Faktor Fisik Kimia yang diukur

23 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Data setiap perlakuan dianalisis dengan uji Analisis Varian ANOVA melalui program komputer statistik Versi 16,00 dengan pendekatan uji nilai probabilitas P. Hasil uji disimpulkan dengan cara membandingkan nilai taraf nyata α = 0,05 dengan P yang diperoleh melalui komputansi SPSS. Uji ANOVA berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perlakuan. Berdasarkan Gambar 4.5.4. diperoleh hasil analisis ANOVA setiap perlakuan menunjukkan perbedaan nyata p 0,05. Hasil korelasi antara perlakuan pakan alami dengan pakan buatan berbeda nyata p 0,05, antara pakan alami dengan pakan kombinasi berbeda nyata p0,05, perlakuan pakan buatan dengan pakan kombinasi berbeda nyata p 0,05 yang artinya bahwa terdapat pengaruh pakan alami, pakan buatan dan kombinasi terhadap laju pertumbuhan populasi ikan bawal air tawar.

4.4. Faktor Fisik Kimia yang diukur

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter fisika-kimia yaitu pH, suhu, oksigen terlarut dan amoniak. Parameter kualitas air dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Parameter Kualitas Air yang Diukur Selama Penelitian Parameter Perlakuan Tubifex sp. Pelet Kombinasi pH 5,0-6,1 4,8-7,5 4,9-7 Suhu o C 28 28 28 DO mgL 9,04-9,35 8,79-9,02 8,47-8,73 Amoniak ppm 0,32-0,36 0,45-0,51 0,53-0,63 Menurut Effendie 2003 kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat energi, atau komponen lain yang ada di dalam air. Nilai pH pada perlakuan Tubifex sp. berkisar antara 5,0-6,1, pada perlakuan pelet berkisar antara 4,8-7,5 dan pada perlakuan kombinasi berkisar antara 4,9-7. Pada setiap perlakuan nilai pH pada setiap pengamatan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan bertambahnya pakan yang diberikan sesuai dengan bertambahnya bobot tubuh ikan bawal air tawar. Nilai pH berdasarkan penelitian berkisar antara 4,8-7,5. Nilai pH yang didapatkan dari hasil penelitian tidak sesuai dengan kriteria pH yang sesuai dengan media hidup ikan bawal air tawar yaitu 6-8. Hal ini Universitas Sumatra Utara 24 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU membuktikan bahwa ikan bawal air tawar termasuk ikan yang tidak banyak menuntut lingkungan bagus sebagai media hidupnya. Ikan ini mampu bertahan pada perairan yang kondisinya jelek sekalipun, namun akan tumbuh dengan normal dan optimal pada perairan yang sesuai dengan persyaratan habitatnya. Fluktuasi pH perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran di lingkungan perairan, khususnya yang berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme. pH yang terlalu rendah keadaan asam dapat menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Hal ini disebabkan karena aktifitas dan produksi enzim pencernaan menurun, terjadi penggumpalan lendir pada insang, serta dapat menyebabkan ikan mati lemas karena kesulitan mengambil oksigen di air Nasution, 2000 dalam Santoso Hery, 2011. Nilai pH pada penelitian ini masih dapat mempertahankan hidup ikan bawal air tawar. Suhu pada setiap perlakuan tetap sama yaitu 28 o C. Hal ini disebabkan penelitian ini berada di dalam ruangan yang suhunya relatif stabil. Menurut Djarijah 2001 dalam Syauqi 2009 suhu yang sesuai untuk media hidup ikan bawal air tawar adalah 27 o C-29 o C. Menurut Usni 2006, benih bawal dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25 o C-30 o C. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Santoso Hery 2011, suhu berkisar antara 25,2 o C-30,8ºC, penelitian Adelina 1999 suhu berkisar antara 26 o C-28 o C dan berdasarkan penelitian yang saya lakukan suhu sebesar 28 o C. Pada kisaran suhu tersebut, benih ikan bawal air tawar masih dapat tumbuh dengan baik. Suhu air kurang dari 24 o C dapat menyebabkan benih ikan bawal air tawar mudah terserang penyakit, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan serta dapat menyebabkan kegagalan fungsi tubuh pada ikan yang akhirnya ikan akan mati Nasution, 2000 dalam Santoso Hery, 2011. Nilai DO pada perlakuan Tubifex sp. berkisar antara 9,04 mgL-9,35 mgL, pada perlakuan pelet berkisar antara 8,79 mgL-9,02 mgL dan pada perlakuan kombinasi berkisar antara 8,47 mgL-8,73 mgL. Nilai DO pada setiap perlakuan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan bertambah sesuai dengan pertambahan bobot tubuh ikan bawal air tawar. Nilai DO tersebut sesuai dengan media hidup ikan bawal air tawar. Menurut Djariah 2001 dalam Santoso Hery 2011 batas minimal DO yang Universitas Sumatra Utara 25 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU baik untuk pertumbuhan ikan bawal adalah 2,4 mgL, sedangkan menurut Rostim 2001 dalam penelitiannya tentang tingkat konsumsi oksigen ikan bawal air tawar, ikan nilem dan ikan tawes menunjukkan bahwa batas minimum DO yang mematikan bagi kehidupan ikan bawal adalah 1,24 mgL. DO dalam penelitian Santoso Hery 2011 berkisar antara 2,89 mgL-5,98 mgL, DO dalam penelitian ini berkisar 8,47 mgL-9,35 mgL dan cukup baik untuk pemeliharaan ikan bawal air tawar. Ikan memerlukan oksigen untuk melakukan aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen dalam jumlah cukup bagi ikan sangat penting karena oksigen adalah limiting factors dalam kegiatan budidaya. Menurut Wijaya 2009 penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut ada V golongan. Golongan I : kandungan oksigen terlarutnya 8 merupakan kualitas air sangat baik, golongan II: 6,0 kualitas airnya baik, golongan III: 4,0 kualitas airnya kritis, golongan IV: 2,0 kualitas airnya buruk dan golongan V: 2 kualitas airnya sangat buruk. Nilai amoniak pada perlakuan Tubifex sp. berkisar antara 0,32 ppm - 0,36 ppm, pada perlakuan pelet berkisar antara 0,45 ppm - 0,51 ppm dan pada perlakuan kombinasi berkisar antara 0,53 ppm - 0,63 ppm dan meningkat pada pengamatan ke III dan pengamatan ke IV. Peningkatan nilai amoniak ini terjadi karena bertambahnya jumlah pakan yang diberikan pada ikan sesuai dengan bertambahnya bobot ikan bawal air tawar. Nilai amoniak tersebut masih normal dan sesuai serta baik untuk media hidup ikan bawal air tawar. Menurut Adelina 1999 amoniak yang diekskresikan ikan cenderung meningkat dengan meningkatnya kadar protein pakan, akan tetapi cenderung menurun dengan meningkatnya rasio energi protein pakan. Selanjutnya Wardoyo 1975 dalam Sunarto 2009 menyatakan bahwa kandungan amoniak dalam air sebaiknya tidak lebih dari 1,5 ppm.

4.5. Sintasan