ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Dwi Ramadani Prastianingsih

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan kesulitan—kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di kelas, kemudian memberikan solusi kepada guru khususnya di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan untuk melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I—III. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan subjek penelitian seluruh guru di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pada indikator faktor pengetahuan adalah mereka tahu, tetapi belum memahami konsep pembelajaran tematik beserta sub indikatornya, hal ini ditunjukan dengan presentase 80% responden. Sebesar 10% responden sudah mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik, dan 10% responden kurang mengetahui dan memahami tentang konsep pembelajaran tematik. Kemudian pada indikator faktor minat dan kemauan adalah sebanyak 60% responden memiliki minat dan kemauan dalam kategori sedang, bahkan 30% responden dapat dikatakan memiliki minat dan kemauan yang rendah, dan hanya 10% responden yang memiliki minat dan kemauan yang tinggi. Selain itu, pada indikator daya dukung adalah sebanyak 40% responden mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik belum memadai dalam dalam beberapa tema pembelajaran, bahkan 50% responden mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik kurang memadai dan hanya 10% responden yang mengatakan bahwa daya dukung dalam pembelajaran tematik sudah memadai. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti pengetahuan mengenai konsep pembelajaran tematik, minat dan kemauan yang rendah dalam memahami konsep pembelajaran tematik, daya dukung yang kurang memadai, serta sosialisasi yang kurang maksimal dari dinas terkait.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Ramadani Prastianingsih, dilahirkan di Tanjung Karang, 20 Maret 1991, yang merupakan putri kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Ujang Remanto dan Ibu Nawangsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan, Kabupaten Lampung Tengah dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 13 Bandar Lampung, Lampung. Pada Tahun 2009, penulis mendaftarkan diri di perguruan tinggi negeri melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima pada program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung.

Organisasi sekolah yang pernah diikuti yaitu Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) Sekolah pada tahun 2006, pada tahun 2007 aktif sebagai Anggota Paskibra Kota Bandar Lampung (PKBL). Penulis juga aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan menjabat sebagai Ketua I OSIS di SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Organisasi kemahasiswaan pertama kali yang diikuti yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP. Penulis aktif sebagai Brigadir Muda (Brigda) dan anggota Dinas Internal BEM FKIP pada Tahun 2009/2010.


(4)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa dan Segala ketulusan hati, ku persembahkan karya sederhana ini

sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

Kedua orang tua tercinta, Bapak Ujang Remanto dan Ibu

Nawangsih yang selalu memberikan do’a dalam setiap sujudmu dan

harapan di setiap tetes keringatmu demi tercapainya kesuksesanku.

Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Terimakasih untuk bimbingan serta semua ilmu yang dicurahkan.

Semoga Allah membalas dengan kebaikan serupa.

Mamas dan Mbak ipar tercinta, Mas Eka Rudi Purnama dan Mbak

Eka Susanti yang selalu mendukung dan mendo’akanku.

Adikku Anugrah Perdana Kusuma yang selalu memberikan dukungan,

perhatian dan motivasinya.

Seluruh keluarga besar Mbah Sardi dan Mbah Khuzaini yang

menantikan keberhasilanku.


(5)

MOTTO

Seseorang yang cemerlang hari ini berasal dari orang yang biasa,

yang menjadikannya cemerlang adalah karena

perjuangannya yang luar biasa.

(Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H.)

Kesuksesan itu sejalan dengan kesabaran dan pengorbanan.

(Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.)

Yakin, sungguh-sungguh, tekun, dan serius

adalah kunci kesuksesan.


(6)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Tematik Di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Pendidikan Universitas Lampung. Di dalam penulisan ini, penulis banyak mengalami kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran, serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H selaku Pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II, terima kasih karena telah memberikan nasehat, bimbingan, dan inspirasi besar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(7)

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembahas I yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

7. M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Ibu dosen yang tidak disebutkan namanya satu persatu. ―Bagi ananda, nilai yang paling mahal dalam seni ukiran adalah kesabaran, dan bapak ibu telah membuktikan itu dengan kesabaran dan ketelatelan yang luarbiasa dalam proses perkuliahan‖.

9. Seluruh staff administrasi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan serta kemudahannya.

10. Bapak dan Ibu tercinta atas keikhlasan, cinta dan kasih sayangnya, doa, serta dukungan baik secara moral maupun finansial. Mamas dan adikku tercinta serta keluarga besar penulis atas motivasi, doa, dan semangatnya.

11. Seseorang yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sudah mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat dalam setiap langkahku.


(8)

―Mamah‖ Rini Pangestuti, ―Mbox‖ Putri Sujatmi, ―Bu Ustad‖ Septia

Agustina, ―Uwo‖ Leni Puspita, ―Patinson‖ Agus Tristiana). Trimakasih atas semua dukungannya selama ini.

13. Teman-teman seperjuangan saat bimbingan yang juga memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi (Vivi, Heni, Lady, Gita, Roma, Edwin, Tony, Novita, Umi, Nurul, Vina, Tri) terima kasih atas suportnya selama ini.

14. Seluruh rekan-rekan PPKn angkatan 2009 kelas ganjil dan genap, mohon maaf jika selama ini ada goresan luka dihati yang belum sempat disembuhkan, dan janji yang belum ditunaikan.

15. Teman-temanku di kosan DJ Dormentory (Mb Meta, Mb Eni, Mb Mimie, Mb Siti, Mb Eka, Mb Pipit, Mb Nurul, Mb Oka, Irma, Pini, dan Yuni (―I Miss U All ‖. Kalian keluargaku yang takkan terlupakan dan selalu kurindukan. Semoga peersaudaraan ini tidak lekang oleh waktu.

16. Saudara serasan segawi dalam KKN dan PPL di Desa Sumber Marga dan di SMP N 3 Way Jepara. Kabupaten Lampung timur ( Mas Budi, Dolly, Chandra, Sandi, Indri, Ayu, Resta, Jessy, Dewi, Dian, Mb Puji dan Baby kecilnya), kebersamaan inilah awal cinta kita yang takkan bertepi kawan. 17. Almamater tercinta Universitas Lampung. Almamater yang melahirkan, dan

membesarkanku.

18. Lilik Indrawati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan seluruh bapak ibu guru serta staf tata usaha SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah.


(9)

19. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal ibadah yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa yang sebanding serta mengampuni dosa kita jika selama berinteraksi ada kata maupun perilaku yang tidak berkenan dihati.

Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai bentuk kepedulian pembaca terhadap perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(10)

LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Dwi Ramadani Prastianingsih No. Pokok Mahasiswa : 0913032036

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP. 19611214 199303 1 001 NIP. 19820727 200604 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi

Ilmu Pendidikan Sosial PPKn

Drs. Hi.Buchori Asyik, M.Pd. Drs. Holilulloh, M.Si


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H ...

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(12)

ANALISIS KESULITAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIKDI SD NEGERI 3 HAJI PEMANGGILAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Dwi Ramadani Prastianingsih Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(13)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda dibawah ini :

Nama : Dwi Ramadani Prastianingsih

NPM : 0913032036

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Alamat : Jalan Pramuka Kampung Mulyo Haji Kecamatan Anak

Tuha Kabupaten Lampung Tengah

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Dwi Ramadani P. NPM 0913032036


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang wajar karna itu adalah hal yang paling mendasar pada setiap diri manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Untuk menghadapi perubahan di era globalisasi saat ini pendidikan memegang peranan penting guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pembaharuan sistem pendidikan nasional ditandai dengan ditetapkannya visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.


(15)

Proses pembelajaran di atas diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan merupakan sistem pembelajaran yang dapat dengan mudah meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti berbagai mata pelajaran agar kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri dapat terhindarkan. Dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan interaksi antara guru dengan siswa agar proses pembelajaran tidak monoton. Sehingga tercapainya tujuan pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang profesional.

Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar diberlakukan sejak ditetapkannya otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya Sekolah Dasar dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik.


(16)

Pada kerangka dasar kurikulum 2004, disebutkan bahwa 50% dari jumlah jam pelajaran yang ada di kelas I dan II untuk pelajaran membaca dan menulis permulaan serta berhitung (calistung) dengan menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran untuk kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Dari pernyataan tersebut terlihat adanya peningkatan jenjang kelas yang harus melaksanakan pembelajaran tematik yaitu kels III. Peningkatan jenjang kelas tersebut tentu telah melalui pertimbangan dan kajian dari berbagai pihak yang terkait sebagai pengambil kebijakan, yaitu pembelajaran dengan pendekatan tematik dianggap bermanfaat, menarik, bermakna, dan sesuai bagi peserta didik kelas awal Sekolah Dasar (SD) karena model pembelajaran tematik menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

Alasan pemerintah untuk menerapkan pembelajaran tematik antara lain: 1). Pola pikiran anak yang masih holistik artinya usia siswa sekitar 4—10 tahun pola pemikirannya masih satu kesatuan, umumnya mereka menjadi berpikir fragmented karena pola asuh orang dewasa yang memisah—misahkannya. 2). Usia siswa Sekolah Dasar masih bersifat operasional kongkrit, pada usia tersebut masih butuh alat peraga (media) yang kongkrit (nyata) untuk menjelaskan suatu konsep. 3). Saat proses belajar untuk mengenal suatu konsep tentu tidak lepas dari kehidupan yang paling dekat dengan lingkungan siswa, oleh karena itu melalui tema yang menarik perhatian siswa, sang guru dapat membelajarkan beberapa mata pelajaran seperti: Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Seni Budaya Keterampilan (SBK), PKn, Agama, dan


(17)

Olahraga. 4). Pembelajaran tematik sudah diperkenalkan sejak siswa duduk dibangku TK oleh karena itu sangat sinambung sekali ketika siswa kelas I—III SD bahkan siswa IV—VI SD jika memungkinkan waktu dan konsep—konsep yang akan dikaitkan dalam berbagai mata pelajaran menggunakan pembelajaran tematik tersebut.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum atau Standar Isi (SI) dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Bermakna di sini memiliki arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan lebih memahami konsep-konsep yang saling terkait dari beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usia peserta didik.

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi atau keterlibatan peserta didik dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Fenomena banyak siswa yang tinggal kelas pada kelas I—III juga dijadikan dasar bagi pemerintah untuk melaksanakan pembelajaran tematik.


(18)

Pembelajaran tematik sangat membantu siswa yang tidak berasal dari pendidikan pra sekolah untuk mulai belajar di bangku formal. Pelajaran yang disajikan tanpa adanya pemilahan mata pelajaran menyebabkan siswa belajar tanpa sadar berbagai hal dalam satu kali pembelajaran. Hal ini sangat menguntungkan bagi siswa, yaitu belajar tanpa beban dan learning by playing. Bermain adalah kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak.

Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di Sekolah Dasar saat ini mengarah pada penggabungan dari Connected model (model terkait), webbed model (model jaring laba-laba) dan Integrated model (model terpadu). Hal ini terlihat dari meteri sosialisasi tematik yang dilaksanakan oleh Depdiknas yang menghendaki pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah atau berkotak-kotak. Penggabungan jaring laba-laba dan model terpadu yang dimaksud adalah penggunaan tema untuk menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas dari kurikulum untuk menemukan keterkaitan antar mata pelajaran, sehingga peserta didik akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu yang berbeda-beda. Dengan demikian peserta didik akan mudah menghubungkan dan mengaitkan materi-materi dari beberapa mata pelajaran seperti PKn, B. Indonesia, dan SBK, siswa dapat menyayikan lagu Garuda Pancasila dengan penuh semangat dan rasa bangga dengan intonasi yang jelas dan benar. Dengan memaknai lagu tersebut peserta didik dapat mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar negara Indosesia dan masih banyak lagi makna yang dapat diambil oleh peserta didik.


(19)

Hal-hal di atas dijadikan dasar oleh Pemerintah untuk menerapkan pembelajaran tematik kepada peserta didik SD/MI kelas I—III. Diharapkan dengan pembelajaran yang sesuai keberhasilan pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi lebih baik. Sehingga peserta didik lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan dengan tema tertentu dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar memang terkonsep dengan baik, tapi dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak Sekolah Dasar yang tidak menerapkan pembelajaran tematik. Hal itu dikarenakan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik, sepeti kekurang tahuan guru tentang konsep pembelajaran tematik, kurangnya fasilitas yang ada di sekolah, kekurangan tenaga guru, daya tampung peserta didik yang berlebihan da dalam kelas, dan kekurangan jumlah kelas. Meskipun Silabus dan RPP yang dibuat sesuai dengan konsep pembelajaran tematik yang telah ditetapkan, tapi dalam kenyataannya tidak diterapkan secara tematik. Hal itu terlihat dari proses pembelajaran yang masih menggunakan mata pelajaran tertentu.

