tersebut akan disusun dengan skala 1 : 120.000.

Pemberian simbol pada peta untuk membedakan antara Puskesmas dan Puskesmas Pembantu maka simbol yang akan digunakan pada peta adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

2. Kualitas Pelayanan Fasilitas Kesehatan

Gronroos (2000) dalam Puspita ( 2009 : 18-20) memaparkan tiga dimensi utama atau faktor yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas yaitu outcome-related (technical quality), process-related (functional quality), dan image-related dimensions . Ketiga dimensi ini kemudian dijabarkan yaitu:

a. Professionalism and Skills

b. Attitudes and Behavior

c. Accessibility and Flexibility

d. Reliability and Trustworthiness

e. Service recovery

commit to user

f. Serviscape

g. Reputation and Credibility. Ketujuh parameter tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator dimana hasil wawancara dari indikator tersebut kemudian diskoring. Ketujuh parameter tersebut akan digunakan untuk meneliti kualitas dari Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dengan demikian indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kualitas dari Puskesmas dan Puskesmas Pembantu berbeda.

Ketujuh parameter diatas kemudian dijabarkan kedalam indikator. Jumlah indikator pada setiap parameter dan setiap fasilitas kesehatan berbeda-beda. Adapun jumlah indikator pada penelitian ini sebanyak 7 dan masing-masing indikator terdiri dari 5 pertanyaan.

a. Kualitas Puskesmas

1) Professionalism and Skills

- Petugas selalu sigap dalam menangani setiap menangani pasien - Keahlian dan pengalaman Doketer/Mantri/Bidan dalam menangani

penyakit yang diderita pasien - Pengalaman perawat dalam memberikan pelayanan perawatan pada penyakit yang diderita pasien - Petugas memberikan pelayanan tanpa memandang status pasien - Keprofesional staf dalam mengelola dan menangani pasien

2) Attitudes and Behavior - Kesopanan Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Kerapian penampilan Petugas dalam memberikan pelayanan kepada

pasien - Keramahan Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Perhatian Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Pasien merasa aman dan nyaman saat melakukan pengobatan

3) Accessibility and Flexibility - Kestategisan dan kemudahan dalam menjangkau lokasi fasilitas kesehatan

commit to user

- Kemudahan menuju lokasi Puskesmas dengan menggunakan transportasi umum - Kemudahan mendapatkan pelayanan - Kemudahan menjumpai Dokter/Mantri/Bidan - Penetapan tarif untuk setiap pelayanan

4) Reliability and Trustworthiness - Memberikan pelayanan yang akurat kepada pasien - Tanggapan tenaga medis dalam menanggapi keluhan pasien - Petugas medis dan non medis selalu memberikan pelayanan dengan

tepat dan benar sesuai prosedur yang ada - Petugas melayani dengan ramah saat melakukan pengobatan - Petugas dalam memberikan pelayanan sesuai jadwal yang ada

5) Service recovery - Kemampuan Dokter/Mantri/Bidan untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pasien - Kecekatan perawat dalam membantu pasien pada saat dibutuhkan - Kemampuan staf memberikan pelayanan yang cepat - Jaminan keamanan terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien - Pelayanan medis di Puskesmas memenuhi harapan pasien

6) Serviscape

- Puskesmas dalam kondisi yang baik atau masih layak - Kelengkapan dan kebersihan peralatan medis - Kecanggihan peralatan yang dipakai sangat mendukung dalam

melakukan pemeriksaan - Kenyamanan dan ketercukupan ruang tunggu yang disediakan - Kebersihan dan kerapian Petugas dalam menangani pasien

