PENDAHULUAN PEMAHAMAN BUDAYA AIZUCHI SEBAGAI ETIKA KOMUNIKASI ORANG JEPANG (STUDI KASUS TERHADAP MAHASISWA SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Levinson dalam Nunan, 1993: 85 menegaskan jika bentuk dasar sebuah komunikasi adalah prototype bahasa yang digunakan, bentuk yang pertama kali manusia ketahui tentang bahasa, dan hal itu juga berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Pernyataan tersebut mengindikasikan jika komunikasi berkaitan dengan bahasa dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, penggunaan bahasa juga memiliki keterkaitan dengan budaya yang melatarbelakangi penutur dan tuturan. Dengan adanya budaya yang melekat pada seorang penutur dan budaya yang menaungi tuturan tertentu, maka dapat dipastikan jika penutur dalam melakukan tuturan mencerminkan suatu kondisi masyarakat dengan budaya tertentu. Nunan 1993: 94 menyimpulkan jika hal yang paling menantang dan sulit dalam suatu komunikasi terletak pada penutur kedua danatau penutur asing. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat menunjukkan kedinamisan dan penampilan tuturan yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya serta satu budaya dengan budaya lainnya. Nunan 1993: 94 menyimpulkan jika hal yang paling menantang dan sulit dalam suatu komunikasi terletak pada penutur kedua danatau penutur asing. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat menunjukkan kedinamisan dan penampilan tuturan yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya serta satu budaya dengan budaya lainnya. Lebih lanjut, Nunan 1993: 96 mengkaitkan budaya dengan manajemen percakapan yang terjadi antar dua penutur. Dalam manajemen percakapan terdapat sejumlah faktor yang patut diperhitungkan mulai dari tingkatan kesopanan, tingkatan formalitas percakapan, dan tingkatan penerimaan penutur terhadap rentang penundaan pause dari penutur lain. Faktor- faktor itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Selain itu, ketiganya memiliki pengaruh yang dapat menyebabkan kelangsungan suatu komunikasi lancar atau tidak. Contohnya, terdapat pandangan budaya berbeda terhadap penundaan pause dan kelancaran smooth dalam percakapan. Bagi orang Barat, posisi diam saat berbicara hanya dapat ditoleransi jika berbicara dengan teman atau seseorang yang telah dikenal dengan baik. Sehingga apabila mereka berbicara dengan orang asing atau orang yang baru dikenal, mereka akan berusaha menjaga kelancaran komunikasi tanpa melakukan penundaan pause. Sedangkan dalam budaya Jepang, justru kelancaran smooth komunikasi seperti yang terdapat dalam budaya Barat malah membingungkan. Hal itu dikarenakan mereka terbiasa untuk melakukan penundaan singkat short pause guna memastikan lawan bicara dapat memahami topik yang sedang diperbincangkan. 2 Sebagai suatu proses, tuturan memiliki nilai-nilai yang dipahami dan diterima oleh masyarakat. Nilai-nilai sosial tersebut memungkinkan suatu tuturan dapat dikonstruksi dan dinegosiasikan antar penutur. Dalam hal ini penutur dimungkinkan untuk menerapkan nilai- nilai sosial dalam suatu tuturan saat menerapkan elemen tuturan seperti penundaan pause, intonasi, penggunaan ekspresi filler, dan membangun formulasi tuturan. Karena berkaitan dengan nilai sosial, percakapan sesungguhnya memiliki kedekatan dalam aturan dan prosedur budaya yang spesifik. Ketidakmampuan dalam menangani suatu proses tuturan akan dianggap sama dengan ketidakmampuan memahami kondisi sosial budaya suatu masyarakat dan bahkan mungkin menimbulkan kesalahpahaman. Karena itulah, terdapat banyak hal penting yang perlu diketahui dalam memahami suatu tuturan, seperti; masuk maupun keluar pada suatu tuturan; berupaya untuk lebih menguasai tuturan bidding a turn, menolak tanpa menimbulkan kesan kasar atau tidak sopan, atau merubah topik. Hal-hal seperti itu wajib dipahami penutur saat proses tuturan berlangsung. Yule 2000 mendeskripsikan sejumlah karakteristik tuturan yang penting. Karakteristik tuturan tersebut antara lain adanya pasangan keterkaitan adjacency pairs, struktur preferen preference structure, dan penanda lain dalam percakapan. Penanda lain dalam percakapan dapat berupa penundaan sesaat pauses, perhentian lama overlaps, dan adanya penanda unsur-unsur seperti senyum, anggukan kepala, atau bentuk ekspresi wajah yang disebut sebagai sinyal backchannel backchannel signals. Yule 2000: 76 menjelaskan secara detail yang dimaksud dengan pasangan keterkaitan adjancency pairs sebagai bentuk keterkaitan tuturan antara penutur pertama dengan penutur kedua. Dalam hal ini, penutur pertama mendapat respon yang sesuai dari penutur kedua. Sederhananya, apabila seorang penutur mengucapkan salam pembuka saat percakapan dimulai, maka menjadi kewajiban penutur kedua untuk membalas dengan ucapan salam. Sedangkan apabila seorang penutur bertanya maka penutur lainnya akan menjawab. Selain adanya pasangan keterkaitan adjacency pairs, juga terdapat istilah yang disebut dengan rangkaian selipan insertion sequence. Bagian rangkaian selipan insertion sequence masih merupakan bagian dari pasangan keterkaitan adjacency pairs. Sesuai dengan pengistilahannya, rangkaian selipan insertion sequence menurut Yule 2000: 77 merupakan pasangan keterkaitan yang justru tidak saling terkait. Dalam hal ini tuturan penutur pertama tidak mendapat respon semestinya dari penutur berikutnya. Hal itu sangat mungkin terjadi dalam sebuah tuturan. Tuturan tidak selalu berjalan dengan mulus dan komunikatif. Ada kalanya salah satu penutur justru memberikan respon tuturan yang berbeda. Sehingga jika disimpulkan, rangkaian selipan insertion sequence merupakan tuturan berbeda dari yang diharapkan oleh penutur sebelumnya. 3

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25