Hal-hal diatas menjadikan penelitian ini terfokus pada kesulitan-kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan, karena secara faktual guru yang mengajar di Kelas I—III belum menerapkan pembelajaran tematik didalam kelas. Sesuai dengan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, berikut ini penulis menyajikan data tentang guru yang belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran tematik di dalam kelas I—III di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Tahun Pelajaran 2012/2013.


(20)

Tabel 1.Guru Yang Mengajar Di Kelas I—III T.P 2012/2013

No Nama Bidang Study Sudah/Belum menerapkan

Pembelajaran Tematik

1 Ngatiyem Guru Kelas I Belum sepenuhnya

menerapkan

2 Eko Siswanto, S.Pd Guru Kelas II Belum sepenuhnya

menerapkan

3 Heriyati Guru Kelas III Belum sepenuhnya

menerapkan

4 Sulyadi, S.Pd.I Guru Pendidikan

Agama Islam

Belum menerapkan

Sumber: TU SD Negeri 3 Haji Pemanggilan T.P 2012/2013

Data tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas I—III belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik di kelas I— III Sekolah Dasar para guru mengalami beberapa kesulitan. Dalam wawancara terhadap guru yang mengajar di kelas I—III di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan, kesulitan yang dialami antara lain: yang pertama adalah dalam persiapan pembelajaran tematik, yang kedua adalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan yang ketiga adalah dalam penilaian pembelajaran tematik.

Secara lebih rinci guru tersebut menjabarkan kesulitan-kesulitan apa saja yang di alami dalam pembelajaran tematik. Yaitu:

Kesulitan Guru dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain:

1. Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat.


(21)

2. Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa.

3. Guru kesulitan cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema. 4. Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran

pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kesulitan Guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain:

1. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema.

2. Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema.

3. Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru.

4. Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal.

5. Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat.

6. Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes.


(22)

7. Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran.

Kesulitan Guru dalam penilaian pembelajaran tematik antara lain:

1. Guru kesulitan dalam melakukan penilaian bagi siswa kelas I yang belum lancar membaca dan menulis.

2. Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan penilaian tertulis.

3. Guru masih kesulitan menentukan Kriteria Ketuntansan Minimal

4. Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran.

Dari kesulitan-kesulitan yang dialami guru diatas, beberapa penyebab kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik antara lain:

1. Kekurang tahuan guru terhadap konsep pembelajaran tematik.

2. Kesadaran untuk berubah sesuai zaman, guru masih terpaku dengang cara pembelajaran yang lama.

3. Kurangnya sosialisasi dan diklat tentang gambaran dan konsep pembelajaran tematik terutama di daerah pedesaan dan terpencil.

Dari latar belakang masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan

judul ―Analisis Kesulitan Guru Dalam Pembelajaran Tematik di SD Negeri 3


(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru mengalami kesulitan dalam mempersiapkan pembelajaran tematik seperti membuat RPP, Pemetaan, Silabus, dan menentukan tema yang akan digunakan.

2. Guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. 3. Guru mengalami kesulitan dalam penilaian pembelajaran tematik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?


(24)

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kesulitan-kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik di kelas.

b. Memberikan solusi kepada guru khususnya di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan untuk melaksanakan pembelajaran tematik di kelas I—III. 2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

Secara Teoretis penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam kajian tentang analisis kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik kelas I—III Sekolah Dasar.

b. Kegunaan Secara Praktis

Secara Praktis penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi kepada masing-masing Guru yang mengajar kelas I—III di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 diharapkan agar menerapkan pembelajaran tematik untuk kelas I—III dan kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik tidak menjadi halangan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran tematik yang mendorong siswa belajar secara faktual.


(25)

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik kelas I—III Sekolah Dasar. 2. Ruang Lingkup Objek

Yang menjadi Objek penelitian ini adalah kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013

3. Ruang Lingkup Subjek

Yang menjadi Subjek penelitian ini adalah Guru yang mengajar di kelas I—III di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah 4. Ruang Lingkup Tempat / Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian oleh Dekan FKIP Universitas Lampung dari Tanggal 22—26 Maret 2013.


(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik yang disebut dengan pembelajaran. Pengertian pembelajaran yang diungkapkan oleh Yunanto (2004: 4) ―pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar‖. Pendapat lain yang di ungkapkan oleh Sugandi, dkk (2004: 9) menyatakan bahwa ―pembelajaran terjemahan dari kata

instruction‖ yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teacing atau pengajaran. Sedangkan dalatm pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran‖.

UU No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 "pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar". Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar


(27)

dapat terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

A. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tentunya banyak faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar.

Faktor pendukung dalam kegiatam pembelajaran antara lain:

1. Komponen perangkat keras (hardware), yang meliputi ruangan belajar, peralatan praktik, laboratorium, dan perpustakaan.

2. Komponen perangkat lunak (software) yaitu meliputi kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, dan system pembelajaran.

3. Perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan guru yang profesional, kepala sekolah, peserta didik dan orang-orang yang terkait dalam proses pendidikan itu sendiri.

Selain komponen pendukung, tentu juga ada komponen penghambatnya. Hambatan itu bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas.

Faktor penghambat dalan pembelajaran antara lain: 1. Guru

Guru sebagai seorang pendidik, tentunya mempunyai kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Diantaranya ialah:


(28)

a. Tipe Kepemimpinan Guru

Tipe kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap peserta didik ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas. Siswa hanya duduk rapi mendengarkan dan berusaha memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreativitas dan daya nalarnya. b. Gaya Guru Yang Monoton

Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun tindakan. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa.

c. Kepribadian Guru

Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif, dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu.

d. Pengetahuan Guru

Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis sudah tentu akan menghambat perwujudan


(29)

pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan. e. Terbatasnya Kesempatan Guru Untuk Memahami Tingkah Laku

Peserta Didik Dan Latar Belakangnya

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata dan lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal diatas member petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain.

2. Peserta Didik

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.


(30)

3. Keluarga

Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.

