PERBEDAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL

TABEL I PERBEDAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisonal

Pemilihan informasi Pemilihan informasi di-tentukan

1. berdasarkan kebutuhan siswa

oleh guru

Siswa terlibat secara aktif Siswa secara pasif menerima

2. dalam proses pembelajaran

informasi

Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak

3. kehidupan nyata/masalah yang dan teoritis disimulasikan

Selalu mengkaitkan informasi Memberikan tumpukan

4. dengan pengetahuan yang telah informasi kepada siswa sampai dimiliki siswa

saatnya diperlukan Cenderung mengintegrasikan

Cenderung terfokus pada satu

5. beberapa bidang

bidang (disiplin) tertentu Siswa menggunakan waktu

Waktu belajar siswa se-bagian belajarnya untuk menemukan,

besar dipergunakan untuk menggali, berdiskusi, berpikir

mengerja-kan buku tugas,

6. kritis, atau mengerjakan proyek mendengar ceramah, dan dan pemecahan masalah

mengisi latihan yang (melalui kerja kelompok)

membosankan (melalui kerja individual)

Perilaku dibangun atas Perilaku dibangun atas

7. kesadaran diri

kebiasaan

Keterampilan dikem-bangkan Keterampilan dikem-bangkan

8. atas dasar atas dasar latihan Pemahaman Hadiah dari perilaku baik

Hadiah dari perilaku baik

9. adalah kepuasan diri adalah pujian atau nilai (angka) rapor

18 Masnur Muslich, Op Cit, hlm. 44-49

No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisonal

Siswa tidak melakukan hal Siswa tidak melakukan sesuatu

10. yang buruk karena sadar hal tsb yang buruk karena takut akan keliru dan merugikan

hukuman

Perilaku baik berdasar-kan Perilaku baik berdasar-kan

11. motivasi intrinsik

motivasi ekstrinsik Pembelajaran terjadi di

Pembelajaran hanya terjadi

12. berbagai tempat, konteks dan

dalam kelas

setting Hasil belajar diukur melalui

Hasil belajar diukur melalui

13. penerapan penilaian autentik kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

Dari perbedaan diatas tampak bahwasannya pendekatan pembelajarn kontekstual lebih menekannkan pada kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu yang fungsional baik kehidupan dan penilaian yang mengukur penguasaan ilmu secara tuntas.

Hal itu berbeda dengan pendekatan tradisional yang lebih menekankan pada materi atau isi, domonasi peran guru, meningkatkan pengetahuan, penyampaian pengetahuan yang factual, mengukur tingkah laku yang nyata, dan menilai posisi siswa pada kelompoknya

Oleh karena itu, semangat yang di bangun dalam pendekatan pembelajaran kontekstual equifalen dengan semangat yang ada dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) kurikulum berbasis kompetensi

(KBK). 19

19 Ahmad Zayadi, M.Pd, Op Cit, hlm.16

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Pengertian Kreativitas Menurut Para Ahli:

a. Hobkenz berpendapat bahwa kreativitas merupakan suatu esensi dalam merespon ketika dipengaruhi secara mendalam dan efektif.

b. Laland berpendapat bahwa kreativitas terfokus pada proses menghasilkan sesuatu yang baru hingga meskipun unsur-unsur telah ada sebelumnya, seperti menciptakan karya seni, dan beberapa karya lainnya yang terkenal dengan kecakapannya.

c. Paul Torrance menganggap kreativitas sebagai proses yang menjadikan seseoarang menjadi lebih peka terhadap berbagai problematika, sisi kekurangan, ketidak selarasan dll lalu ia membatasi kesulitan tersebut,mencari solusi, dari beberapa kekurangan kemudian

mengujinya, sehingga pada akhirnya dapat memberikan suatu hasil. 20

d. Menurut Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

e. Menurut Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and

20 Syaikh Amal Abdus-Salam, Mengembangkan Kreativitas Anak (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), hlm. 174-175 20 Syaikh Amal Abdus-Salam, Mengembangkan Kreativitas Anak (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), hlm. 174-175

f. Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.

