Hubungan Ukuran Perusahaan dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

1.2 Hubungan Ukuran Perusahaan dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Beberapa alasan mengapa perusahaan besar cenderung melakukan praktik manajemen laba menurut Kim et al., (2003) yaitu untuk menjaga kredibilitas perusahaan tersebut dalam memberikan laporan keuangan , kemampuan teknologi perusahaan besar yang lebih baik untuk mengolah sistem informasi, perusahaan besar lebih banyak tekanan dari pihak luar untuk memberikan laporan keuangan lebih baik.

Hal ini sangat disayangkan, karena perusahaan besar khususnya untuk perusahaan yang berada di Indonesia dan untuk perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia terdapat ketentuan harus mempunyai komite audit dalam perusahaan yang mempunyai tugas untuk mengawasi pelaporan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Dimana dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan ini, dengan melihat pada frekuensi rapat yang dilakukan olek komite audit. Semakin banyak frekuensi rapat yang dilakukan, diharapkan bisa mengurangi praktik manajemen laba Keadaan seperti inilah maka keberadaan komite audit sangat diperlukan. Dimana pengawasan laporan keuangan dapat dilakukan sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang baik, yang menginformasikan keadaan perusahaan dengan benar sehingga praktik manajemen laba dapat dihindarkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan antara ukuran perusahaan dan komite audit ini juga dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2003), Halim, dkk (2005), Widyastuti (2009), Rahmani dan Mir (2013) serta Siregar dan Utama (2005) dan Fitriasari (2007) dimana dikemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

1.2.1 Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan total aset untuk membuat skala dari suatu ukuran perusahaan, sehingga dapat dikategorikan dalam tiga ukuran perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan sedang, dan perusahaan kecil. Adapun kinerja suatu perusahaan berapapun aset yang dimiliki harus memberikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan untuk memberikan laporan hasil kerja dari aset yang telah dikuasakan oleh pemegang saham dan investor untuk dikelola oleh manajer perusahaan. Dalam laporan keuangan inilah praktik manajemen laba dilakukan.

Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Alasan yang lain bahwa perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi yang baik dari investor atau pemegang sahamnya. Sedangkan untuk ukuran perusahaan sedang dan kecil, manajemen laba dilakukan dikarenakan perusahaan sedang serta perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor mananamkan modalnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Halim, dkk (2005), Widyastuti (2009), Rahmani dan Mir (2013), dimana hasil dari penelitian tersebut juga memberikan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

1.2.2 Hubungan Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Salah satu tugas utama dari komite audit adalah memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Dengan pembahasan, penelaahan hal-hal yang terjadi dalam proses penyajian laporan keuangan dan kesimpulan-kesimpulan yang dilakukan dalam Salah satu tugas utama dari komite audit adalah memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Dengan pembahasan, penelaahan hal-hal yang terjadi dalam proses penyajian laporan keuangan dan kesimpulan-kesimpulan yang dilakukan dalam

Sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan ini juga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005) dan Fitriasari (2007), yang mengemukakan bahwa komite audit memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba.

1.2.3 Hubungan Anggota Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

KNKG (2006:15) mengemukakan bahwa jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Bapepam dan BEI dalam SE Direksi BEJ No. Kep-339/BEJ/07-2001 tanggal

21 Juli 2001 yang mengemukakan bahwa minimal berjumlah 3 orang, mempunyai independensi dan kompetensi dalam bidang keuangan dan akutansi, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dari anggota komite audit berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan. Kekuatan komite audit dalam pengambilan keputusan akan lemah apabila tidak didukung oleh jumlah anggota dari komite audit itu sendiri. Sehingga besar kecilnya jumlah anggota komite audit sangan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh komite audit dalam pengawasan pembuatan laporan keuangan oleh manajer.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Hubungan ini juga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Putri (2011), yang mengemukakan bahwa jumlah anggota komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.