7) Reputation and Credibility - Kepercayaan bahwa fasilitas ini memberikan pelayanan yang terbaik - Reputasi Puskesmas ini dalam masyarakat Kabupaten Sukoharjo - Fasilitas yang pertama kali muncul dalam pikiran dan memilih untuk

berobat atau dirawat

commit to user

- Kesan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas kesehatan ini - Perekomendasian kepada masyarakat umum untuk berobat di fasilitas

kesehatan ini

b. Kualitas Puskesmas Pembantu

1) Professionalism and Skills

- Petugas selalu sigap dalam menangani setiap menangani pasien - Keahlian petugas medis dalam menangani dan menanggapi keluhan - Pengalaman petugas medis menangani penyakit yang diderita pasien - Petugas memberikan pelayanan tanpa memandang status pasien - Keprofesional staf dalam mengelola dan menangani pasien

2) Attitudes and Behavior - Kesopanan Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Kerapian penampilan Petugas dalam memberikan pelayanan pasien - Keramahan Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Perhatian Petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien - Pasien merasa aman dan nyaman saat melakukan pengobatan

3) Accessibility and Flexibility

- Kestrategisan dan kemudahan dalam menjangkau lokasi - Kemudahan mendapatkan ruang - Kemudahan menuju lokasi dengan menggunakan transportasi umum - Kemudahan mendapatkan pelayanan yang cepat - Kemudahan menjumpai Dokter/Mantri/Bidan - Penetapan tarif untuk setiap pelayanan

4) Reliability and Trustworthiness - Memberikan pelayanan yang akurat kepada pasien - Prosedur penerimaan pasien - Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan - Ketepatan waktu Dokter/Mantri/Bidan memberikan pelayanan yang

sesuai dengan jadwal - Ketepatan pelayanan perawat dalam menangani pasien

commit to user

5) Service recovery - Kemampuan Dokter/Mantri/Bidan untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pasien - Kecekatan perawat dalam membantu pasien pada saat dibutuhkan - Kemampuan staf memberikan pelayanan yang cepat - Jaminan keamanan terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien - Pelayanan medis memenuhi harapan pasien

6) Serviscape

- Puskesmas Pembantu dalam kondisi yang baik atau masih layak - Kebersihan lingkungan fasilitas kesehatan - Kebersihan dan kerapian penampilan Dokter, Perawat dan Staf - Kelengkapan dan kebersihan peralatan yang tersedia di dalam ruangan

seperti: tempat tidur, tempat menyimpan barang-barang dan alat-alat pemeriksaan

- Kenyamanan dan ketercukupan ruang tunggu yang disediakan

7) Reputation and Credibility - Kepercayaan bahwa fasilitas ini memberikan pelayanan yang terbaik - Reputasi dalam masyarakat Kabupaten Sukoharjo - Fasilitas yang pertama kali muncul dalam pikiran dan memilih untuk

berobat atau dirawat - Kesan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas kesehatan ini - Perekomendasian kepada masyarakat umum untuk berobat

Daftar pertanyan di atas masing-masing pertanyaan dapat menghasilkan nilai skor yang berbeda-beda. Dari hasil wawancara akan diklasifikasikan ke dalam kategori:

1) Sangat Buruk

: dengan skor 1

2) Buruk

: dengan skor 2

3) Cukup

: dengan skor 3

4) Baik

: dengan skor 4

5) Sangat Baik

: dengan skor 5

commit to user

Pengukuran kualitas dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari pertanyaan yang merupakan penjabarkan dari indikator kualitas. Adapun untuk parameter kualitas dalam menilai Puskesmas dan Puskesmas Pembantu adalah sama. Dalam mengklasifikasikan kualitas fasilitas kesehatan diatas maka dapat menggunakan rumus :

Keterangan :

I = Interval kelas R

= Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah K

= Jumlah kelas Perhitungan dengan rumus tersebut akan dapat diketahui klasifikasi dari

kualitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Dalam penelitian ini klasifikasi kualitas fasilitas kesehatan akan dibagi menjadi 4 yaitu tidak baik, cukup baik, baik dan sangat baik. Pengklasifikasian kualitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai berikut :

a. Kualitas Puskesmas Diketahui :

Jadi interval dalam kualitas puskesmas adalah 35. Adapun pengklasifikasian dari kualitas Puskesmas adalah : Tabel 5. Klasifikasi Kualitas Puskesmas