g. Menurut Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

h. Menurut Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna social.

i. H. Fuad Nashori, Rachmy Diana Mucharam dalam bukunya mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam menjelaskan bahwasannya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru.

j. Amabile dkk sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar mengartikan

kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadipi.

k. Menurut Renzulli, kreatif terdapat kemampuan untuk menampilkan alternative dari apa yang sudah ada atau dari prosedur yang biasa dilakukan.

l. Sementar itu Bobbi DePorter & Mike Hernacki mengartikan kreativitas sebagai melihat hal yang dilihat orang lain, akan tetapi

melihat apa yang tidak dipikirkan orang lain. 21 m. Menurut Williams kreativitas adalah:

1). Ketangkasan; yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pernyataan dalam jumlah yang banyak. 2). Fleksibelitas; yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru atau ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran jeniaus yang lebih banyak dari pada pemikiran yang telah menyebar atau telah jelas di ketahui

3). Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk

tertentu. 22 Orang yang kreatif memiliki kebebasan berfikir dan bertindak.

Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan dengan pandangan Guilford yang mengungkap bahwa kreatif adalah kemampuan berfikir divergen untuk menjajaki bermacam-macam alternative jawaban terhadap suatu persoalan

yang sama benarnya. 23

21 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), hlm. 33-34

22 Syeikh Amal Abdus-Salam, Op Cit, hlm. 29 23 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Op Cit, hlm. 34

Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas sebagai suatu proses berfikir manusia yang bebas untuk mengekpresikan dirinya dan dikaitkan dengan masalah kelincahan, keluesan, serta kemampuan untuk mengembangkan gagasan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, serta dapat mudah dimengerti. Sedangkan peristiwa yang sulit dimengerti dan masih memerlukan ramalan tidak dapat dikatagorikan dalam kreativitas, karena kegiatan tersebut hanya merupakan keberuntungan saja. Hasil dari pada kreativitas dapat berupa hasil yang berbentuk konkrit maupun abstrak seperti ide, gagasan, pemecahan masalah,dan juga produk seni kesusastraan.

Agama justru mendorong manusia berfikir dan bertindak kreatif, Allah azza wa jallah selalu mendorong manusia untuk berfikir

Artinya: “Demikianlah, Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatNya agar kamu berfikir (QS. Al-Baqarah : 219) 24

2. Tingkatan Kreatifitas

Ada beberapa tingkatan kreatifitas pada anak diantaranya adalah:

a. Kreatifitas ekspresionis Maksud dari kreatifitas ini adalah ungkapan bebas dan mandiri yang didalamnya tidak memiliki kepentingan bagi kemahiran dan keaslian. Seperti; gambar spontanitas anak-anak.

24 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Bandung : PT Syaamil Cipta Media, 2005).

Hlm-34 Hlm-34

c. Kreatifitas inovatif Kreatif ini banyak di ungkapkan oleh para penemu yang memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan pengembangan keterampilan-keterampilan individu.

d. Kreatifitas pembaharuan Kreatifitas pembaharuan ini berarti pengembangan dan perbaikan yang mencakup penggunaan keterampilan-keterampilan individu. Kreatifitas emanasi yang terahir ini berarti menunjukkan prinsip baru

atau aksioma-aksioma baru yang muncul dari pendapat yang baru. 25

3. Kondosi Lingkungan yang Bersifat Memupuk Kreatifitas Anak, dan Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas pada Anak

Salah satu prioritas yang ingin dikembangkan oleh pemerintah kita adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, sehingga dapat mendukung pembangunan ekonomi. Namun, terjadi penambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, sehingga menimbulkan masalah untuk meningkatkan SDM Indonesia tersebut.

25 Syeikh Amal Abdus-Salam, Op Cit, hlm. 35-56

Kondisi ini memang disadari sepenuhnya oleh pemerintah. Beberapa kendala yang ada dan masih cukup besar terlihat didalam upaya mengembangkan SDM Indonesia secara khusus dikalangan pelajar bisa disebutkan antara lain yaitu masih rendahnya disiplin, masih kurangnya minat baca, serta kurang tingginya semangat belajar. Kendala-kendala inilah yang dapat menjadi batu sandungan bagi penduduk muda yang kelak akan berperan di dalam era pasar bebas dunia pada tahun 2020.

