Pelaksanaan Upah Kipeh Di Nagari Barung-Barung Balantai Selatan

1. Pelaksanaan Upah Kipeh Di Nagari Barung-Barung Balantai Selatan

Masyarakat Barung-Barung Balantai Selatan, mata pencariannya beragam dan banyak, ada yang bekerja sebagai buruh bagunan/sebagai tukang, pegawai, pedagang, operator mesin, sopir, nelayan, petani dan yang masih banyak pekerjaan yang lain. Masyarakat Barung-Barung Balantai Selatan Banyak juga yang merantau seperti Jakarta, Batam, Bandung, Surabaya, kebanyakan dari mereka adalah pengusaha penjual bumbu masakan baik bumbu yang kering maupun bumbu yang basah. Walaupun ada juga yang bekerja sebagai buruh disebuah PT dan juga pekerjaan lainnya, rata-rata para pemuda dan pemudinya ketika telah tamat bangku SMA atau yang sederajat, yang tidak melanjutkan kepeguruan tinggi maka mereka akan pergi merantau bersama keluarga mereka yang ada disana.

Masyarakat Barung-Barung Balantai Selatan mata pencariannya yang utama adalah sebagai petani, kebanyakan berkebun, ke sawah dan juga sebagai Buruh tani. Mereka mengantungkan pendapatan ekonomi dan usahanya dalam bidang pertanian untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga. Walaupun ada juga penduduk Barung-barung Balantai Selatan yang bekerja sebagai pegawai Negeri, sopir dan yang lainnya itu hanya sebagian kecil, walau demikian mereka tetap juga bertani seperti kesawah dan berkebun.

Untuk mengelola lahan pertanian, masyarakat Nagari Barung- Barung Balantai Selatan Sering kali mengunakan jasa pemilik mesin bajak sawah dan jasa buruh tani. Setelah panen mereka juga menggunakan jasa buruh tani begitu juga setelah panen, setelah padi dipisahkan dari tangkainya para petani juga masih mengunakan jasa buruh, yaitu jasa buruh kipeh padi, hal ini dilakukan untuk mempercepat dan memudahkan mereka dalam mengelola sawahnya. Hal di atas adalah sebuah kegiatan muamalah yang berkaitan dengan tolong menolong yaitu Ijarah bil Ujarah (Upah-mengupah).

Menurut hasil wawancara penulis dengan salah seorang petani, pada tanggal 5 Juli 2017 yang bernama Iyus. Dia mengatakan, bahwa masyarakat Nagari Barung-Barung Balantai Selatan dalam hal pelaksanaan Mangipeh padi, setelah padi tersebut siap dipanen para petani akan datang kerumah para pekerja dan meminta pekerja untuk mangipehkan padi mereka. Terkadang padi yang dikipeh tersebut masih disawah dan kadang telah mereka bawa pulang kerumah, akan tetapi kebanyakan masih disawah padi tersebut. Kemudian ada juga sebelum para petani tersebut panen, ada yang tiga hari mau panen atau besoknya akan panen, mereka sudah mengatakan kepada pekerja untuk datang pada hari yang mereka tentukan untuk mangipeh padi mereka tersebut (Iyus 2017).

Dalam hal pembayaran upah buruh yang bekerja sebagai buruh Kipeh padi di Kenagarian Barung-Barung Balantai Selatan, ada berbagai cara. Menurut hasil wawancara penulis dengan salah seorang pemilik padi, yang bernama Harnelis pada tanggal 5 juli 2017. Dia mengatakan bahwa setelah para pekerja selesai bekerja, maka pekerja akan pulang terlebih dahulu. Dua minggu atau lebih setelah itu baru upah para pekerja diberikannya, dengan alasan padi akan dijemur terlebih dahulu, lalu setelah padi kering akan dihitung berapa banyak dia mendapatkan padi, setelah itu baru upah para pekerja dibayarkan berupa padi Dalam hal pembayaran upah buruh yang bekerja sebagai buruh Kipeh padi di Kenagarian Barung-Barung Balantai Selatan, ada berbagai cara. Menurut hasil wawancara penulis dengan salah seorang pemilik padi, yang bernama Harnelis pada tanggal 5 juli 2017. Dia mengatakan bahwa setelah para pekerja selesai bekerja, maka pekerja akan pulang terlebih dahulu. Dua minggu atau lebih setelah itu baru upah para pekerja diberikannya, dengan alasan padi akan dijemur terlebih dahulu, lalu setelah padi kering akan dihitung berapa banyak dia mendapatkan padi, setelah itu baru upah para pekerja dibayarkan berupa padi

Kemudian penulis juga mewawancarai pekerja yang lain, bernama bapak Muslim pada tanggal 6 juli 2017. Dia mengatakan bahwa ada beberapa cara pemilik padi dalam hal pembayaran, yang pertama ada yang memberikan upah setelah dia bekerja. Upah diberikan setelah selesai bekerja tanpa menunggu beberapa hari kemudian, akan tetapi kebanyakan dari para petani menunda pemberian upah tersebut kadang ada satu, dua bahkan sampai tiga minggu kemudian. Tetapi bagi dia (Muslim) itu jadi hal yang biasa karena sudah dari dulu juga seperti itu (Muslim 2017). Kemudian penulis juga menanyakan kepada bapak Muslim berapa upah sebagai pekerja kipeh padi, dia menjawab bahwa menurut ketentuan yang ada di Nagari, bahwa dalam seratus sukat padi maka empat sukat padi lah yang akan menjadi upah pekerja. Jika para petani mendapat dua ratus sukat atau tiga ratus sukat maka tinggal kali empat saja maka itu banyak upah yang akan diterima oleh pekerja.

Kemudian penulis juga mewawancarai pekerja yang bernama bapak Malin Azwar, penulis menanyakan tentang bagaimana cara pembayaran upah pekerja oleh pemilik padi? Dia menjawab bahwa ketika proses pembayaran, kebanyakan dari pemilik padi hanya memberikan upah kepadanya tanpa mengatakan berapa dia mendapatkan padi. Ada juga yang mengatakan berapa dia mendapatkan padi, akan tetapi dia tidak pernah bertanya kepada pemilik berapa pemilik mendapatkan padi. Dengan alasan, kalau ditanya takut menyinggung pemilik padi karena tidak percaya kepadanya, apalagi kita hidup di lingkungan Nagari, kita juga akan bertemu setiap hari makanya Kemudian penulis juga mewawancarai pekerja yang bernama bapak Malin Azwar, penulis menanyakan tentang bagaimana cara pembayaran upah pekerja oleh pemilik padi? Dia menjawab bahwa ketika proses pembayaran, kebanyakan dari pemilik padi hanya memberikan upah kepadanya tanpa mengatakan berapa dia mendapatkan padi. Ada juga yang mengatakan berapa dia mendapatkan padi, akan tetapi dia tidak pernah bertanya kepada pemilik berapa pemilik mendapatkan padi. Dengan alasan, kalau ditanya takut menyinggung pemilik padi karena tidak percaya kepadanya, apalagi kita hidup di lingkungan Nagari, kita juga akan bertemu setiap hari makanya