Latar Belakang Pengaruh Pemikiran Hasan Al Banna tentang Agama dan Politik Terhadap Idiologi Partai Keadilan Sejahtera

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki awal abad dua puluh, ada dua fenomena yg menonjol di berbagai belahan dunia yang terjadi hampir bersamaan pertama kebangkitan agama dan kedua demokratisasi. Dua fenomena tersebut menggambarkan sebuah bukti bahwa di penghujung abad yang lalu terjadi perubahan yang begitu cepat. Gerakan kebangkitan agama berjalan seiring dan terkadang memperkuat pembentukan sistem politik sebuah negara kearah yang lebih demokratis. Sementara dibagian wilayah lain tidak jarang kedua fenomena tersebut menjadi saling berbenturan. Dunia islam tidak luput dari pengaruh fenomena tersebut, kebangkitan islam di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya islam memunculkan isu demokratisasi. 1 Dalam rangka merespon kondisi zaman, terdapat banyak pemikir islam yang bermunculan. Semuanya mengusung semangat kembali membangun kejayaan umat yang pernah diraih pada masa lalu. Bersamaan dengan itu diskusi seputar konsep dan pemikiran keislaman pun merebak. Berbagai telaah dan analisis sudah dilakukan untuk merumuskan konsep dan pemikiran sebaik mungkin yang dapat mengantarkan umat ini menuju kehidupan yang di idam- idamkan. Dalam merumuskan sebuah pemikiran, ada yang memandang persoalan umat dengan semangat pahlawan yang berlebihan hingga melahirkan konsep yang mengedepankan permusuhan terhadap pihak lain. Ada pula yang dilatarbelakangi 1. Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan; Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, Jakarta, Teraju, 2002, hal 6-7. Universitas Sumatera Utara 2 oleh kekaguman yang berlebihan juga terhadap kemajuan barat sehingga kurang percaya diri ketika mengaktulisasikan konsep keislamannya. Di antara berbagai konsep itu, ada beberapa gerakan islam yang arif, cermat dan mendalam dapat merumuskan dan menjalankan hakikat perjuangan islam yang ketat dengan bingkai syari’at namun tetap mengedepankan strategi yang logis dan realistis. 2 Salah satu tokoh pemikir yang sangat berpengaruh yaitu, Hasan Al Banna. Beliau adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam periodesasi kebangkitan islam dalam segi perpaduan agama dan politik. Pemikiran hasan al banna banyak di adopsi oleh gerakan-gerakan yang berbasis keislaman, karena dianggap lebih dinamis dan toleran terhadap sistem yang berlaku di setiap negara yang ada di seluruh belahan dunia. Hasan Al Banna Lahir pada tahun 1906 bertepatan dengan semakin rapuhnya khilafah islam turki ustmani, khilafah islam terakhir yang menandai berakhirnya kekhalifahan islam. Al-Banna tumbuh sebagai seorang pemuda seperti halnya pemuda saat itu. Sejak usia delapan hingga dua belas tahun, al- banna belajar di sekolah rashad. Tahun 1920, dia pindah ke Damanhur dan mengeyam pendidikan disana sampai berusia 14 tahun. Sebelum memasuki jenjang pendidikan tinggi di universitas mahmuddiyah, al-banna telah menghafal sebagian besar kitab al-qur’an. Al-Banna masuk Jama’iyyah al-Akhlaq Wa al- adab, dan dari sana ia bergabung dengan perkumpulan mencegah kemaksiatan yang beraktivitas melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. 3 Jenjang pendidikan pendahuluan ia selesaikan di Damanhur. Setalah itu pada tahun 1923, 2. Abdul Hamid Al-Gazali, Meretas Jalan Kebangkitan Islam; Peta Pemikiran Hasan Al-Bana, terj, Solo; Era Intermedia, 2001, hal 5-6. 3. Muhammad Mahdi Akif, “Syahid Hasan Al-Banna”. http:taghrib.irmelayu, di akses 2 Agustus 2013 pukul 14.30. Universitas Sumatera Utara 3 Al-Banna untuk pertama kalinya pergi ke kairo, ibukota Mesir. Di kota inilah ia mendaftarkan diri untuk mengikuti pendidikan tinggi disana. Meski penerimaan siswa cukup alot dan seleksi sangat ketat, namun al-Banna berhasil melalui setiap tahapan dengan baik dan diterima di sekolah tinggi Kairo, bahkan dia menjadi guru di sebuah sekolah di isma’iliyah, Mesir. 