Menyadari kelemahan yang masih ada itulah maka dalam Sasaran Umum Pembangunan Lima Tahun Keenam pada GBHN 1993 yang lalu

ditetapkan perlunya di tumbuhkan sikap kemandirian manusia Indonesia. 26

a. Kondosi Lingkungan Yang Bersifat Memupuk Kreatifitas Anak Yaitu Ada 2 Macam Diantaranya adalah: 1). Kemampuan Psikologis

a) Pendidikan dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.

b) Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang kadang-kadang memberi penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi

26 Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta: PT Gramedia Widiarsarana Indonesia, 2001), hlm. 111 26 Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta: PT Gramedia Widiarsarana Indonesia, 2001), hlm. 111

c) Pendidik memberikan pengertian dalam arti memahami pemikiran, perasaan dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak merasa aman untuk mengungkapkan kreatifitasnya.

2). Kebebasan Psikologi Anak akan merasakan kebebasan psikologi apabila orang tua dan guru memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Sebagai makhluk social, mengungkpkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang merugikan orang lain merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan.

Hidup dalam masyarakat menuntut seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dalam norma-norma yang berlaku. Contohnya disini seorang anak yang jengkel pada orang tuanya tidak dapat menunjukkan perasaan jengkelnya pada orang tuanya, akan tetapi ia dapat mengungkapkan perasaannya misalnya menulis dalam buku hariannya, menggambarkan atau lukisan apa yang telah dialaminya atau pada yang lainnya.

Ini merupakan ekspresi simbolis dari keadaan dalam diri si anak yang menimbulkan rasa lega dan bahkan menimbulkan karya- Ini merupakan ekspresi simbolis dari keadaan dalam diri si anak yang menimbulkan rasa lega dan bahkan menimbulkan karya-

Agama memberikan kelapangan pada manusia untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang dialaminya. Dalam agama Islam dikatakan bahwa tuhan hanya akan mengubah nasib manusia jika manusia melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah SWT sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat (nasib) yang telah dianugrahkan Nya kepada suatu kaum, sampai ia sendiri mengubah dirinya. Sungguh Allah SWT Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Anfal : 53)

Begitu juga dalam penggalan pada Surat Ar-Ra’d ayat 11 yang menjelaskan bahwasannya:

Artinya: “Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah dirinya”.

27 Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah (Jakarta: PT Gramedia, 1987), hlm. 11-12

Usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kreativitas. Dengan demikian agama sangat mendukung dan

mendorong pengembangan kreativitas. 28

b. Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas Pada Anak

1) Rumah Di dalam rumah banyak kondisi yang mempengaruhi perkembangan kreativitas. Rumahlah yang dianggap sebagai lingkungan pertama kali yang membangkitkan kemampuan alamiah anak untuk bersikap kretif. Jika suasana rumah kurang menunjang, maka kematangan yang siap berkembang untuk bersikap kreatif tersebut akan rusak (terganggu). Lebih jauh, kondisi rumah yang kurang menguntungkan sejak masa kanak- kanak tersebut akan bertehan dan meluluhkan perkembangkan kretivitas selanjutnya.

Jika orang tua mematahkan semangat anak dalam minatnya untuk berekplorasi dan mengekpresikan keinginan tahunya dengan pertanyaan-pertanyan, maka orang tua juga menghilangkan perkembangan kreativitas anak. Bisa saja halini terjadi karena orang tua tidak melihat hubungan antara exploring dan creativity. Oaring tua berfikir mereka telah menjadi good perent jika sudah melindungi anak-anaknya dari rasa sakit.

28 Al-Qur’an dan terjemah, Op Cit, hlm. 184 dan 250

Begitu juga jika anak sedang asyik bermain dengan balok- balok kayunya yang dirasakan membuat suatu kegembiraan tertentu dalam dirinya tiba-tiba diusik oleh komentar orang tuanya yang menyebut, mestinya begini dan begitu supaya lebih bagus. Dengan bersikap begitu, yaitu mencampuri urusan anak, justru akan merusak hayalan-hayalan yang sudah di susun dibenak anak.