4. Fasilitas

Fasilitas yang ada merupakan faktor penting supaya guru memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktifitas. Kendala tersebut ialah:

a. Jumlah peserta didik didalam kelas yang sangat banyak

b. Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah peserta didik.

c. Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran

Sumber: Payudiai. 2011. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam

Pembelajaran. Diposting November 2011.

http://piyudiai17.blogspot.com/2011/11/bab-6-faktor-pendukung-dan-penghambat.html. Diakses tanggal 19 Februari 2013


(31)

B. Pembelajaran Yang Ideal

Tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi tugas pedagogis dan administratif. Tugas pedagogis ádalah membantu, membimbing dan memimpin siswa dalam realitas pembelajaran. Sedangkan tugas administratif guru berkaitan dengan penyiapan administrasi dalam proses pembelajaran seperti menyusun Silabus, Rencana Pembelajaran, Pengembangan materi atau bahan ajar, alat atau instrumen penilaian, dan lainnya yang berupa dokumen.

Kedua tugas guru tersebut harus dilakukan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Bahkan sering dikatakan bahwa apabila persiapan administrasi guru lengkap dan baik, sepertiga tugas guru sudah berhasil. Efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam melakukan improvisasi pembelajaran. Di sinilah peran penting guru dalam menentukan keberhasilan mengelola proses pembelajaran yang ideal.

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi, berhubungan, dan bergantung satu sama lain. Semakin intensif pengalaman yang dihayati oleh peserta didik, semakin tinggi kualitas proses belajar mengajar. Intensitas pengalaman belajar dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam hubungan belajar mengajar dengan guru dan obyek belajar atau bahan ajar.


(32)

Dalam mengelola pendidikan, telah terjadi pergeseran paradigma dalam proses belajar mengajar, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pengajaran lebih cenderung guru aktif, sedangkan siswa pasif sehingga keterlibatan siswa dalam belajar sangat rendah. siswa hanyalah sebagai obyek, sementara guru aktif dan mendominasi seluruh kegiatan belajar (teacher centered).

Dalam proses pembelajaran ideal harus terjadi (I2) dan (M3). I2 yaitu Interaktif dan Inspiratif. Sedangkan M3 yaitu Menyenangkan, Menantang, dan Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif (student centered). Proses pembelajaran ditekankan agar dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Permendiknas No: 41 Th. 2007 tentang Stándar Proses)

C. Pembelajaran Yang Berhasil

Proses pembelajaran akan berhasil jika proses pembelajaran di kelas di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakarsa. Kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Wina Sanjaya dalam Abdul Rasyid Sidik, dkk (2011) ―proses pembelajaran akan berhasil jika dalam proses belajar


(33)

1. Interaktif

Interaktif bermakna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, mengajar di anggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya.

2. Inspiratif

Proses pembelajara adalah proses yang inspiratif. Yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu sebagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak. Akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya.

3. Menyenangkan

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan.

4. Menantang

Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba berfikir secara intuitif atau bereksplorasi.


(34)

5. Motivasi

Pengertian motivasi di ungkapkan oleh Mc. Donald, yang dikutip Oemar

Hamalik ( 2011: 158) ―Motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”.

(―Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.‖). Membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dari tugas guru dalam detiap proses pembelajaran, guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi di dorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berpedoman pada kurikulum yang berlaku bahwa suatu proses belajar mengajar (pembelajaran) tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksiaonal dapat tercapai.

Suatu proses pembelajaran dianggap berhasil apabila:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Prilaku yang di gariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa dengan baik secara individual maupun kelompok.

3. Tingkat keberhasilan.


(35)

a. Istimewa / Maksimal

Apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat di kuasai oleh siswa.

b. Baik Sekali / Optimal

Apabila sebagian besar (76% sd 99%) bahan pengajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik / Minimal

Apabila bahan pengajaran yang diajarkan hanya 60% sd 75% saja dikuasai oleh siswa.

d. Kurang

Apabila bahan pelajaran yang di ajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

(Abdul Rasyid Sidik, 2011)

2. Pembelajaran Tematik

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, telah terjadi perubahan paradigma dalam pendidikan, dari kurikulum yang sentralistik menjadi kurikulum yang desentralistik, termasuk di pendidikan dasar. Perubahan tersebut terjadi pada pembelajaran di kelas awal, yang semula menggunakan pendekatan mata pelajaran menjadi pendekatan tematik. Pada kerangka dasar kurikulum 2004, disebutkan bahwa 50% dari jumlah jam pelajaran yang ada di kelas I dan II untuk pelajaran membaca dan menulis permulaan serta berhitung


(36)

(calistung) dengan menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran untuk kelas I, II, dan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik.

Teori pendidikan dapat disusun dari berbagai pendekatan dapat bersumber dari filsafat, psikologi, atau dibuatkan dasar hukumnya (yuridis atau idiologi). Demikian juga pembelajaran tematik dibangun atas ketiga landasan di atas.

1. Landasan Filosofis

Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.

a. Aliran Progresivisme

Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang bebas, aktif, dinamis, dan kreatif. Aliran progresivisme mengandung aspek rasionalitas yang ditunjukkan oleh eksistensi manusia. Pemahaman terhadap siswa dapat dilaksanakan dengan benar bila akal budi siswa dapat berfungsi dengan wajar. Pengembangan rasionalitas inilah yang membedakan dirinya dengan makhluk lain. Dengan demikian implikasi aliran progresivisme dalam pembelajaran adalah menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, yaitu: menekankan pada sifat alamiah siswa sebagai manusia yang berbudi dan berakal melalui pengembangan kreativitas dalam suasana pembelajaran yang alamiah dengan memperhatikan kemampuan dan pengalaman siswa.


(37)

b. Aliran Konstruktivisme

Konsep pengetahuan menurut aliran ini adalah sebagai hasil kontruksi (construct = membentuk) manusia. Pembentukan pengetahuan terjadi karena adanya interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Dengan demikian pengetahuan siswa tidak terbentuk begitu saja harus diberikan fasilitas agar terbentuk dapat melalui penggunaan metode yang tepat mamupun media yang mendukung pembentukan pengetahuan itu sendiri. Implikasi dalam pembelajaran adalah setiap guru harus menyadari bahwa setiap siswa sebagai subyek pembelajaran yang telah mendapat pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Dengan demikian setiap guru harus mampu mengembangkan pengetahuan yang telah ada secara maksimal.

c. Aliran Humanisme

Siswa adalah anak manusia yang unik dengan segala kelebihan. Setiap siswa, bagaimanapun mereka pasti memiliki potensi. Potensi yang tampak tidak dapat menggambarkan sepenuhnya kemampuan laten yang dimilikinya. Seorang siswa yang memperoleh hasil Ujian Semester mata pelajaran matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal tidak serta merta dicap sebagai siswa bodoh. Kemungkinan kemampuan numerikalnya agak kurang baik, namun guru yang bijaksana dapat menggali kemampuan lain, seperti: kemampuan musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal, dan natural.


