“C elaka! Dia dan orang-orang Serikat Setan Merah sudah tahu penyamaran

“C elaka! Dia dan orang-orang Serikat Setan Merah sudah tahu penyamaran

kita!” berbisik Kemala.

“Tenang saja!” balas berbisik Wiro lalu dia berdiri. Kemala ikut bangkit. Terdengar suara berkerontangan ketika lima puluh pengepung tempat

pertemuan sama-sama mencabut senjata masing-masing yaitu sebilah golok panjang! “Siapkan pukulan sakti yang mengeluarkan cahaya abu-abu itu…..” berkata Wiro. “Mana mungkin kita menghadapi bangsat-bangsat bergolok sebanyak ini!” “Tak ada yang tidak mungkin di dunia termasuk di puncak bukit ini!” sahut

Wiro. Baru saja dia berkata begitu, di atas panggung lelaki pendamping pimpinan Serikat Setan Merah berseru. “Saudara-saudara para tetamu yang terhormat! Ini saat kita menunjukkan bakti pada Perserikatan! Bantu kami menghancurkan kaum penyusup!”

Melihat hal ini Pendekar 212 Wiro Sableng kembali berbisik “Kau tetap di sini. Aku harus membuat gebrakan!” Murid Sinto Gendeng ini kerahkan tenaga dalamnya hingga suaranya menggelegar ketika dia berteriak. “Para orang gagah rimba persilatan! Jika kalian masih menjunjung kebenaran mari bergabung bersama kami dan Pengemis Budiman untuk menghancurkan komplotan keji Setan Merah ini!”

Diantara para tamu memang hanya merupakan undangan biasa saja yang bukan merupakan anggota Serikat Merah. Meski banyak dari mereka sangat membenci segala apa yang telah dilakukan Serikat bejat itu namun sebagai tamu mereka merasa sungkan, hingga hanya ada dua orang saja yang berdiri lalu melompat ke dekat Wiro tegak. Habis berteriak begitu Wiro melompat ke atas bangku kayu yang kosong, dari sini dia melesat ke atas panggung melewati kepala para tetamu. Di saat tubuhnya melesat di udara, terdengar suara mendengung laksana ribuan tawon mengamuk. Cahaya putih menyilaukan berkiblat disertai menyambarnya hawa panas. Semua orang yang duduk cepat rundukkan kepala bahkan ada yang bertiarap. Beberapa diantara anggota Serikat Setan Merah yang baru bersiap-siap untuk menyerbu dan terkena sambaran cahaya panas menyilaukan itu langusng terjengkang dan roboh dengan bagian tubuh hangus melepuh!

Ketika Wiro mendarat di atas panggung, orang banyak melihat “kakek” itu tegak berdiri dengan kaki terpentang. Di tangan kanannya ada seuah senjata berbentuk kapak bermata dua.

“Kapak Maut Naga Geni 212!” terdengar beberapa mulut yang mengenali berseru. Tapi sekaligus mereka terheran-heran. Bagaimana senjata mustika dunia persilatan yang ditakuti dan diketahui milik Pendekar 212 Wiro Sabelgn kini berada di tangan si kakek yang tidak dikenal?!

“Tua bangka pengacau! Siapa kau sebenarnya!” bentak Pimpinan Serikat Setan Merah sementara pendampingnya bersurut keder dua langkah. Si kakek mengumbar suara tertawa. Tangan kirinya merengut ke wajahnya beberapa kali. Kanji kering yang menutupi wajahnya terkelupas. Kini kelihatanlah mukanya yang asli.

“Kau!” teriak pemimpin Serikat Setan Merah terkejut. Dia langsung berpaling ke arah si nenek yang tegak diantara para tamu. “Jangan-jangan…..”

“Semua dengar!” teriak Wiro. “Aku berusaha mencegah pertumpahan darah dan ingin menangkap manusia biang racun ini hidup-hidup. Tapi siapa ingin mencari mati silahkan maju!” Wiro melambaikan tangan kirinya ke arah Pengemis Budiman dan berseru. “Kakek sahabatku, apakah kau dan murid-muridmu sudah siap?!”

“Kami sudah siap dari tadi! Hanya saja kalau kau inginkan bangsat itu hidup- hidup, aku lebih suka mencincang tubuhnya sampai lumat!” menjawab Pengemis Budiman yang meskipun senang melihat pendekar konyol berkepandaian tinggi ini berada di pihanya tapi diam-diam dia masih mendendam atas perbuatan Wiro tempo hari yang mempermalukannya di depan murid-muridnya sendiri yaitu menarik celananya hingga auratnya yang terlarang tersingkap jelas!

“Boronowo! Kau tunggu apa lagi! Lekas bunuh pengacau satu ini! yang lain- lain cincang pendekar Budiman bersama murid-muridnya! Bunuh siapa saja yang berani menantang Serikat Setan Merah!”