No

Rentangan

Kualitas Puskesmas

Sangat Baik

Sumber : Hasil Perhitungan Pengkelasan Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2011

I = R/K

commit to user

b. Kualitas Puskesmas Pembantu Diketahui :

Jadi interval dalam kualitas Puskesmas Pembantu adalah 36. Adapun pengklasifikasian dari kualitas Puskesmas Pembantu adalah : Tabel 6. Klasifikasi Kualitas Puskesmas Pembantu

No

Rentangan

Kualitas Puskesmas Pembantu

Sangat Baik

Sumber : Hasil Perhitungan Pengkelasan Puskesmas Pembantu Setelah mengetahui kualitas masing-masing Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu maka langkah selanjutnya yaitu menampilkan data ke dalam bentuk peta. Adapun peta yang akan dihasilkan adalah Peta Kualitas Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 dan Peta Kualitas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Adapun skala yang digunakan dalam penyajian peta ini adalah 1 : 120.000.

Pemberian simbol pada peta untuk membedakan antara kualitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas

4) Sangat Baik : +

b. Puskesmas Pembantu

4) Sangat Baik : +

commit to user

3. Tingkat Kunjungan Pasien

Kualitas pelayanan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat luas. Sedangkan tingkat (jumlah) kunjungan pasien adalah tingkat kunjungan penduduk yang berkunjung di fasilitas kesehatan dengan tujuan berobat atau memeriksakan kesehatan.

Kualitas dan tingkat kunjungan pasien pada suatu fasilitas kesehatan memiliki hubungan yang erat. Hal ini dikarenakan kualitas fasilitas kesehatan yang baik akan memiliki banyak pasien yang berkujung, sedangkan kualitas fasilitas kesehatan yang buruk akan mengakibatkan sedikitnya jumlah pasien yang berkunjung. Dalam penelitian ini setelah kualitas fasilitas kesehatan (Puskesmas dan Puskesmas Pembantu) diketahui maka langkah selanjutnya yaitu mengkelaskan jumlah kunjungan yang termasuk dalam tingkat kunjungan tinggi, sedang dan rendah.

Data tingkat kunjungan pasien diperoleh dari SIMPUS. SIMPUS adalah suatu tatanan manusia dan atau peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatnnya. Adapun tujuan umum SIMPUS adalah meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal dan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) maupun informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan. Di dalam SIMPUS tidak hanya diketahui data pengunjung Puskesmas saja namun data pengunjung dari Puskesmas Pembantu dapat diperoleh dalam SIMPUS.

Setelah diketahui data jumlah kunjungan maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan jumlah kunjungan pasien dalam kategori rendah, seang dan tinggi. Dalam mengklasifikasikan tingkat kunjungan pasien maka dapat menggunakan rumus :

I = R/K

commit to user

Keterangan :

I = Interval kelas R

= Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah K

= Jumlah kelas Berdasarkan pada rumus tersebut maka langkah selanjutnya adalah

mengklasifikasikan jumlah kunjungan pasien ke dalam kelas rendah, sedang dan tinggi.

4. Tingkat Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan faktor utama yang menentukan seseorang memilih mendatangi lokasi fasilitas kesehatan. Secara umum ada dua pengertian aksesibilitas. Pertama, aksesibilitas adalah kemudahan melakukan pergerakan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kemudahan dipengaruhi oleh jarak, jaringan jalan dan angkutan umum. Pengukuran aksesibilitas dilakukan dengan cara menjumlahkan skor ketiga unsur tersebut. Cara ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakuakan Erni (2010 : 30 – 44). Kedua, aksesibilitas adalah unsur daya tarik yang terdapat di suatu sub wilayah dan kemudian mencapai sub wilayah tersebut. Pengukuran aksesibilitas dilakukan dengan cara membagi daya tarik (jumlah skor fasilitas kesehatan) dengan skor unsur kemudahan mencapai sub wilayah tersebut. Cara ini mengacu pada aksesibilitas menurut Tarigan (2009 : 166). Dalam penelitian ini untuk kendaraan hanya ditujukan dengan kendaraan umum, untuk kendaraan pribadi tidak diperhitungkan.