(38)

Aliran humanisme ini berupaya memandang siswa adalah makhluk yang harus dihargai dan dikembangkan karena kelebihannya. Harapan-harapan siswa dalam pembelajaran juga harus dipenuhi. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru melaksanakan tugas sebagai pelayan yang harus mau mengerti siswa. Guru menyediakan fasilitas pembelajaran yang mengembangkan siswa menjadi manusia yang berkehendak dan berpotensi.

2. Landasan Psikologis

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan teori-teori belajar yang berasal dari teori-teori psikologi dan terutama berhubungan dengan situasi belajar, termasuk pembelajaran tematik. Teori belajar ini meskipun bersifat teoretis namun telah teruji kebenarannya melalui eksperimen-eksperimen. Banyak ahli yang menekankan perlunya guru memahami teori belajar, antara lain Lindgren (1976) yang mengatakan:

1. Teori belajar membantu guru memahami pembelajaran yang terjadi dalam diri siswa.

2. Dengan kondisi ini guru dapat memahami berbagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi, memperlancar, dan menghambat pembelajaran.

3. Dengan teori belajar memungkinkan bagi guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang diharapkan.


(39)

Dengan teori belajar dapat membantu guru meningkatkan penampilannya sebagai pengajar yang efektif. Berikut ini teori-teori belajar yang mendasari formula pembelajaran tematik:

a. Teori Perkembangan Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses mekanisme biologis yang dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf. Travers dalam Toeti (1992) ―kekompleksan susunan syaraf berbanding lurus dengan bertambahnya usia yang ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan‖. Dengan demikian, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu yang bersifat hierarkis sesuai dengan umurnya. Piaget membagi manusia menjadi empat tahap perkembangan kognitif, yaitu: jenjang sensorimotorik (0—2 tahun), jenjang preoperasional (2—6 tahun), jenjang operasional konkrit (6—12 tahun), dan jenjang formal (12—18 tahun). Seorang yang telah berumur 18 tahun diharapkan telah mencapai jenjang kognitif formal sehingga mampu berpikir abstrak atau mengadakan penalaran.

Implikasi teori kognitif Piaget ini terhadap pembelajaran tematik adalah penyediaan materi, fasilitas belajar dan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia siswa kelas I—III. Khusus untuk materi yang terkait dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar hendaknya memiliki tingkat kedalaman dan keluasan yang sesuai untuk siswa pada jenjang operasional konkrit.


(40)

Berkaitan dengan fasilitas dan metode pembelajaran tematik sangat tepat dilaksanakan melalui permainan yang mengarah kepada pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan.

b. Teori Penemuan Bruner

Menurut Bruner pembelajaran yang baik adalah belajar melalui penemuan (discovery) yang memungkinkan siswa memperoleh informasi dan keterampilan baru berdasarkan informasi dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Teori Bruner berdasarkan empat prinsip utama, yaitu:

1) Agar terjadi pembelajaran diperlukan adanya motivasi siswa. Peran guru dalam hal ini adalah membangkitkan motivasi belajar siswa.

2) Diperlukan konseptualisasi pengaturan struktur bahan pelajaran agar mudah dipelajari siswa.

3) Diperlukan pengurutan pengalaman belajar mulai dari yang konkrit ke abstrak.

4) Diperlukan adanya pujian dan hukuman.

Implikasi Teori Bruner ini dalam pembelajaran di kelas adalah penggunaan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan dorongan internal yang berasal dari dorongan eksternal, penyiapan bahan atau materi ajar yang sesuai namun tetap memperhatikan ketercapaian standar isi, kegiatan belajar yang sesuai dengan psikologi perkembangan siswa, dan kegiatan yang merangsang


(41)

kompetisi sehat antar siswa dengan memberikan penilaian yang obyektif.

c. Teori Belajar Bermakna Ausabel

Ausabel menyatakan bahwa seharusnya materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya (Toeti, 1992: 27). Asimilasi terjadi bila seseorang menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Dengan demikian, diperlukan dua persyaratan tercapai kebermaknaan dalam belajar, yaitu: materi yang secara potensial bermakna (dipilih dan diatur bersama guru dan siswa sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengalaman siswa) dan situasi belajar yang bermakna.

Implikasi Teori Ausabel dalam pembelajaran tematik adalah penggunaan pendekatan kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sendiri sebagai lingkungan belajar dan pemilihan materi yang akrab dengan kehidupan sehari-hari agar motivasi belajar meningkat. Ringkasnya, teori belajar memberikan sumbangan pemikiran bahwa adanya retensi (ingatan yang tertinggal sebagai hasil belajar) yang lebih besar pada pembelajaran tematik daripada pembelajaran secara terpisah. Hasil-hasil penelitian mengenai retensi sebagai berikut:


(42)

1. Materi yang bermakna akan lebih mudah diingat daripada materi yang tidak ada artinya bagi siswa.

2. Benda yang jelas dan konkrit akan lebih mudah diingat dibanding yang bersifat abstrak.

3. Retensi akan lebih baik untuk materi yang kontekstual.

3. Landasan Yuridis

Pemerintah telah membuat berbagai peraturan dan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di SD/MI. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang

Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa ‖setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya.‖ dan UU No. 20 Tahun 2003 Bab V Pasal 1-b tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa ‖setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya‖.

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Tematik

Pengertian pembelajaran tematik yang di ungkapkan oleh Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2005: 6) menyatakan bahwa ‖pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema‖. Pendapat lainnya mengungkapkan bahwa


(43)

‖pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.‖ (Depdiknas, 2006). Pengertian tema yang diungkapkan oleh Kunandar (2007:311) ―tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep

kepada anak didik secara utuh‖.

Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.


