KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapat, menggunakan beberapa teknik, yaitu observasi; wawancara; dan tes HTP (House, Tree, Person) tentang latar belakang subjek penelitian dapat disimpulkan bahwa orang tua Af telah menerapkan pola asuh anxious resistant attachment dari Bowlby :
Af adalah anak yang masuk kedalam golongan pola asuh anxious resistant attachment , seorang anak yang memiliki pola asuh ini, akan membangun internal working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain (noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah laku, ( nonconforming ), cenderung mengisolasi diri dari lingkungan (isolating) dan cenderung memperhatikan kepentingan diri sendiri (self-concerned). Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola anxious resistant Af adalah anak yang masuk kedalam golongan pola asuh anxious resistant attachment , seorang anak yang memiliki pola asuh ini, akan membangun internal working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain (noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah laku, ( nonconforming ), cenderung mengisolasi diri dari lingkungan (isolating) dan cenderung memperhatikan kepentingan diri sendiri (self-concerned). Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola anxious resistant
Pola anxious resistant attachment (cemas ambivalen). Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak merasa tidak pasti bahwa ibunya selalu ada dan responsif atau cepat membantu serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan ibunya. Akibatnya, ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung menuntut perhatian dan cemas dalam bereksplorasi dalam lingkungan. Pada pola ini, dalam diri anak muncul ketidakpastian sebagai akibat dari ibu yang terkadang tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan (Bowlby,1988). Bowlby menekankan dalam "Attachment theory" (1960), separation anxiety sesungguhnya mengacu pada protes bayi/anak terhadap jauhnya dirinya dari ibunya, pada kesedihan yang disesabkan oleh ketidakhadiran ibu,dan juga terhadap kecemasan terhadap ketidakhadiran ibu yang sudah diantisipasikan.
Orang tua Af memberikan kasih sayang yang berlebihan yang tidak sesuai dengan porsinya, sehingga membuat subjek menjadi ketergantungan dan selalu merasa cemas jika jauh sebentar dari orang tuanya.
Dalam melakukan aktivitas apapun, kebanyakan anak usia balita ingin ditemani ayah-ibunya. Pada saat sarapan, mandi, pakai baju, atau minum susu, semua harus melibatkan orangtuanya. Kalau tidak, anak bisa ngambek.
Penyebab kelekatan anak yang berlebih tidak lain disebabkan pola asuh yang keliru dari orangtuanya. Jika orang tua selalu membiasakan diri menolong Penyebab kelekatan anak yang berlebih tidak lain disebabkan pola asuh yang keliru dari orangtuanya. Jika orang tua selalu membiasakan diri menolong
Ketidakmandirian semacam itu jelas akan menimbulkan kerugian bagi anak. Diantaranya, anak tidak bisa secara optimal mengembangkan kepribadian, kemampuan sosialisasi dan kehidupan emosionalnya juga terhambat. Itulah mengapa orang tua dituntut mencermati kelekatan yang berlebih ini, sekaligus segera melakukan langkah-langkah perbaikan. Jika tidak, pengaruh buruknya akan berbekas hingga ke masa mendatang. Masa balita merupakan dasar dari pembentukan kepribadian seorang anak hingga ia berusia dewasa.
B. Implikasi
Implikasi dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Implikasi teoritis
a. Penelitian ini dapat menambah khasanah studi pustaka baru bagi ilmu psikologi mengenai attachment bagi perkembangan anak balita, khususnya pada anak berusia 3 tahun.
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan bidang psikologi perkembangan.
2. Implikasi praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi orang tua khususnya yang mempunyai anak balita yang mempunyai perilaku lekat yang berlebih dengan orangtuanya supaya menerapkan pola asuh yang tepat dan seimbang kepada anak- anaknya, agar anak bisa melonggarkan kelekatannya pada orangtuanya. Karena penerapan pola asuh yang tepat sejak dini sangat penting bagi perkembangan anak kelak.
b. Diharapkan pula, hasil penelitian ini juga bisa bermanfaat bagi guru-guru yang mendidik, yang juga sangat berperan dalam mendidik anak sejak dini di dalam lingkungan sekolah, supaya bisa membantu orang tua murid untuk menerapkan pola asuh yang benar terhadap murid-muridnya.