88 Kelas VII SMP
D. Nilai-Nilai Utama Kelenteng
1. Nilai Agamis, karena senantiasa ada persembahyangan, ritual agama, dan pembelajaran rohani.
2. Nilai Budaya, sebab di dalamnya terkandung unsur-unsur budaya seperti seni bangunan dan seni budaya lainnya yang tumbuh subur
di dalamnya termasuk seni kaligrai, Barong Say, wayang Potehi, dan sebagainya.
3. Nilai Sosial Kemasyarakatan, karena menjadi wadah kegiatan sosial khususnya pelayanan umat dan masyarakat umum.
Sesuai dengan PP No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Pasal 46 disebutkan bahwa Sekolah Minggu Khonghucu dan
Diskusi Pendalaman Kitab Suci merupakan kegiatan belajar-mengajar nonformal yang dilaksanakan di Xuetang, Litang, Miao dan Klenteng,
yang dilaksanakan setiap minggu dan tanggal 1 serta 15 penanggalan lunar. Hal ini menunjukkan nilai-nilai utama kelenteng secara nilai agamis.
Gambar 6.6
Kong Miao Miao Konghucu di Nanjing China.
Sumber: www.panoramio.com
89 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
Peran sentral Kong Miao, berbagai Kelenteng, dan Kong Miao Litang merupakan rumah ibadat pemeluk agama Khonghucu untuk sujud
beriman kepada Tian Yang Maha Esa. Di dalam tuntunan rohani Nabi Besar Kongzi, umat memuliakan para Malaikat dan Tokoh Suci
Shenming. Di samping itu juga untuk berdoa memuliakan arwah para pendahulu, para leluhur yang telah mewariskan sebuah tuntunan agama
kepada generasi kita di saat ini maupun masa mendatang.
Tata ibadah besar dengan melaksanakan San Gui Jiu Kou di sebuah Kong Miao merupakan standar beribadah sebagaimana tertulis di dalam
Kitab Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu. Kitab Tata Agama inilah acuan setiap agamawan pemeluk agama Khonghucu,
dan digunakan oleh semua Kongjiao Litang Majelis Agama Khonghucu Indonesia Makin dan Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Agama
Khonghucu Indonesia Matakin di Indonesia.
Sejarah menunjukkan, bahwa meleburnya kearifan budaya Ru Jiao Khonghucu melalui rumah ibadat utama pemeluk agama Khonghucu
di Wen Miao, Kong Miao Litang dan berbagai Kelenteng Miao di Indonesia ini, disesuaikan dengan perkembangan kehidupan rohani
masyarakat Indonesia. Namun demikian, tetap memiliki standar lembaga ibadah dan sistem altar yang khas.