Keaslian Penulisan Prinsip-Prinsip Pengawasan

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Pengawasan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dari undang- undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari skripsi orang lain. Kemudian, permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan ini merupakan hasil olah pikir dari penulis sendiri. Semua ini merupakan implikasi etis dari sebuah proses penemuan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ada skripsi yang sama, maka akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh penulis.

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Otonomi daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsasendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6 6 Lihat ketentuan umum uu no 32 tahun 2004 Universitas Sumatera Utara Selain pengertian otonomi daerah diatas para ahli juga banyak berpendapat tentang arti dari otonomi daerah : 7 a. Otonomi Daerah menurut Ateng Syarifuddin, adalah: “Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian Kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan” b. Otonomi Daerah menurut Syarif Saleh, adalah: “Hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat” c. otonomi daerah menurut Benyamin Hoesein, adalah: “Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal Berada di luar pemerintah pusat”. d. otonomi daerah menurut Philip Mahwood, adalah: “Suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri dimana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda e. otonomi daerah menurut Mariun, adalah: “Kebebasan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang memungkinkan meeka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Dari pendapat para ahli dan juga peraturan perundang-undangan dapat kita ketahui bahwa kebebasan ataupun kewenangan untuk mengurus pemerintahan sendiri yang telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Adapun azas-azas dalam otonomi daerah . a. Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat. b. Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7 7 Lintas tulisan, pengertian otonomi daerah menurut para ahli, diakses dari http:lintas- tulisan.blogspot.com201308pengertian-otonomi-daerah-menurut-para.html pada 18 april 2014 pukul 11:50 Wib Universitas Sumatera Utara c. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. d. Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupatenkota danatau desa, dari pemerintah kabupatenkota kepada desa. Adapun prinsip-prinsip dari otonomi daerah adalah : 8 a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. c. Pelaksanaan otonomi daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas. d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga teteap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, sehingga dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi, demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak-pihak lain, seperti badan otoritas, kawasan industri, kawasan kehutanan, kawasan pertambangan, kawasan pedesaan, kawasan kota, kawasasan wisata, dan semacam itu berlaku ketentuan daerah otonom. f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya. 8 Ateng Syafrudin, kapita selekta hakikat otonomidesentralisasi dalam pembangunan daerah, yogyakarta, citra media,2006 hal 21 Universitas Sumatera Utara Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Keuangan negara

