Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP
2.4.6. Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP
Menurut Mulyasa (2006:8) Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ditujukan untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/sekolah, karakteristik daerah/sekolah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Sedangkan kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi.
Kurinasih dan Berlin (2014: 45-46) menjelaskan Perbedaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan kurikulum 2013 pada jenjang SMA/MA adalah sebagai berikut:
1) Dalam KTSP, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri atau dipelajari secara khusus, tetapi dalam kurikulum 2013 TIK merupakan sarana pembelajaran dan digunakan sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran lainnya.
2) Dalam KTSP untuk SMA penjurusan dilakukan pada saat kelas XI, tetapi dalam kurikulum 2013 penjurusan dilakukan sejak kelas X dengan mata pelajaran wajib, peminatan, lintas minat dan pendalaman minat
3) Pada KTSP antara SMA dan SMK tidak terdapat kesamaan kompetensi, tetapi dalam pada kurikulum 2013 SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib mengenai dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap
4) Dalam KTSP jumlah jam pelajaran SMA lebih sedikit yaitu 38 Jam dengan jumlah mata pelajaran lebih banyak, sedangkan dalam kurikulum 2013 jumlah jam pelajaran lebih banyak yaitu 44 jam dengan jumlah mata pelajaran lebih sedikit.
5) Dalam KTSP standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sedangkan dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach) yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 167-168) menjelaskan perbedaan dalam tata kelola pelaksanaan kurikulum adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan tata kelola pelaksanaan kurikulum
Elemen
Ukuran tata
Guru Kewenangan
Terbatas Kompetensi
Hampir mutlak
Harus tinggi
Sebaiknya tinggi, bagi yang rendah masih
terbantu dengan adanya buku dari pemerintah
Bebasan
Ringan Efektivitas waktu Rendah (banyak Tinggi
Berat
untuk pembelajaran waktu
untuk
persiapan)
Buku Peran penerbit
Kecil Variasi materi dan Tinggi
Besar
Rendah proses Variasi harga/bebas Tinggi
Rendah siswa Siswa
Hasil pembelajaran Tergantung Tidak hanya guru, sepenuhnya pada tetapi juga buku guru
yang disediakan oleh pemerintah Pemantauan
Titik
Sedikit penyimpangan Besar
Banyak
Rendah penyimpangan Pengawasan
Tinggi
Sulit,
hampir Mudah
tidak mungkin
Tabel 2.4 Perbedaan tata kelola pelaksanaan kurikulum
Penyusunan Guru Hampir mutlak Pengembangan dari Silabus
(dibatasi
hanya yang sudah
disiapkan oleh pemerintah Pemerintah
oleh SK-KD)
Hanya
sampai Mutlak
SK-KD
Pemerintah daerah Supervisi Supervisi
pelaksanaan Penyediaan
penyusunan
Lemah buku
Hampir mutlak
Kecil, untuk buku pengayaan
Pemerintah
Kecil,
untuk Mutlak untuk buku
kelayakan
teks, kecil untuk
penggunaan
di buku pengayaan
sekolah
Penyusunan Guru
Kecil, hanya untuk rencana
Hampir mutlak
pengembangan dari pelaksanaan
yang ada pada buku pembelajaran
teks Pemerintah daerah Supervisi
Supervisi penyusunan dan pelaksanaan
dan
pemantauan Pelaksanaan
pemantauan
Hampir mutlak pembelajaran
Guru
Mutlak
Pemerintah daerah Pemantauan Pemantauan
kesesuaian
kesesuaian dengan dengan rencana buku
teks
(terkendali) Penjaminan
(variatif)
karena Mudah, karena mutu
terlalu pengaruh pada
pedoman yang sama Langkah penguatan tata kelola dapat dilakukan dengan cara: (1)
besar
menyiapkan buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan buku guru; (2) menyiapkan guru agar memahami pendayagunaan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan; (3) memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran.
Kurukulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah menyelesaikan program pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu wajar apabila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.