Kedua cara tersebut agak berbeda, namun keduanya akan digunakan dalam penelitian ini. Cara pertama digunakan untuk mengetahui aksesibilitas suatu desa menuju fasilitas kesehatan. Dari analisis ini akan diketahui jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan. Cara kedua digunakan untuk menganalisis aksesibilitas per kecamatan.

commit to user

a. Aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan Aksesibilitas dalam penelitian ini adalah kemudahan menuju lokasi fasilitas kesehatan. Satuan analisisnya adalah desa. Hasilnya mengetahui tingkat kemudahan suatu desa menuju lokasi fasilitas kesehatan. Kemudahan menuju fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh jarak, jalan dan angkutan umum. Penentuan skor jarak berbeda antara Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sesuai dengan ketentuan Muta’ali (2007 : 17).

Semakin dekat jarak suatu desa dengan lokasi fasilitas kesehatan, semakin tinggi skornya. Penentuan skor jarak untuk Puskesmas Pembantu disamakan dengan Puskesmas dengan pertimbangan wilayah kerjanya sama yaitu tingkat kecamatan.

Perhitungan jarak menggunakan Peta Rupabumi, sedangkan menggolongkan angkutan umum berdasarkan pada peta rupabumi, sedangkan penggolongan angkutan umum berdasarkan pada data Biro Pusat Statistik (BPS) dan pengamatan lapangan. Pedoman skor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Pedoman Skor Aksesibilitas Menuju Fasilitas kesehatan

No.

Indikator

Kriteria Skor

1 Jarak

Puskesmas Pembantu

> 4.5 km 1 3,1 - 4,5 km

2 1.51 - 3 km

2 Jenis jalan menuju fasilitas kesehatan

Lingkungan 1 Lokal

2 Kolektor

3 Arteri

Angkutan umum menuju fasilitas

kesehatan

Ojek 1 Angkudes

2 Minibus

3 Bus

4 Sumber : Erni dalam Analisis Spasial Sarana Kesehatan Eks Kawedanan

Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010

commit to user

Berdasarkan tiga parameter di atas ditentukan kelas aksesibilitasnya dengan cara menjumlahkan skor hasil pengamatan lapangan dari masing- masing parameter. Untuk memudahkan klasifikasi, aksesibilitas dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah I = R/K, dimana I = Interval Kelas R= Jumlah Skor tertinggi - skor terendah, K = Jumlah kelas. Interval kelas adalah I = (12-3)/3 = 3

Tabel 8. Jumlah Skor dan Kelas Aksesibilitas Menuju Fasilitas kesehatan

No

Jumlah Skor Unsur Aksesibilitas

Kelas Aksesebilitas

Sulit terjangkau

Cukup terjangkau

3 9 - 12

Mudah terjangkau Sumber : Analisis Pengkelasan Aksesibilitas di Kabupaten Sukoharjo Tahun

2011

b. Aksesibilitas per Kecamatan Aksesibilitas merupakan unsur daya tarik yang terdapat di suatu sub wilayah dan kemudahan mencapai sub wilayah tersebut. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sub wilayah adalah kecamatan. Yang menjadi unsur daya tarik kecamatan adalah jumlah fasilitas kesehatan di kecamatan tersebut, sedangkan kemudahan mencapai kecamatan akan ditinjau dari segi jarak, jalan dan angkutan umum. Untuk menilai tingkat aksesibilitas perlu dilakukan skoring.