Sikap orang tua yang juga bisa disebut kurang merangsang kreativitas anak adalah dengan menyediakan permainan-permainan yang praktis pada anak. Contohnya, permainan-permaina yang sudah dibentuk dan dicat, boneka yang sudah diberi pakaian dan rumah-rumahan yang sudah ada perabotannya.

2) Sekolah Sekolah juga dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Misalnya, dengan lebih menekankan pada ingatan, pada hal-hal yang jauh melenceng dari pola tertentu, baik dalam pelajaran melukis dan karangan serta jawaban-jawaban dalam pernyataan terbuka bahasa Indonesia atau PPKN.

Aktivitas kelas yang terjadwal keras, disiplin dan adanya keyakinan guru bahwa anak yang kreatif susah diatur serta pekerjaan anak yang kreatif susah dinilai. Hal ini menjadi lebih susah lagi jika prestasi akademis hanya satu-satunya jalan untuk mencapai keberhasilan hidup.

3) Sosial Sikap masyarakat yang kurang mendukung sikap kreatif anak dan kurang memberikan penghargaan pada usaha-usaha kreativitas juga merupakan hal yang menhambat munculnya kreativitas pada anak.

Jersild menunjuk bahwa sekolah memberikan penghargaan pada berfikir konvergen dari pada berfikir divergen. Sikap masyarakat lainnya adalah yang dengan tidak sengaja mengarah pada prilaku yang maladjustive, sehingga anak merasa kurang memilih konsep diri yang baik, pada sebagia anak, hal ini membuat

dirinya menarik diri dari kelompok social. 29

4. Ciri-Ciri Kreativitas Setelah di lakukan penelitian mengenai kreatifitas dengan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa faktor penting yang merupakan ciri dari kemampuan berfikir kreatif adalah:

a. Kelancaran berfikir, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir yang dilakukan adalah kuantitas, bukan kualitas.

b. Keluesan, yaitu kemampuan untuk menproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

29 Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 30-31

Orang yang kreatif adalah orang luwes dalam berfikir. Mereka dengan mudah dapat meningggalkan cara berfikir lama dan meningkatkan dengan cara berfikir yang baru.

c. Penguraian, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

d. Keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. 30

Prilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat di identifikasikan dari beberap ciri yang ada yaitu Senang menjajaki lingkungan, mengamati, dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif, rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyan dengan tak henti-henti, bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya, suka berpetualang, selalu ingin mendapat pengalaman- pengalaman baru, suka melakukan eksperimen, jarang mereasa bosan, mempunyai imajinasi yang tinggi dll.

Anak kreatif biasanya rasa ingin tahunya besar, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif dan Anak yang kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Treffinger yang dikutip Munandar menyataka bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, rencana inovatif serta produk

30 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Op Cit, hlm. 43-44 30 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Op Cit, hlm. 43-44

Utami munandar (1977) melalui penelitiannya di Indonesia menyebutkan ciri-ciri kepribadian yang dianggap oleh orang Indonesia dalam bukunya Dr. Reni Akbar-Hawadi tahun 2001, diantaranya adalah:

a. Mempunyai daya imajenasi yang kuat

b. Mempunyai inisiatif

c. Mempunyai minat yang luas

d. Mempunyai kebebasan dalam berfikir

e. Bersifat ingin tahu

f. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman yang baru

g. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat

h. Penuh semangat

i. Berani menanggung resiko j. Berani berpendapat dan memiliki keyakinan Ciri-ciri inilah yang perlu dikembangkan pada anak Indonesia agar

ia disebut dengan manusia yang kreatif. 32 Berdasarka ciri-ciri yang disebut di atas, memberikan gambaran

bahwa kemampuan pada aspek pengembangan kreativitas adalah kepekaan terhadap apa yang ada disekelilingnya. 33

