Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBD adalah “Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termaksud didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah”.
Kemudian asas-asas dalam keuangan daerah juga termuat didalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keungan daerah yaitu:
a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat.
b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Adapun ruang lingkup keuangan daerah terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan keuangan daerah yaitu:
a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman. b.
kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga.
c. penerimaan daerah.
d. pengeluaran daerah.
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah danatau kepentingan umum.
4. Teori Pengawasan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengawasan berasal dari kata “awas” yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan
seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya dari apa yang di awasi. Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar,
rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan
yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Seperti yang terlihat dalam kenyataan, langkah awal
proses pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan, penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksaan suatu kegiatan. Pengawasan membantu penilaian apakah
perencanaan pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif.
13
a. Tujuan Pengawasan
Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan begitu pula dengan pengawasan. Adapun dari tujuan pengawasan adalah :
14
1 Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang
telah direncanakan. 2
Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan- kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan- kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.
3 Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai
dengan rencana atau terarah pada pasaran. 4
Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.
5 Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah
diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar .
13
Indra iman dan Siswandi, aplikasi manajemen perusahaan,jakarta, mitra wacana media, 2007 hal 173
14
Bayu asr dan ilmu pengetahuan,pengawasan controlling, diakses dari http:bayuberbagiilmu21.blogspot.com201303pengawasan-controlling.html
, pada 22 april 2014 20:02 Wib
Universitas Sumatera Utara
b.
Tipe tipe pengawasan
Ada tiga tipe pengawasan, yaitu pengawasan pendahuluan, pengawasan “concurent”, pengawasan umpan balik. Pengawasan pendahuluan feedforward control
pengawasan pendahuluan, atau sering disebut steering control dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standart atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum satu tahap kegiatan tertentu diselesaikan jadi pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif dengan mendeteksi
masalah-masalah dan mengambil tindakan yang perlu sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan concurrent
control pengawasan ini sering disebut pengawasan “ya-tidak” , sreening control berhenti – terus dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini
merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-keguatan bisa dilanjutkan, atau
menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan. Pengawasan umpan balik feedback control. Pengawasan umpan balik,
juga dikenal sebagai past-action controls. Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan, sebab- sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan
penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
15
c. Asas-asas pengawasan
15
Indra iman dan Siswandi op cit hal 174
Universitas Sumatera Utara
Dalam mencapai pelaksanaan pengawasan, terdapat beberapa asas-asas yang harus diperhatikan antara lain :
16
1 Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu
dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan- penyimpangan atau deviasi perencanaan.
2 Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari
perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan. 3
Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.
4 Asas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah
pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu sekarang maupun di masa yang akan datang.
5 Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. 6
Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
7 Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan
sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing. 8
Asas individual, bahwa pengawasan harus sesuai kebutuhan dan ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.
9 Asas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.
10 Asas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif dan
efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor- faktor yang strategis.
11 Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengawasan membutuhkan
perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.
12 Asas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk
menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan. 13
Asas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14 Asas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan.
D. Prinsip-Prinsip Pengawasan