1) Pedoman Penilaian Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Adapun tingkat dan kualitas masing-masing sarana kesehatan berbeda-beda sehingga harus dilakuakn skoring terlebih dahulu. Skoring dilakuakan berdasarkan pada tingkat wilayah kerja masing-masing sarana kesehatan, yaitu:

a) Tingkat desa/kelurahan : Puskesmas Pembantu

b) Tingkat kecamatan

: Puskesmas

Setelah diketahui wilayah kerja masing-masing sarana kesehatan maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor dengan cara membagi jumlah jumlah satuan wilayah kerja terkecil yaitu desa/kelurahan yang

commit to user

berjumlah 166 dengan jumlah masing-masing sarana kesehatan per satuan wilayah kerja. Skor dalam penilaian sarana kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 9. Pedoman Skoring Sarana Kesehatan

Wilayah Kerja

(1)

Sarana Kesehatan

(2)

Jumlah Sarana Kesehatan (3)

Skor

Desa/ Kelurahan Puskesmas Pembantu

Rumah Sakit

8 20.75 Sumber : Analisis Data Sekunder Aksesibilitas di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2011

2) Pedoman Penilaian Kemudahan Mencapai Kecamatan Mengukur kemudahan mencapai kecamatan dalam penelitian ini menggunakan faktor jarak, jenis jalan dan transportasi umum. Untuk mengetahui jarak dengan menggunakan peta, yatu dengan mencari lokasi kantor kecamatan dan kemudian dihubungkan dengan kantor kecamatan yang lainnya. Jarak yang digunakan merupakan jalan yang dilalui oleh transportasi umum. Kelas jarak diketahui dengan cara mengurangi jarak terpanjang dengan jarak terpendek kemudian dibagi ke dalam kelas interval. Angkutan umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bus, minibus, angkutan dan ojek.

Tabel 10. Kriteria Penilaian Unsur-Unsur Aksesibilitas

No

Unsur-Unsur Aksesibilitas

Skor

1 Jarak antar kecamatan

Jalan lain

Jalan Lokal

Jalan Kolektor

Jalan Arteri

3 Transportasi Umum

1 Sumber: Erni dalam Analisis Spasial Sarana Kesehatan Eks Kawedanan

Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010

commit to user

Perhitungan indeks aksesibilitas menggunakan rumus aksesibilitas yang dikemukakan oleh Hansen dalam Tarigan (2009 : 166), yang kemudian dikembangkan menjadi rumus baru sebagai berikut:

Indeks yang diperoleh pada rumus tersebut adalah daya tarik suatu sub wilayah (kecamatan) j ditinjau dari sub wilayah (kecamatan) 1. Apabila daya tarik sub wilayah (kecamatan) j ditinjau dari seluruh wilayah diperhitungkan atau digabungkan maka rumusnya akan menjadi :

Keterangan : 𝐴 𝑖𝑗

= Accesibility Index daerah i terhadap j Ai = Accesibility Index

Penggunaan rumus di atas dapat diketahui aksesibilitas tiap kecamatan. Aksesibilitas kecamatan diurutkan dari tertinggi ke aksesibilitas terendah, kemudian dibagi ke dalam kelas interval yang sama. Klasifikasi baru dapat dilakukan setelah indeks aksesibilitasnya diketahui.

Setelah mengetahui tingkat aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan ditinjau dari desa menuju lokasi fasilitas kesehatan per kecamatan dan aksesibilatas per kecamatan maka dengan demikian peta yang akan dihasilkan dalam meneliti aksesibilitas ini adalah Peta Aksesibilitas Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011, Peta Aksesibilitas Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 dan Peta Aksesibilitas per Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011. Adapun skala yang digunakan dalam peta tersebut adalah 1 : 120.000.

Peta hasil untuk aksesibilitas fasilitas kesehatan disini menggunakan peta kerja dengan skala 1:20.000. Peta kerja ini digunakan untuk mempermudah perhitungan jarak yang merupakan salah satu faktor dari aksesibilitas.