31 Mansur,Op Cit, hlm. 59-60 32 Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 113 33 Mansur, Op Cit, hlm. 61

5. Tahap-tahap Kreativitas

David Cambell mengungkapkan bahwa tahap-tahap tersebut meliputi tahap persiapan, tahap konsentrasi, tahap inkubasi, tahap penerangan, dan tahap verifikasi/produksi. Untuk lebih jelasnya masing- masing tahap akan dijelaskan dibawah ini:

a. Tahap persiapan Pada preode ini individu meletakkan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Individu juga mempelajari mengenai latar belakang masalah serta seluk beluknya.

b. Tahap konsentrasi Perhatian individu tercurah dan pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal (trial and error).

c. Tahap inkubasi Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara dari masalah yang dihadapi atau tidak memikirkan secara sadar, tetapi menyimpannya dalam pra sadar. Artinya individu mencari kegiatan- kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang dihadapi, namun untuk sementara waktu.

d. Tahap Penerapan Hasil kreatif baru muncul pada prede ini, individu mengalami insight, ide untuk memecahkan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti perasaan senang.

e. Tahap Verifikasi/Produksi. Pada tahap pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata. Dalam menentukan apakah penyelesaian masalah nampak dalam fakta-fakta yang benar, individu mengevaluasi hasil penyelesaian masalah. Pada preade ini diperlukan pola berfiki kritis.

6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kreatifitas

Faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut utami munandar, terdiri dari 2 aspek yaitu:

a. Aspek kognitif (Faktor kemampuan berfikir terdiri dari kecerdasan dan perkayaan bahan berfikir berupa pengalaman dan keterampilan)

b. Aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif tipe kepribadian). 34

Lehman juga menjelaskan dalam bukunya Dr.Reni Akbar Hawadi yang judulnya psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak bahwasannya menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak yaitu lingkungan, tekanan keuangan,dan kurangnya waktu bebas yang diberikan orang tua kepada si anak.

34 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Op Cit, hlm. 52-54

Dalam buku yang judulnya psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak Dr.Reni Akbar Hawadi menjelaskan bahwasannya ada lima faktor yang dapat dilihat sebagai variasi dalam kreativitas diantaranya adalah:

a. Faktor jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan lebih kreatif dari pada anak perempuan, khususnya pada anak-anak lanjut. Hal ini desebabkan adanya perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri dan mendapat dorongan baik dari orang tua maupun guru, sehingga mereka lebih menunjukkan sikap inisiatif dan sikap.

b. Status sosial ekonomi Anakyang berasal dari latar belakang status ekonomi social tinggi cenderung lebih kreatif dari pada anak-anak yang berasal dari status social ekonomi yang rendah. Kemungkinannya hal ini ada kaitannya metode pola asuh, dimana keluarga kaya lebih demokratis, sedangkan pada kluarga yang kurang mampu pola asuhnya lebih bersifat otoritarian. Anak-anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis mempunyai peluang untuk mengekspresikan diri, minat dan kreativitasnya sendiri. Lebih-lebih lingkungan juga memberi kesenpatan untuk anak meraih pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.sebagai contoh, anak yang berasal dari b. Status sosial ekonomi Anakyang berasal dari latar belakang status ekonomi social tinggi cenderung lebih kreatif dari pada anak-anak yang berasal dari status social ekonomi yang rendah. Kemungkinannya hal ini ada kaitannya metode pola asuh, dimana keluarga kaya lebih demokratis, sedangkan pada kluarga yang kurang mampu pola asuhnya lebih bersifat otoritarian. Anak-anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis mempunyai peluang untuk mengekspresikan diri, minat dan kreativitasnya sendiri. Lebih-lebih lingkungan juga memberi kesenpatan untuk anak meraih pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.sebagai contoh, anak yang berasal dari

c. Urutan kelahiran Urutan kelahiran cukup menarik minat pakar untuk sedikit lebih mendalam melihatnya. Ternyata, sejumlah penelitian memberikan hasil yang menunjukkan bahwa ada pengaruh urutan kelahiran pada kreativitas anak. Anak tengah, anak yang dilahirkan kemidian yang dianggap lebih kreatif dari pada anak yang sulung. Hal ini disebabkan karena anak sulung lebihdiharapkan untuk menanti harapan-harapan orang tua dan tekanan-tekanan yang ada pada conformer dari pada creator. Anak tunggal meskipun ada tekanan untuk bersikap konfrom di rumah, tetapi juga diberi peluang untuk mengembangkan individualitas mereka.

