Uji Kesesuaian Model - Goodness of Fit Index

60 Variance-extracted = εj Loading e Standardiz Loading e Standardiz     Sementara j dapat dihitung dengan formula j = 1 Standardize Loading. Secara umum nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 Hair el. al, 1998. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.4.2. Uji Kesesuaian Model - Goodness of Fit Index

Dalam analisa SEM tidak ada alat Uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Peneliti diharapkan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan Fit indeks untuk mengukur kebenaran model yang diajukan. Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian dan cm off, value-nya untuk digunakan dalam menguji apakah model dapat diterima atau ditolak. 1. X 2 – Chi Square Statistic Chi square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu sampel yang terlalu kecil 50 maupun terhadap sampel yang terlalu besar 50. Penggunaan chi square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100 - 200 sampel. Bila di luar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan alat yang lain. X 2 yang kecil dan tidak signifikan yang diharapkan agar hipotesis nol sulit ditolak. 61 2. RMSEA - The Root Mean Square Error of Approximation Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom. 3. GF1 - Goodness of Fit Index Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam matrik kovarian populasi yang terestimasikan, GFI yang diharapkan adalah sebesar 0,90. 4. AGF1 - Adjusted Goodness of Fit Index Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut: AGFI = 1 - 1-GFI D db Dimana: Db = EP = jumlah - sampel - moment d = degrees of freedom AGF1 yang diharapkan adalah sebesar 0.90. 5. CMINDF Indeks ini disebut juga X 2 relatif yang diperoleh dari perbandingan antara nilai X 2 dengan degrees of freedom-nya. X relatif yang diharapkan adalah sebesar 2,0. 6. TLI - Tucker Lewis Index Indeks ini diperoleh dengan rumus : 62 TLI = DbI Cb dbd CbC Dimana : C = Biskrepansi ketidaksesuaian dan model yang dievaluasi d = Degrees of freedom dari model yang dievaluasi Cb = Discrepancy dari baseline model yang dijadikan pembanding Db = Degrees of freedom dari baseline model yang dijadikan pembanding TLIU yang diharapkan adalah sebesar 0,95. 7. CFI - Comparative Fit Index Indeks ini adalah identik dengan relative non centrality indeks RNI yang diperoleh dengan rumus: CFI = RNI = 1 - db - Cb d - C CFI yang diharapkan adalah sebesar 0.95. 63 Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices Goodness of Fit Indices GOODNESS OF FIT INDICES KETERANGAN CUT-OFF VALUE X 2 - Chi-square Menguji diduga covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample [diduga model sesuai dengan data]. Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi. Minimum 0,1 atau 0,2, atau  0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar.  0,08 GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R 2 dalam regresi berganda].  0,90 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF.  0,90 CMINDDF Kesesuaian antara data dan model  2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model.  0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.  0,94 Sumber : Hair et.al., [1998]

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. “ Telkom ”, Perseroan” atau “ kami” merupakan perusahaan penyelenggara layanan informasi dan telekomunikasi InfoComm yang memiliki layanan paling lengkap dan jaringan terbesar di Indonesia, dan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, merupakan penyedia utama layanan sambungan telepon tidak bergerak kabel di Indonesia. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Umum Telekomunikasi “Perumtel” sebagai penyedia layanan telekomunikasi domestik dan internasional serta PT. Industri Telekomunikasi Indonesia PT. INTI sebagai perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi. Pada tahun 1991, status Perumtel berubah menjadi perseroaan persero PT. Telekomunikasi Indonesia, yang lebih dikenal dengan nama TELKOM. Dengan adanya perubahan status tersebut bertepatan dengan berdirinya pada tanggal 24 September 1991. 64