𝐴 𝑖𝑗 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎 ℎ 𝑗 (

𝑑𝑖𝑗 +𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 +𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑚 ) 𝑏

𝐴𝑖 =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑗 𝐴𝑖𝑗 + 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 + 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑏

commit to user

Pemberian simbol pada peta untuk membedakan antara tingkat aksesibilitas yang rendah, cukup dan baik adalah : Tabel 11. Simbol Tingkat Aksesibilitas Fasilitas Kesehatan

No

Fasilitas Kesehatan

Tingkat Aksesibilitas

Simbol

1 Puskesmas

Sulit Terjangkau

Cukup

Mudah Terjangkau

2 Puskesmas Pembantu

Sulit Terjangkau

Cukup

Mudah Terjangkau

Sumber : Analisis Data Primer

5. Tingkat Kecukupan Fasilitas Kesehatan

Pengukuran tingkat kecukupan fasilitas kesehatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan data layan. Data layan jumlah dan jenis saranan kesehatan akan mencerminkan kondisi kecukupan suatu fasilitas. Data layan diukur dari rasio antara jumlah riil terhadap jumlah unit minimum fasilitas kesehatan. Jumlah unit riil yang dimaksud adalah jumlah unit fasilitas pelayanan setiap kabupaten atau kota. Jumlah unit minimum adalah rasio jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk minimum untuk mendukung suatu fasilitas.

Teknik analisis ini untuk mengetahui tingkat kecukupan pusat pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten Sukoharjo, hal ini dapat diketahui berdasarkan perbandingan ketersediaan fasilitas kesehatan yang terdiri dari Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dengan jumlah penduduk minimal yang dapat dilayani.

Tabel 12. Jenis fasilitas kesehatan dan jumlah maksimum penduduk

No

Jenis Fasilitas Kesehatan

Maksimum Penduduk (jiwa)

1 Puskesmas

30.000

2 Puskesmas Pembantu

6.000

Sumber : Muta’ali (2000:17) Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa masing-masing

fasilitas kesehatan memiliki daya tampung maksimal dalam memberikan

commit to user

pelayanan kesehatan. Untuk Puskesmas hanya dapat melayani sebanyak 30.000 jiwa, Puskesmas Pembantu sebanyak 6.000 jiwa. Apabila dalam satu fasilitas kesehatan misalnya Puskesmas, melayani lebih dari 45.000 jiwa maka dapat disimpulkan bahwa Puskesmas dalam suatu wilayah tersebut tidak cukup, hal ini dikarenakan Puskesmas didirikan dengan kapasitas pelayanan hanya 30.000 jiwa. Namun apabila Puskesmas tersebut melayani kurang dari 30.000 jiwa maka dapat disimpulkan bahwa Puskesmas pada daerah tersebut mampu mencukupi kebutuhan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Tabel 13. Tingkat Kecukupan Fasilitas Kesehatan

No Jenis Fasilitas Kesehatan

Cukup

Tidak Cukup

1 Puskesmas

Jumlah pasien < 30.000

Jumlah pasien > 30.000 2 Puskesmas Pembantu

Jumlah pasien < 6.000

Jumlah pasien > 6.000 Sumber : Muta’ali (2000:17)

Adapun untuk mengatasi ketidakcukupan fasilitas kesehatan maka masyarakat dapat menuju fasilitas kesehatan di kecamatan yang lain dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitasnya. Untuk fasilitas kesehatan yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya bahkan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan lagi terhadap kebutuhan masyarakat di wilayah lain maka fasilitas kesehatan tersebut akan menjadi rujukan setelah fasilitas kesehatan yang didatangi pertama kali ternyata tidak mampu untuk menangani.

Setelah mengetahui tingkat kecukupan fasilitas kesehatan masing-masing fasilitas kesehatan, maka peta yang akan di hasilkan dalam meneliti tingkat kecukupan ini adalah Peta Tingkat Kecukupan Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 dengan skala 1: 120.000.

Adapun untuk pemberian simbol pada peta untuk membedakan antara cukup dan tidak cukup yaitu dengan diagram dimana diagram tersebut menunjukkan perbandingan antara kemampuan fasilitas menangani penduduk dengan jumlah penduduk dalam suatu kecamatan. Namun untuk menampilkan tingkat kecukupan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care) secara keseluruhan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011 menggunakan simbol area. Adapun symbol-simbol tersebut adalah :

commit to user

a. Cukup

b. Tidak Cukup