d. Bentuk keluarga Anak-anak di keluarga kecil lebih kreatif dari pada anak-anak dari keluarga besar, pada keluarga besar, sifat pola asuh lebih otoritarian dan hal ini lebih-lebih dijumpai pada mereka yang mempunyai kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan.

e. Lingkungan perkotaan dan pedesaan Anak-anak yang berasal dari daerah perkotaan cenderung lebih kreatif dari pada anak-anak pedesaan. Anak-anak di desa lebih mendapatkan e. Lingkungan perkotaan dan pedesaan Anak-anak yang berasal dari daerah perkotaan cenderung lebih kreatif dari pada anak-anak pedesaan. Anak-anak di desa lebih mendapatkan

Peranan intelgensi ini, Getzels & Jackson, sebagaimana dikutip Wallach & kogan rata-rata korelasi antara kreativitas dan intelgensi sama dengan 0,26 untuk anak laki-laki dan 0,265 untuk anak perempuan. Selanjutnya, Vernon berpendapat bahwa kreativiras hanya merupakan bagian kecil dari intelgensi sehingga intelgensi yang tinggi tidak selalu menunjukkan kreativitas yang tinggi.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antar intelgensi dengan kreativitas, walaupun hubungan itu itu tidak begitu kuat. 36

Ada beberapa pilar kreativitas dan faktor yang mempengaruhi munculnya kepribadian seorang anak, lingkungannya, kehidupan, dan cara pertumbuhannya. Anak-anak itulah yang dapat memberikan kepada kita beberapa jumlah teladan kreativitas dan karya. Hal ini terwujud melalui beberapa pilar, diantanya:

a. Pilar Kreativitas Khusus Bagi Anak-Anak

1) Ada beberapa cara yang dilakukan anak-anak kecil untuk mengungkapkan pemikirannya yang beragam. Sebagai contoh, kreativitas itu muncul melalui beberapa perantara, atau gambaran- gambaran akal, atau melalui aktivitas seni, baik melalui aktivitas melukis, mewarnai, membentuk, musik, permainan, dan gerakan.

35 Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 27-29 36 Fuad Nashori dan Rachmy Diana, Op Cit, hlm. 55

Seluruh aktivitas ini menjadikan anak-anak mampu mencapai tingkat tertinggi dari cara berfikir kreatif.

2) Menikmati pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang berbeda- beda itu merupakan sesuatu yang penting dan pilar yang besar dan membentuk kreativitas pada diri anak. Pengalaman dan kreativitas- kreativitas tersebut berfungsi mengaktifkan dan mengembangkan tubuh dan indra mereka, serta menjadikan mereka ikut merasakan hal-hal yang baru dan baik yang berasal dari dirinya dan orang lain. Karean pada dasarnya tubuh merupakan dunia utama yang dirasakan dan dinikmati oleh anak-anak.

3) Permulaan kreativitas itu ditandai dengan perolehan beberapa hal, dan produksi bentuk-bentuk yang baru, serta kemampuan untuk menyelesaikan sebagai permasalahan atau perlawanan di tengah- tengah beraktivitas, seperti gambaran, kisah-kisah atau kandungan yang aneh dan berpengaruh, perencanaan yang berbeda-beda, atua kecermatan perhatian. Seluruh hal itu dapat membantu mengembangkan kreativitas pada anak-anak, serta membantu untuk lebih banyak menyenangi penemuan-penemuan, pengetahuan, dan eksperimen. Selain itu, juga dapat memperkaya pengalaman-pengalaman anak, dan menggerakkan keinginan untuk bertanya mengenai suatu hal yang sekaligus menjadi permulaan pertam baginya untuk ikut merasakan permasalahan yang dapat mendorong kemampuannya berkreativitas.

