Konversi Conversion Tahap-tahap Menuju Dialog Liberatif

Membumikan Dialog Libertaif 67 penderitaan akan memungkinkan lahirnya suatu tindakan bersama dari para peserta dialog yang liberatif terhadap penderitaan. Di sinilah inti praksis pembebasan yang akan mengikat eksistensial kemanusiaan antara komunitas yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda. Dalam tahap ini, para peserta dialog harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, praksis ini menghendaki agar peserta dialog yang telah bersepakat atas masalah-masalah yang akan ditangani secara bersama, harus melakukan identifikasi dan pemahaman terhadap sebab-sebab yang menjadi penyebab terhadap masalah tersebut. Kedua, dalam mengidentifikasi dan memahami masalah itu, maka yang dibutuhkan adalah berbagai analisis sosio-ekonomi. Artinya, tidak hanya ada satu analisis tentang asal-usul penderitaan dan penindasan, sehingga tidak ada satu program atau analisis pun yang bisa dipakai sebagai solusi. Di sinilah keragaman perspektif agama-agama berperan. Keragaman analisis dan kajian untuk mengatasi penderitan dan ketidakadilan merupakan kekayaan yang disumbangkan oleh agama-agama yang berbeda-beda untuk menangani penderitaan yang dialami oleh manusia dan menyelamatkan krisis ekologi. Dari keragaman analisis dan solusi yang ditawarkan akan memungkinkan membawa para peserta dialog untuk melakukan kerja sama dan bukan pemisahan. Ini merupakan susuatu yang harus dibahas pada tahap praksis awal dialog. Dari kerja sama, diharapkan lahir kesadaran solidaritas dan kolaborasi yang didasarkan pada dua unsur integral dalam dialog liberatif yang memiliki tanggung jawab global. a. Seluruh usaha untuk saling mendengar secara serius terhadap kepelbagian analisis dan rencana masing-masing berakar di dalam dan ditopang oleh sikap terharu atas berbagai penderitaan yang dialami oleh para korban Membumikan Dialog Libertaif 68 ketidakadilan. Jadi, kepedulian utama yang membimbing pembicaraan semacam ini bukanlah kehendak untuk memperkenalkan satu agenda atau keyakinan agama masing-masing, melainkan untuk menghilangkan penderitaan dan mengatasi situasi. Upaya perubahan atau konversi yang ditujukan kepada upaya untuk kelestarian lingkungan dan kesejahteraan para korban ketidakadilan, tidak hanya memungkinkan kita untuk mengemukakan pendapat kita secara terbuka, namun juga mendengarkan orang lain dan mencoba ide-ide dan taktik baru. b. Berbagai upaya dari agama-agama yang membangun kerja sama sebagai hasil dari kepelbagian analisis dan rencana dapat terarah, jika semua partisipan dialog liberatif bersepakat tentang apa yang disebut sebagai “the hermeneutical privilege ” 81 dari para korban dan kaum miskin yang tengah berjuang. Keistimewaan hermeneutika ini penting dan perlu karena didasarkan pada dua alasan: i untuk menjalankan dialog yang autentik; dan ii untuk mencegah dialog agar tidak terkooptasi oleh ideologi. 82 Hak istimewa ini menempatkan para korban pada posisi yang harus didengarkan dan memperoleh tempat yang khusus dalam analisis dan pertimbangan. Jadi, praksis liberatif berarti menyatukan diri dengan dan belajar dari para korban ketidakadilan dan penindasan. Karena para korban merupakan penafsir atau dalam istilah Paul F. Knitter sebagai “hermeneutical bridges” 83 yang akan mendorong umat dari berbagai latar belakang agama yang 81 Paul F. Knitter,… Op. Cit. Hlm. 87. 82 Ibid. 83 Ibid. Hlm. 142.