Yang berteriak adalah pemimpin Serikat Setan Merah yang sampai saat ini masih menyembunyikan kepala wajahnya di balik kain merah. Orang di atas panggung yang bernama Boronowo, yang merupakan tangan kanan sang pemimpin dan sekaligus menjabat sebagai Kepala Keamanan Serikat Setan Merah sesaat tampak ragu. Tentu saja hatinya merasa kecut karena malam ketika dia hendak melakukan pembunuhan atas diri Wiro Sabelng, murid Sinto Gendeng itu telah menghajarnya hingga mutah darah dan terluka parah di dalam. Sampai saat itu luka dalamnya masih belum sembuh. Dadanya kerap kali sesak dan setiap bernafas dalam dan panjang terasa mendenyut sakit. Saat itu dia lebih suka berada di tempat lain. Tapi di atas panggung dan diperintah begitu rupa mana mungkin bagi Boronowo untuk menghindar. Maka mau tak mau dai lalu loloskan goloknya karena memang ilmu golok adalah kepandaian yang paling diandalkannya. Di samping itu untuk membentengi diri tenaga dalamnya langsung di alirkan di tangan kiri. Boronowo membuka serangan dengan satu bentakan keras sambil membabatkan senjatanya ke pinggang Pendekar 212 Wiro Sableng!

Di bagian lain, lima puluh anggota Serikat Setan Merah ditambah beberapa tokoh persilatan yang tersesat masuk bergabung dengan komplotan itu sudah bergeark pula menyerbu Pendekar Budiman dan enam muridnya yang dibantu oleh beberapa orang persilatan yang memang sengaja datang untuk membuat perhitungan dengan Serikat Setan Merah. Si “nenek” Kemala yang ada di antara orang-orang itu tentu saja menjadi sasaran serangan pula. Tanpa tunggu lebih lama gadis ini hantamkan kedua tangannya ke depan.

Wusssss! Wusssss! Dua gelombang sinat abu-abu yang menghampar hawa dingin menggebu ke

arah para penyerang. Empat orang anggota Serikat Setan Merah berteriak keras. Tubuh mereka terpental sampai dua tombak lalu roboh terjengkang di tanah tanpa mampu bergerak lagi. Masing-masing menjadi kaku dan sekujur tubuh terasa dingin laksana dibungkus es! Rahang mereka menggembung, geraham bergemelatakan. Akhirnya keempat orang ini menemui ajal dengan muka mengkerut dan mulut menganga.

Betapapun tingginya tingkat kepandaian Kemala, namun dikeroyok oleh lebih sepuluh orang lawan membuat gadis ini serta merta terdesak hebat. Dengan nekad dia merampas golok salah seorang anggota Serikat Setan Merah. Lalu dengan golok di tangan kanan dan tongkat bambu kuning di tangan kiri, gadis ini mengamuk. Dua orang rebah mandi darah. Namun serangan bukannya berkurang. Empat orang lagi datang menyerbu hingga kini ada dua belas orang yang mengeroyok sang dara, Betapapun tingginya tingkat kepandaian Kemala, namun dikeroyok oleh lebih sepuluh orang lawan membuat gadis ini serta merta terdesak hebat. Dengan nekad dia merampas golok salah seorang anggota Serikat Setan Merah. Lalu dengan golok di tangan kanan dan tongkat bambu kuning di tangan kiri, gadis ini mengamuk. Dua orang rebah mandi darah. Namun serangan bukannya berkurang. Empat orang lagi datang menyerbu hingga kini ada dua belas orang yang mengeroyok sang dara,

Pendekar Budiman dan enam muridnya serta tiga tokoh silat yang ikut membantunya saat itu harus menghadapi gempuran lebih dari tiga puluh orang anggota Serikat Setan Merah. Dua diantara mereka adalah Sangaji dan Galut.

Pendekar budiman mengamuk dengan senjatanya yaitu tongkat akar pohon. Benda ini berkelebat kian kemari, menggebuk dan menusuk. Dua korban pertama segara menjadi korban si kakek. Satu pecah kepalanya, satu lagi ambrol perutnya ditembus ujung tongkat! Namun seperti juga Kemala, keadaan pendekar tua dan murid-muridnya itu segera terjepit dalam kurungan para pengeroyok.

Si kakek kertakkan rahang. Tongkatnya diputar secara aneh hingga berubah seperti sebuah titiran. Terdengar pekik di sana sini. Korban jatuh lagi di pihak anggota Serikat Setan Merah. Tapi salah seorang murid Pendekar Budiman saat itu tidak mampu loloskan diri dari satu serangan serentak yang dilancarkan tiga orang anggota komplotan serta seorang tokoh silat golongan hitam. Tubuhnya terkutung di bagian bahu kiri, roboh mandi darah. Lalu selagi dia mengerang kesakitan satu tusukan golok menembus lehernya!

Pendekar Budiman menggembor marah menyaksikan kematian muridnya itu. tongkat akar kayu terus di putar sementara tangan kirinya dengan cepat menyusup ke balik pakaian. Begitu dikeluarkan langsung dihantamkan ke depan. Terdengar suara berdesing sewaktu selusin paku halus menderu di udara. Lima anggota Serikat Setan Merah terpekik. Tujuh lainna masih sempat melihat melesatnya senjata rahasia itu lalu cepat-cepat jatuhkan diri cari selamat.

Meski banyak dari kawan-kawan mereka sudah menemui ajal tapi anggota- anggota Serikat Setan Merah benar-benar nekad. Mereka terus merangksek dan entah darimana munculnya tahu-tahu ada sepuluh lagi orang berpakaian merah memasuki ajang pertempuran.