4) Permaianan anak-anak merupakan pemikiran kreatif yang paling penting. Pada masa kanak-kanak ini, kita dapat menemui seorang anak ynag bisa berbicara, bermain, mencontoh, menirukan, mengikuti, berbohong, bercanda,menyanyi, dan menghasilkan sesuatu. Seluruh penjelasan diatas itu pengekspresian pilar-pilar kreativitas pada anak-anak. Dengan demikian, pilar-pilar kreativitas itu berjumlah banyak.

Diantaranya; lingkungan, masyarakat, sekolah, keluarga, anak-anak itu sendiri, metode pertumbuhan dan pemeliharaan. 37

7. Pentingnya Kreativitas bagi Perkembangan Anak

Para pakar psikolog telah menyadari betapa pentingnya kreativitas bagi individu maupun masyarakat. namun, haruslah diakui, biar bagai manapun kreativitas masih merupakan satu bidang yang masih kurang perhatian dalam penelitian ilmiah dan penyebabnya adalah:

a. Adanya pandangan tradisional bahwa kreativitas yang secara umum dapat disebut “genus” merupakan hal yang hereditair.

b. Hanya sedikit orang yang percaya mereka memiliki kemampuan untuk berkreasi. Hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah produk kreatif dalam seni, buku, musik, ataupun ilmu pengetahuan.

c. Adanya peryentangan pandangan antara orang dengan intelegensi tinggi dan dengan prestasi lebih akan berhasil dari pada orang ynag kreatif. Orang-orang yang kreatif ini sering kali hidup dan mati di

37 Syeikh Amal Abdus-Salam, Op Cit, hlm. 50-51 37 Syeikh Amal Abdus-Salam, Op Cit, hlm. 50-51

d. Pandangan tradisional juga menilai bahwa orang-orang kreatif ini kebanyakan sex inappropriate, yaitu pada laki-laki yang kreatif akan bersikap sissies (keperempuanan), dan pada perempuan yang kreatif akan bersikap lebih maskulin dari pada bersikap feminine, akibat orang tua enggan mendorang anaknya untuk bersikap kreatif. Contohnya, kebanyakan ayah menentang anak laki-lakinya berminat dalam musik, seni, ataupun penulisan tetapi ia akan lebih memiji prestasi anak laki- laki dalam bidang olah raga.

Kreativitas memang suatu hal yang sukar untuk diteliti bahkan untuk di ukur sekalipun, sehingga jika pengukuran dalam bidang inteligensi, kepribadian dan kemampuan mekanik biasa berkembang baik,

tidak demikan halnya pada kreativitas. 38

8. Kreativitas dapat Dipacu Melalui Lingkungan Sejak Usia Dini ( Normative Years)

Perkembangan Kreativitas bisa tampil sejak usia dini dalam kehidupan anak dan telihat pada saat ia bermain. Ariety (1976) melaporkan beberapa periode kritis untuk perkembangan kreativitas selama masa anak dan dewasa sebagai berikut:

38 Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 25 38 Reni Akbar Hawadi, Op Cit, hlm. 25

b. Usia 8-10 tahun Keinginan untuk diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya merupakan ciri dari priede ini. Kebanyakan anak merasa untuk diterima, maka haruslah konform sedekat mungkin dengan pola-pola yang terbebtuk di kelompo, adan setiap penyimpangan dari kelompok akan mengancam penerimaan kemampuannya.

c. Usia 13-15 tahun Dalam upaya peneriman kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan pola prilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan geng-age di mana si remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa diterima oleh kelompoknya.

d. Usia 17-19 tahun Pada usia ini, upaya diterima sebaik mungkin dalam jurusan tertentu juga menghancurkan kreativitas. Jika penjurusa memerlukan konformitas dalam pola yang baik serta harus diikuti oleh aturan dan

tata tertib yang khusus, maka kreativitas tidak akan muncul. 39

39 Ibid, hlm. 27-28

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45