35 Tabel 2.13 Slump yang disyaratkan untuk berbagai konstruksi
Jenis konstruksi Slump mm
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi 76,2
25,4 Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding
sub struktur 76,2
25,4 Balok dan dinding beton
101,6 25,4
Kolom struktural 101,6
25,4 Perkerasan dan slab
76,2 25,4
Beton massal 50,8
25,4 Dapat ditambahkan sebesar 25,4 mm untuk pekerjaan beton yang tidak
menggunakan vibrator, tetapi menggunakan metode konsolidasi
Sumber : ACI 211.1-91
2.10 Kuat Tekan
Kuat tekan beton didefinisikan sebagai kemampuan penampang beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton ini biasanya digunakan
sebagai kriteria untuk menentukan mutu beton, walaupun sebenarnya beton mampu menahan gaya tarik, hanya saja kemampuan ini relatif kecil sehingga
sering diabaikan Mulyono, 2004. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum f’c dengan satuan Nmm
2
atau MPa. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai + 10-65 MPa. Umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada
saat nilai satuan regangan ε’ mencapai + 0,002. Selanjutnya nilai tegangan f’c
akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai
ε’ mencapai 0,003-0,005. Beton kuat tekan tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan
beton kuat tekan rendah. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 menerangkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton tekan
luar adalah 0,003 sebagai batas hancur. Dipohusodo, 1994.
36 Gambar 2.10 Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton
Sumber : Asroni, 2010
Gambar 2.11 Berbagai kuat tekan benda uji beton
Sumber : Dipohusodo, 1994
Gambar 2.12 Diagram kuat beton versus umur beton
Sumber : Dipohusodo, 1994
37 Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan P bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton
diameter 150 mm, tinggi 300 mm sampai hancur. Tata cara pengujian yang umumnya dipakai adalah standar ASTM American Society for Testing Materials
C39-86 Dipohusodo, 1994. Kuat tekan beton dinyatakan dengan persamaan :
2.2 dimana :
f’c = kuat tekan beton MPa
P = beban hancur N
A = luas penampang beton tertekan mm
2
Kuat tekan rata-rata beton : 2.3
dimana : f’c rata-rata = kuat tekan rata-rata MPa
N = jumlah benda uji
Beban P tersebut juga mengakibatkan bentuk fisik silinder beton berubah menjadi lebih pendek, sehingga timbul regangan tekan pada beton
ɛ
c ’
sebesar perpendekan beton ΔL dibagi dengan tinggi awal silinder beton L
, ditulis dengan rumus Asroni, 2010:
ɛ
2.4 dengan:
ɛ
c ’
= regangan tekan beton ΔL
= perpendekan beton mm L
= tinggi awal silinder beton mm
38
2.11 Kuat Tarik Belah