Keuangan negara sangat erat hubungannya dengan keuangan daerah oleh sebab itu ketika kita akan membahas keuanagan daerah kita terlebih dahulu memahami keuangan negara. Pemahaman terhadap keuangan negara, harus terlebih dahulu dipahami. Namun juga terdapat banyak variasi dalam pengertian keuangan negara tergantung dari aksentuasi terhadap suatu pokok persoalan dalam pemberian definisi dari para ahli dalam bidang keuangan negara: 9 a. Menurut M. Ichwan Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kauntitatif dengan angka- angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang, yang akan dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun mendatang. b. Menurut Geodhart Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut. Unsur-unsur keuangan keuangan negara menurut Geodhart meliputi 1 Periodik 2 Pemerintah sebagai pelaksana anggaran 3 Pelaksanan anggaran mencakup dua wewenang yaitu wewenang pengeluaran dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pembiayaan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran yang bersangkuta, dan 4 Bentuk anggaran negara adalah berupa suatu undang-undnag c. Menurut Glenn A. Welsch Budget adalah suatu bentuk statment dari rencana dan kebijaksanaan manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai petunjuk atau blue print dalam periode itu. Adapun penegertian keuangan negara menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara yaitu” keuangan negara adalah semua hak 9 Riawan tjandra, hukum keuangan negara, jakarta grasindo 2006 hal 1 Universitas Sumatera Utara dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan negara seharusnya harus juga memperhatikan asas-asas keuangan daerah adapun asas-asas dari keuangan negara sebelum berlakunya undang-undang keuangan negara adalah: 10 a. Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan dalam satu dokumen anggaran. b. Asas univesalitas yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran. c. Asas tambahan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu, dan d. Asas spesialitas, yaitu mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya. Kemudian, dengan berlakunya undang-undang keuangan negara, terdapat lagi asas-asas bersifat baru dalam pengelolaan keuangan negara. Asas-asas pengelolaan keuangan negara yang terdapat dalam Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, antara lain sebagai berikut: 11 a. Asas akuntabilitas yang berorintasi kepada hasil adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku b. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pengelola keuangan negara c. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyrakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. e. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah asas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh mempengaruhi oleh siapa pun. 10 M.Djafar Saidi,hukum keuangan negara,jakarta, Rajawali pers, 2008 hal 16 11 ibid hal 17 Universitas Sumatera Utara Ketika dilakukan penggabungan terhadap asas-asas pengelolaan keuangan negara, baik sebelum berlakunya undang-undang keuangan negara maupun pada saat berlakunya undang-undang keuangan negara, ternyata cukup untuk membimbing pihak-pihak terkait dalam pengelolaan keunagan negara. Asas asas pengelolaan keuangan negara bukan merupakan kaidah hukumnorma hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan yang mengikat, kecuali kekuatan moral yang yang dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan keuangan negara. Sekalipun demikian, pengelolan keuangan negara tidak boleh terlepas dari asas-asas pengelolaan keuangan negara agar dapat menghasilkan pekerjaan terbaik sehingga tidak menimbulkan kerugian keuangan negara. Adapun ruang lingkup dari keuangan negara menurut pasal 2 undang-undang no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara adalah : a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan peminjaman. b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah negara dan membayar tagihan pihak ketiga. c. Penerimaan negara. d. Pengeluaran negara. e. Penerimaan daerah. f. Pengeluaran daerah. g. Kekayaan negara daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaradaerah. h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan danatau kepentingan umum. i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Pasal 23E ayat 1 UUD 1945 untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri sehingga kesembilan kelompok kekayaan negara tersebut harus Universitas Sumatera Utara diperiksa oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan saat ini telah berkembang, termasuk juga kekayaan pihak lain yang diperoleh oleh pihak yang bersangkutan dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Bahkan, kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintah danatau kepentingan umum dikategorikan pula sebagai kekayaan pemerintah yang harus diperiksa oleh badan tersebut. 12

3. Keuangan daerah

Pada saat ini para ahli serta penulis sangatlah sedikit mengemukakan pengertian akan Keuangan Daerah, padahal Keuangan Daerah menjadi elemen yang pokok terhadap aktivitas penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut, Keuangan daerah adalah “semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, adalah sebagai berikut Keuangan Daerah adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”. Sedangkan pengertian keuangan daerah menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 yang sekarang berubah menjadi Permendagri Nomor 13 12 Riawan tjandra Op cit hal 5 Universitas Sumatera Utara Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD adalah “Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termaksud didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah”. Kemudian asas-asas dalam keuangan daerah juga termuat didalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keungan daerah yaitu: a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Adapun ruang lingkup keuangan daerah terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan keuangan daerah yaitu: a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman. b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga. c. penerimaan daerah. d. pengeluaran daerah. e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah. f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah danatau kepentingan umum.

4. Teori Pengawasan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengawasan berasal dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang Universitas Sumatera Utara sebenarnya dari apa yang di awasi. Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Seperti yang terlihat dalam kenyataan, langkah awal proses pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan, penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksaan suatu kegiatan. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. 13 a. Tujuan Pengawasan Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan begitu pula dengan pengawasan. Adapun dari tujuan pengawasan adalah : 14 1 Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan. 2 Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan- kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan- kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru. 3 Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada pasaran. 4 Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula. 5 Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar . 13 Indra iman dan Siswandi, aplikasi manajemen perusahaan,jakarta, mitra wacana media, 2007 hal 173 14 Bayu asr dan ilmu pengetahuan,pengawasan controlling, diakses dari http:bayuberbagiilmu21.blogspot.com201303pengawasan-controlling.html , pada 22 april 2014 20:02 Wib Universitas Sumatera Utara b. Tipe tipe pengawasan Ada tiga tipe pengawasan, yaitu pengawasan pendahuluan, pengawasan “concurent”, pengawasan umpan balik. Pengawasan pendahuluan feedforward control pengawasan pendahuluan, atau sering disebut steering control dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standart atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum satu tahap kegiatan tertentu diselesaikan jadi pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang perlu sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan concurrent control pengawasan ini sering disebut pengawasan “ya-tidak” , sreening control berhenti – terus dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-keguatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan. Pengawasan umpan balik feedback control. Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls. Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan, sebab- sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi. 15 c. Asas-asas pengawasan 15 Indra iman dan Siswandi op cit hal 174 Universitas Sumatera Utara Dalam mencapai pelaksanaan pengawasan, terdapat beberapa asas-asas yang harus diperhatikan antara lain : 16 1 Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan- penyimpangan atau deviasi perencanaan. 2 Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan. 3 Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan. 4 Asas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu sekarang maupun di masa yang akan datang. 5 Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. 6 Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan perencanaan. 7 Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing. 8 Asas individual, bahwa pengawasan harus sesuai kebutuhan dan ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana. 9 Asas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan. 10 Asas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis. 11 Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengawasan membutuhkan perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama. 12 Asas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan. 13 Asas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan. 14 Asas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran- ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan.

D. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Pengawasan saat ini telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan. Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat 16 Bayu asr dan ilmu pengetahuan,pengawasan controlling, diakses dari http:bayuberbagiilmu21.blogspot.com201303pengawasan-controlling.html , pada 22 april 2014 20:02 Wib op cit Universitas Sumatera Utara menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut : 17 1. Objektif dan menghasilkan data, Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. 2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam: a. Tujuan yang ditetapkan b. Rencana kerja yang telah ditentukan c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan d. Perintah yang telah diberikan e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. 3. Preventif, Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan- kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan. 4. Bukan tujuan tetapi sarana, Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efekt ifitas pencapaian tujuan organisasi. 5. Efisiensi, Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja. 6. Apa yang salah, Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata- mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat kesalahan itu. 7. Membimbing dan mendidik, Artinya “pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan. Dilihat dari segi subjek atau petugas control atau yang melakukan pengawasan, maka pengawasan dapat dibedakan atas : 18 1. Pengawasan internal, yakni pengawasan yang dilakukan oleh petugas-petugas dari organisasi atau perusahaan atau jawatan yang sedang melaksanakan kegiatan. 2. Pengawasan eksternal, adalah pengawasan yang dilancarkan oleh petugas- petugas dari luar organisasi ataupun perusahaan atau jawatan yang 17 Bayu asr dan ilmu pengetahuan,pengawasan controlling, diakses dari http:bayuberbagiilmu21.blogspot.com201303pengawasan-controlling.html , pada 22 april 2014 20:02 Wib ibid 18 Ibid Universitas Sumatera Utara bersangkutan, baik merupakan pengawasan dari pihak pemerintah maupun dari masyarakat umum. 3. Pengawasan formal, yakni pengawasan yang dilakukan oleh petugas-petugas resmi atau petugas-petugas yang sudah ditunjuk sebelumnya dan biasanya dilakukan sesuai dengan rencana, program maupun jadwal yang sudah ditetapkan semula. 4. Pengawasan informal, yakni pengawasan yang dilakukan petugas-petugas yang ditunjuk sewaktu-waktu, dilakukan oleh petugas tidak resmi dan sering kali pengawasan jenis ini dilakukan seketika jika terjadi hal-hal yang tidak dibenarkan menurut rencana serta sering dilakukan di luar program dan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Pengawasan manajerial adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer atau pemimpin, biasanya menyangkut segala sesuatu yang berkenaan dengan proses manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan orang-orang. 6. Pengawasan staf, yakni pengawasan yang dilakukan oleh staf yang memang diberi tugas untuk melakukan pengawasan dalam bidang-bidang kegiatan tertentu.

E. Pengawasan dan pemeriksaan

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada Kabupaten Tapanuli Selatan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

8 98 97

KAJIAN YURIDIS FUNGSI PELAYANAN KECAMATAN SEBAGAI BAGIAN DARI PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

0 3 16

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 12

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 17

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH (STUDI PERBANDINGAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH).

0 0 13

MEKANISME EKSEKUTIF REVIEW PERATURAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 1 21

KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 6

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 10

Memahami Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

0 2 8

TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH -

0 0 67