(44)

C. Prosedur Pembelajaran Tematik

Pembelajaran merupakan suatu proses sehingga melibatkan aspek teori dan praktek. Kedua aspek saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan ibarat dua sisi mata uang. Teori memberikan arahan agar praktek pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Sehingga guru dan peserta didik dapat saling berinteraksi dengan baik guna mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

1. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Depdiknas (2006) menyampaikan karakteristik-karakteristik pembelajaran tematik yang merupakan hasil kajian secara filosofis, psikologis, dan instruksional sebagai berikut:

1. Berpusat Pada Siswa

Dalam pembelajaran tematik siswa yang aktif berbuat, guru hanya sebagai fasilitator yang memperlancar proses pembelajaran agar mengarah kepada tujuan pembelajaran. Semua kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang mendaya fungsikan siswa sebagai subyek belajar. Kelas adalah ajang pembelajaran bagi siswa untuk mengembangkan segala kemampuan dirinya.

2. Memberikan Pengalaman Langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Siswa tidak sekedar memahami sesuatu tanpa melihat apa dan bagaimana sesuatu ada dan bekerja. Ini sangat sesuai dengan jenjang umur siswa yang


(45)

berada dalam masa operasional konkrit. Bahkan dalam kegiatan penemuan, siswa melakukan dan menemukan sesuatu dengan sendirinya. Pengalaman langsung ini memberikan pengalaman yang menghasilkan belajar bermakna. Diharapkan dalam memberikan pengalaman langsung ini guru menggunakan media belajar yang menarik.

3. Pemisahan Mata Pelajaran Tidak Begitu Jelas

Dalam pembelajaran tematik kita tidak mengenal kata ―Sekarang kita belajar matematika, belajar IPA, dan seterusnya‖. Kegiatan berlangsung seperti air mengalir, tanpa terasa siswa masuk pada konsep bilangan asli kurang dari 20 dengan menyanyikan lagu

‖Balonku‖ atau menghitung anggota tubuh kita sambil menyenandungkan kalimah Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, dan seterusnya. Dengan demikian pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan Konsep Dari Berbagai Mata Pelajaran

Berbagai konsep dari berbagai mata pelajaran disajikan dalam satu atau beberapa kali pembelajaran. Dengan demikian, terjadi penyederhanaan konsep namun tetap utuh sesuai dengan usia siswa.


(46)

5. Bersifat Fleksibel

Guru diberi keleluasaan (fleksibelitas) untuk berkreativitas mengaitkan materi suatu mata pelajaran dengan materi mata pelajaran lain. Untuk membangkitkan motivasi, guru dapat mengaitkan dengan segala sesuatu yang akrab dengan siswa (kehidupan dan lingkungan sekitar mereka).

6. Hasil Pembelajaran Sesuai Dengan Minat Dan Kebutuhan Siswa Pembelajaran tematik berusaha mengakomodasi minat, kebutuhan, dan potensi siswa agar berkembang maksimal. Pembelajaran dirancang sesuai dengan usia dan memberikan kesempatan kepada semua kecerdasan terpendam dapat terasah. 7. Menggunakan Prinsip Belajar Sambil Bermain Dan

Menyenangkan

Bermain adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh permainan yang mereka lakukan di usia dini. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:

a. Mempengaruhi perkembangan fisik anak. b. Dapat digunakan sebagai terapi.

c. Dapat mempengaruhi pengetahuan anak. d. Mempengaruhi perkembangan kreativitas anak. e. Mengembangkan tingkah laku sosial anak. f. Dapat mempengaruhi nilai moral anak.


(47)

Banyak kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai bermain. Secara garis besar terdapat dua jenis permainan, yaitu: permainan aktif dan permainan pasif. Permainan aktif contohnya adalah bermain bebas dan spontan, drama, bermain musik, mengumpulkan dan mengoleksi sesuatu, dan permainan olahraga. Sedangkan contoh permainan pasif adalah membaca, mendengar radio, dan menonton televisi.

Mengingat pentingnya bermain bagi siswa usia kelas I—III SD/MI maka guru jangan mengabaikan perlunya permainan sebagai sarana penghantar kepada pencapaian tujuan dengan cara yang menyenangkan. Selain itu terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan bagi guru yang melaksanakan pembelajaran tematik, yaitu:

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.

2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.

3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.

4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;


(48)

5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat (Depdiknas, 2006)

D. Model Pembelajaran Tematik

Dalam pembelajaran tematik ada beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan, yaitu:

1. Model Terkait (Connected Model)

Pembelajaran yang di lakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan berikutnya. Mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan dngan ketrampilan lain (Trianto 2007) a) Keunggulan

1. Siswa siswi memiliki gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep.

2. Siswa dapat mengembangkan konsep secara terus menerus. 3. Konsep- konsep kunci di kembangkan dengan waktu yang

cukup sehingga lebih mudah di cerna oleh siswa.

4. Kaitan- kaitan dengan sejumlah gagasan di dalam satu bidang study memungkinkan siswa untuk dapat mengkonseptualisasi kembali.


(49)

5. Model pembelajaran ini tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlangsung.

b) Kelemahan

1. Masih kelihatan terpisahnya interbidang study.

2. Tidak mendorong guru untuk bekerja tim, sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep- konsep serta ide- ide antar bidang study

3. Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang study, usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang study menjadi terabaikan.

2. Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Webbed Model)

Yaitu model pembelajaran yang pengembangannya di mulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang study (sukayati, 2004: 6)

a. Keunggulan

1. Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotifasi anak untuk belajar.

2. Lebih mudah di lakukan guru yang belum berpengalaman. 3. Memudahkan perencanaan.

4. Pendekatan tematik dapat memotifasi siswa.

5. Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan- kegiatan dan ide- ide yang berbeda yang terkait


(50)

b. Kelemahan

1. Sulit dalam menyeleksi tema.

2. Cenderung untuk merumuskan tema yang di angkat.

3. Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep

3. Model Intregasi (Intregated Model)

Yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang study dengan cara menemukan ketrampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi.

a) Keunggulan

1. Siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan di antara macam- macam bagian dari mata pelajaran.

2. Keterpaduan secara sukses di implementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu(intregated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal.

3. Model ini juga mendorong motivasi murid b) Kelemahan

1. Model ini sulit di lakukan secara penuh membutuhkan ketrampilan tinggi percaya diri dalam prioritas konsep, ketrampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran.

2. Membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama


(51)

E. Tujuan Pembelajaran Tematik

Sebelum kita mengetahui tujuan pembelajaran tematik, maka kita pelajari dulu tentang tujuan pemberian tema yang diantaranya adalah:

1. Menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh. 2. Memperkaya perbendaharaan kata anak.

3. Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak.

4. Mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. 5. Memudahkan anak untuk memusatkan perhatian pada satu tema. 6. Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

bidang pengembangan.

7. Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan. 8. Belajar terasa bermanfaat dan bermakna.

9. Anak lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.

10. Dapat menghemat waktu karena bidang pengembangan disajikan terpadu.

Setelah kita mengetahui tujuan pemberian tema, maka kita dapat mengetahui atau memahami tentang tujuan pembelajaran tematik. Tujuan pembelajaran tematik ialah:

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.


(52)

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

F. Daya Dukung Dalam Pembelajaran Tematik

Dalam melaksanakan pembelajaran tematik diperlukan beberapa daya dukung dalam proses pelaksanaannya. Daya dukung dalam pembelajaran tematik yaitu:

1. Guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan atau pengalaman belajar yang bermanfaat bagi peserta didik, memilik Kompetensi Dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran, kemudian mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih menarik, bermakna, dan menyenangkan.

2. Peserta Didik

a. Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dimungkinkan dalam pelaksanaannya peserta didik untuk bekerja baik secara individual, kelompok, atau klasikal.

b. Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.


(53)

3. Sarana Dan Prasarana, Sumber, Dan Media Pembelajaran

a. Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai.

b. Perlu pemanfaatan sumber belajar baik yang sifatnya didesain khusus untuk keperluan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar.

c. Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

d. Dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan menggunakan buku sulemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. 4. Pengaturan Ruang

Dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu pengaturan ruang agar suasana belajar lebih menyenangkan. Misalnya:

a. Penataan ruangan yang dapat disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan atau sesuai keperluan pembelajaran.

b. Peserta didik tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat duduk di tikar atau karpet.

c. Kegiatan pembelajaran hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diluar kelas.

d. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.


(54)

G. Langkah-Langkah Menyiapkan Pembelajaran Tematik

Langkah-langkah dalam menyiapkan pembelajaran tematik Sekolah Dasar menurut Sukayati dan Sri Wulandari ( 2009: 20) dapat di lakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Pemetaan KD dapat diartikan sebagai mempelajari dan memahami SK, KD, dan indikator yang telah disusun dari beberapa mata pelajaran untuk kelas dan semester yang sama dari kelas I, II, dan III Sekolah Dasar yang dapat dihubungkan dengan naungan satu tema.

2. Menentukan Tema

Tentukan suatu tema yang dapat mempersatukan Kompetensi Dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran. Jadi tema ditentukan setelah guru mempelajari Kompetensi Dasar dan indikator dari Standar Isi.

3. Menyusun Jaring Tema

Menyusun jaring tema berarti memadukan beberapa Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang sesuai dengan tema yang dipilih. Dengan adanya jaring tema ini akan terlihat kaitan antara tema yang dipilih dengan Kompetensi Dasar dari beberapa mata pelajaran yang disatukan.

4. Menyusun Silabus

Menyusun silabus berdasarkan jaring tema yang telah direncanakan dan dari silabus tersebut dapat disusun pula rencana pelaksanaan


(55)

pembelajaran (RPP). Komponen silabus meliputi: identitas mata pelajaran atau tema, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

5. Menyusun RPP

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun RPP. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini merupakan rincian dari silabus yang telah disusun sebelumnya.

3. Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar

Dalam kurikulum Standar Nasional PKn untuk Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa visi PKn adalah mewujudkan proses pendidikan yang terarah pada pengembangan kemampuan individu sehingga menjadi warga negara yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada gilirannya mampu mendukung berkembangnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Sedangkan misi yang diemban mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan kenyataan dan kecenderungan masyarakat yang semakin transparan, tuntutan, tuntutan kendali mutu yang semakin mendesak dan proses demokratisasi yang semakin intens dan meluas sebagai konteks dan orientasi pendidikan demokrasi.

2. Memanfaatkan substansi berbagai disiplin ilmu yang relevan sebagai wahana pedagogis untuk menghasilkan dampa instruksional dan


(56)

pengiringnya wawasan, disposisi, dan keterampilan kewarganegaraan sehingga dihasilkan desain kurikulum yang bersifat interdisipliner. 3. Memanfaatkan berbagai konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran

yang memungkinkan para peserta didik mampu belajar demokrasi dalam situasi yang demokratis.

Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Fungsi PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.

Tujuan PKn di SD adalah:

a) Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah.

b) Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta watak ke-Indonesiaan.

c) Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik. d) Menggugahkesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga

masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai laindari luar yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam


(57)

menghadapi arus globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.

e) Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.

f) Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.

Serta untuk mengembangkan kemampuan:

a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi.

c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari Visi, Misi, hakikat, fungsi, dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar tersebut dalam pelaksanaannya membutuhkan peran aktif tenaga pendidik yang mampu


(58)

membelajarkan nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan Kewarganegaraan terutama di kelas I—III. Hal ini disebabkan karena pada usia kanak—kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Dalam mengembangkan potensi peserta didik kelas I—III guru menggunakan pembelajaran tematik yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema sehingga peserta didik lebih memaknai pembelajaran dan mampu menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tinjauan Tentang Guru

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 ‖guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur dasar penddikan formal dan pendidikan menengah‖. Pendapat yang di nyatakan oleh Sudirman A.M. (1994: 123) ‖guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di

bidang pembangunan‖. Sedangkan pendapat yang di kemukakan oleh Saiful Bahri Djamara yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry

Sutikno (2007: 43) ‖guru adalah tenaga pendidik yang memberikan


(59)

Oemar Hamalik (2007: 117) juga mengungkapkan bahwa ‖guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan‖. Pendapat lain lagi dikemukakan oleh H.A.R Tilaar (1998: 292) bahwa ‖guru adalah seorang

yang profesional di dalam masyarakat terbuka‖. Suparlan (2006: 10) ―guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara

optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah‖. Selain memberikan ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang baik.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Guru adalah pendidik profesional yang bertugas mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. selain itu peranan guru didalam pendidikan itu sangantlah penting, guru bertugas sebagai pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan kepada setiap anak didiknya, guru mengemban tugas untuk meningkatakan potensi setap peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan berkompeten. Selain itu juga guru dituntut untuk selalu memperhatika sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya dilingkungan sekolah tetapi juga diluar sekolah.

Disinilah peranan guru sangat penting. Seorang guru haruslah mampu menjadi tauladan peserta didik karena anak didik bersifat meniru.diatara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi


(60)

anak didik dan ini hanya mungkin bias dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia juga. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.

Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai ―pengajar‖ yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai ―pendidik‖ yang transfer of values, dan

sekaligus sebagai ―pembimbing‖ yang memberikan pengarahan dan

menuntun siswa dalam belajar.berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat di dudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

A.Peran dan Fungsi Guru

Menurut Suparlan ( 2006: 34) peran dan fungsi guru yaitu: 1. Guru Sebagai Pendidik (Educator)

Guru adalah pendidik merupakan peran yang pertama dan utama, khususnya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik yang memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku membentuk kepribadian peserta didik.


(61)

2. Guru Sebagai Manager

Pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan dan rambu-rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.

3. Guru Sebagai Administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai, dll. Selain itu sebaiknya guru juga memiliki rencana mengajar, program semester, program tahunan, dan yang paling penting adalah menyampaikan rapor atau laporan pendidikan kepada orang tua siswa dan masyarakat. 4. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi

5. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya


(62)

menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.

6. Guru Sebagai Pemimpin (Leader)

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan.Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya.

7. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

8. Guru Sebagai Model Dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

9. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita.


(1)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti dapat menyimpulkan:

1. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor pengetahuan adalah mereka belum memahami konsep pembelajaran tematik beserta sub indikatornya. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan dan kurangnya pengetahuan Guru sehingga kurang berperan aktif dalam mencari informasi tentang konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.

2. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor minat dan kemauan adalah kurangnya minat dan kemauan guru dalam mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik. Hal ini disebabkan karena mereka cenderung tidak perduli terhadap perkembangan kurikulun di Sekolah Dasar yang diharuskan menggunakan pembelajaran tematik di kelas I—III, selain itu mereka tetap menggunakan pembelajaran yang sekarang dilaksanakan yaitu dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran.


(2)

2

3. Kesulitan guru dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 3 Haji Pemanggilan dalam indikator faktor daya dukung adalah daya dukung dalam pembelajaran tematik seperti guru, peserta didik, sarana, sumber belajar, dan media pembelajaran belum memadai dalam beberapa tema pembelajaran. Hal ini disebabkan karena daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran tematik seperti guru, peserta didik, sarana, sumber belajar, dan media pembelajaran belum lengkap dan responden terkadang kurang memanfaatkan sarana dan media pembelajaran yang sudah ada.

Berdasarkan pendapat responden, mereka mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti pengetahuan mengenai konsep pembelajaran tematik, minat dan kemauan yang rendah dalam memahami konsep pembelajaran tematik, daya dukung yang kurang memadai, serta sosialisasi yang kurang maksimal dari dinas provinsi khususnya dinas pendidikan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada Dinas Provinsi atau Kabupaten agar memaksimalkan solialisasi mengenai konsep pembelajaran tematik terutama di daerah pedesaan atau terpencil dengan cara mendatangi dan memberikan sosialisasi kepada guru sehingga guru yang belum memahami konsep pembelajaran tematik dapat benar-benar mengetahui dan memahami konsep pembelajaran tematik sesuai Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.


(3)

3

2. Kepada Kepala Sekolah agar lebih memotivasi guru yang mengajar dikelas I—III untuk lebih mengetahui dan memahami tentang konsep pembelajaran tematik, selain itu mencari informasi pelatihan tentang pembelajaran tematik atau bahkan bisa mengadakan sendiri dengan menghadirkan pihak yang berkompeten dalam pembelajaran tematik. Kemudian melengkapi sarana pembelajaran seperti media pembelajaran atau alat peraga.

3. Kepada Guru agar menerapkan pembelajaran tematik di kelas I—III meskipun belum mengetahui dengan jelas tentang pembelajaran tematik dan menumbuhkan rasa ingin tahu agar lebih memahami konsep pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Satuan Pendidikan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Asshofie, Agil. 2011. Undang—Undang No 32 Tentang Otonomi Daerah. http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/11/otonomi-daerah-menurut-uu-no-32-tahun.html Diakses tanggal 19 Februari 2013.

Budimansyah, Dasim. 2010. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PT Ganesindo. Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Sekolah Dasar. Depdiknas. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Sekolah Dasar. Depdikbud. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Depdiknas. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar

melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT Refika

Aditama. Bandung.

Fatonah, Siti. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Remaja Dalam Proses Pembelajaran Siswa Smp Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hadi, Sutrisno. 1992. Statistika. Andi Offset. Yogyakarta.


(5)

Hasyim, Ali Usman. 2010. Undang—Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. http://aliusmanhs.wordpress.com/2010/07/17/undang-undang-no-14-tahun-2005-tentang-guru-dan-dosen/ Diakses tanggal 28 Februari 2013

Komnas Perempuan. 2009. Undang—Undang Perlindungan Anak. http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2013. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lindgren, H.C. Educational Psychology in the Classroom, 5th ed, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1976.

Mallo, Manase. 1985. Metode Penelitian Ilmiah. Rajawali Kurnia. Jakarta. Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Piyudiai. 2011. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembelajaran.

http://piyudiai17.blogspot.com/2011/11/bab-6-faktor-pendukung-dan-penghambat.html. Diakses tanggal 19 Februari 2013.

Sholehudin, Deden. 2010. Undang—Undang No 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. http://dedensoleh.wordpress.com/2010/10/16/kualifikasi-akademik-dan-kompetensi-guru/. Diakses tanggal 28 Februari 2013.

Sidik, Abdul Rasyid, dkk. 2011. Karakteristik Pembelajaran Yang Berhasil.

http://dik8874.blogspot.com/2011/11/makalah-karakteristik-pembelajaran-yang.html. Diakses 19 Februari 2013.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1992. Teori Belajar, Teori Instruksional, Dan Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Proses belajar. Dirjen Dikti. Jakarta.

Sudirman, A. M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Permai. Jakarta.


(6)

Sudrajat, Ahmad. 2009. Permendiknas No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf. Diakses tanggal 28 Februari 2013. Sudrajat, Ahmad. 2010. Undang—Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ Diakses 19 Februari 2013.

Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. UPT MKK UNNES. Semarang.

Sukayati dan Sri Wulandari. 2009. Pembelajaran Tematik di SD. PPPPTK Matematika. Seleman.

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat Publishing. Yogyakarta. Supranto, Johanes. 2000. Statistik Teori Dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Bayumedia Publishing. Malang.

Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Tera Indonesia. Magelang.

Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Grasindo. Jakarta.