4 Hasan al-Banna dianggap sebagai pionir proyek kebangkitan peradaban islam, ia melakukan formulasi untuk membangkitkan gerakan kebangkitan islam kontemporer yang disebut “ Jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin “, karena islam pada saat itu hanyalah sekedar agama abangan, kemalasan, pengangguran, atau kesufian, sebagaimana halnya telah menimpa dunia islam pada masa kemunduran. 5 Agama ad-din adalah hukum tuhan yang mengajak orang-orang yang berakal kepada kebaikan sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Sedangkan politik As-Siyasah adalah dasar-dasar atau disiplin ilmu yang membahas tentang cara mengatur berbagai persoalan yang bersifat umum. 6 Dalam suatu kesempatan ketika al-Banna berbicara mengenai hubungan antara islam dengan politik dan sikap seorang muslim terhadapnya. Ia berpendapat bahwa berpolitik artinya memikirkan persoalan internal dan ekternal umat. Dengan gambling ia mengaitkan antara aqidah dan aktivitas politik. Ia berkata “sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali ia menjadi seorang politikus, 4. Abbas Assisi, Biografi Dakwah Hasan Al-Banna,terj : Nandang Burhanudin, Dedi heriadi Bandung: harakatuna, 2006, hlm 382-385. 5. http: www.al-ikhwan.net Imam syahid Hasan al-Banna, Pionir Kebangkitan Islam 6. Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik: Bantah Tuntas terhadap Sekularisme dan Liberalisme, terj : Khoirul Amru Harahap Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008, hlm 11,20. , diakses pada tanggal 03 Agustus 2013, pukul 10.00 Universitas Sumatera Utara 4 mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan bangsanya. 7 Pemikiran Hasan Al-Banna tersebut banyak mengilhami gerakan- gerakan islam bahkan partai partai yang beridiologi islam yang ada di seluruh belahan dunia, bahkan Indonesia. Yang dianggap lebih dinamis dengan sistem yang berlaku. Berbeda dengan Muhammad Natsir seorang politisi islam dari Indonesia yang selalu ‘ menghendaki’ agama sebagai Ideologi Negara, akan tetapi berusaha menampilkan semangat keislamannya dengan wajah terbuka dan lebih luwes. 8 Menurut Tarmizi Taher, Natsir merupakan sedikit diantara manusia Indonesia yang multi dimensional dan begitu kompleks. Meskipun secara politis Natsir kalah dalam memperjuangkan islam sebagai ideologi negara secara konstituional, dia menerima dengan lapang dada dan ikhlas. 9 Diakhir tahun 1990 an kondisi sosial politik Indonesia mulai berubah secara drastis, gerakan-gerakan islam yang tadinya di tekan oleh aparat pemerintah agar tidak hidup, malah sebaliknya berkembang pesat. Puncak dari perubahan ini terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 dimana orang nomor satu di Indonesia presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah mendapat tekanan yang sangat massif dari rakyat yang dimotori oleh para mahasiswa dan para tokoh nasional. 7. Utsman Abdul Mu’iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, terj: Jasiman, Hawin Murthado, Salafudin, Solo : Era Intermedia, 2000, hlm 72-73. 8. G. H. Jansen, Islam Militan. Terjemahan oleh Armahedi Mahzar, Bandung: Pustaka, 1983, hal., 231, 272. 9. Tarmizi Taher. “Pemikiran dan Perjuangan Natsir”, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996., hal., 14. Universitas Sumatera Utara 5 Setelah soeharto tumbang, kepemimpinan negara pun beralih ke tangan B.J. Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa inilah era multipartai dimulai selama 32 tahun rakyat Indonesia dipaksa untuk memilih diantara 3 partai saja. Euforia politik pun terus berlangsung ditandai dengan berdirinya partai-partai baru. Para mantan aktivis dakwah generasi pertama dan juga sarjana- sarjana lulusan timur tengah yang selama ini aktif di dunia dakwah pun mencoba memanfaatkan situasi yang sedang berkembang. Akhirnya lewat sebuah proses panjang, para pegiat dakwah inipun mendeklarasikan sebuah partai politik yang diberi nama Partai Keadilan PK , yang dideklarasikan pada hari Ahad tanggal 15 Rabi’ul Tsani 1419 H bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1998. 10 Pada pemilu 1999 Partai Keadilan mendapatkan 1,4 juta suara atau 1,36 berhasil menundukan 7 orang wakilnya di senayan. PK menempati 7 besar partai pemenang pemilu. Karena terganjal undang-undang pemilu mengenai Electoral Treshold batas suara minimal harus 2 maka PK mengubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera PKS, setelah sebelumnya harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah di tentukan Komisi Pemilihan Umum KPU. Pendeklarasian Partai Keadilan Sejahtera ini dilakukan dilapangan Monas Jakarta pada hari Ahad tanggal 18 Shafar 1424 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2003. 11 10. Sapto Waluyo, Kebangkitan Politik Dakwah: Konsep dan Praktik Politik Partai Keadilan Sejahtera di Masa Transisi, Bandung : Harakatuna Publishing, 2005, hlm 357-359. 11. Majalah SAKSI No. 15 Tahun V, 6 Mei 2003, hal 39. Universitas Sumatera Utara 6 PK Sejahtera sulit dikategorikan sebagai partai tradisional atau modern, karena para pendirinya berasal dari dari kalangan muda dan tua, lebih fair jika kita menyebutnya sebagai partai masa peralihan yang mempertemukan generasi muda dari berbagai kubu. Proses itulah yang yang sedang dan akan membentuk konfigurasi sosial dan politik Indonesia di masa kini dan mendatang, sehingga kategori tradisional dan modernis tidak memadai lagi. Dalam perspektif transisional, pemahaman yang ketat memisahkan politik dan dakwah otomatis mencair. Pengetahuan dan pengalaman konkret membuat para aktivis lebih mudah melintasi batas. Politik tidak hanya dipersepsi sebagai arena konflik perebutan kekuasaan, melainkan juga perumusan kebijakan dan pencapaian kepentingan umum. Di situlah makna politik bisa bersinggungan erat dengan dakwah, dalam pengertian “ upaya untuk mengembalikan manusia agar menyembah Allah Semata dengan memerintahkan kema’rufan dan mencegah kemungkaran.” Dalam rumusan PK Sejahtera yang khas, politik dakwah Dipraktekkan sebagai “ mimbar dakwah parlemen atau lebih kental lagi sebagai “jihad siyasi”. Bagi sebagian pengamat rumusan itu mungkin masih berbau jargon atau slogan, namun aktivis PK Sejahtera dengan tekun membuktikannya sebagai fenomena baru dalam perpolitikan nasional. 12 Dari pernyataan diatas kita mengetahui bahwa berdirinya PK yang di pelopori oleh sarjana lulusan timur tengah. Secara tidak langsung tokoh-tokoh tersebut banyak mendapatkan insipirasi pemikiran dari Hasan Al-Banna, tempat dimana mereka menuntut ilmu. 12. Sapto Waluyo, Kebangkitan Politik Dakwah: Konsep dan Praktik Politik Partai Keadilan Sejahtera di Masa Transisi, Bandung : Harakatuna Publishing, 2005, hlm 31 Universitas Sumatera Utara 7 Maka dari itu saya tertarik untuk melihat, mendudukkan, dan mensistematiskan Sejauh mana pemikiran Hasan Al-Banna terkait agama dan politik bisa mempengaruhi Idiologi sebuah Partai politik yang ada di Indonesia yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Sehingga PK Sejahtera yang bernafaskan islam bisa bertahan dan masih tetap berkiprah di perpolitikan Indonesia, ditengah partai- partai lain yang bernafaskan islam yang mulai tenggelam di kancah perpolitikan Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah