Kelecakan Workability TINJAUAN PUSTAKA

33 lagi dengan cara sebagai berikut: untuk setiap perbedaan air pencampur 5 kg dengan slump sebesar 75 mm sampai dengan 100 mm Tabel 2.9, koreksi berat tiap m 3 sebanyak 8 kg dalam arah yang berlawanan; untuk setiap perbedaan 20 kg kadar semen dari 330 kg, koreksi berat per m 3 sebesar 3 kg dalam arah yang sama; untuk setiap perbedaan berat jenis agregat 0,1 terhadap nilai 2,7 koreksi berat beton sebesar 60 kg dalam arah yang sama; untuk beton dengan tambahan udara, kadar udara untuk paparan berat gunakan Tabel 2.9. Berat dapat ditambah 1 persen untuk setiap 1 persen berkurangnya kadar udara dari jumlah tersebut. Sumber : Tavio dan Lasino 2015 Bila diinginkan perhitungan berat beton yang eksak secara teoritis per m 3 , formula berikut dapat digunakan. U = 10Ga 100 - A + c 1 - GaGc - w Ga - 1 2.1 Keterangan : U adalah berat beton segar dalam kg per m 3 Ga adalah berat jenis rata-rata terbobot dari gabungan agregat halus dan kasar, kering permukaan jenuh SSD adalah saturated surface dry Gc adalah berat jenis semen umumnya 3,15 A adalah kadar udara, persen w adalah persyaratan air pencampur, kgm 3 c adalah persyaratan semen, kgm 3

2.9 Kelecakan Workability

Komposisi dan sifat bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton secara bersama-sama akan memengaruhi tingkat kemudahan pengerjaan kelecakan beton segar. Menurut Widodo 2009, unsur-unsur yang berpengaruh terhadap tingkat kelecakan beton, antara lain adalah: 1. Jumlah air yang digunakan dalam campuran adukan beton, sampai batas faktor air semen tertentu. Semakin banyak air yang digunakan, semakin mudah beton segar untuk dikerjakan. 2. Jumlah semen yang digunakan. Penambahan semen sampai batas tertentu juga dapat meningkatkan tingkat kelecakan beton. Untuk mempertahankan nilai faktor air semen, penambahan semen ke dalam campuran harus diikuti dengan penambahan air. 34 3. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Jika gradasi agregat yang digunakan berada dalam daerah gradasi yang disarankan dalam peraturan, maka campuran adukan beton akan mudah dikerjakan. 4. Bentuk butiran agregat yang digunakan. Jika batuan yang digunakan berbentuk bulat, maka campuran akan semakin mudah dikerjakan. 5. Ukuran maksimum agregat. Semakin besar ukuran agregat, semakin sedikit jumlah air yang diperlukan untuk memperoleh tingkat kelecakan yang baik. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran agregat, semakin besar luas permukaan yang harus dibasahi. Terdapat tiga macam kemungkinan bentuk penurunan slump yang ditemui saat pelaksanaan uji slump, yaitu : 1. Slump ideal, terjadi apabila kerucut beton mengalami penurunan yang seimbang di setiap sisinya. 2. Slump geser, terjadi apabila sebagian kerucut beton meluncur ke bawah di sepanjang bidang miring. Apabila bentuk ini ditemui, maka pengujian slump harus diulang, dan jika bentuk penurunan ini tetap terjadi, maka kohesifitas campuran beton kurang baik. 3. Slump runtuh, dapat terjadi pada campuran beton normal yang kurang kohesif. Ketiga jenis bentuk penurunan slump beton segar dapat dilihat pada Gambar 2.9. a b c Gambar 2.9 Bentuk-bentuk slump a ideal, b geser, c runtuh Sumber : Widodo, 2009 35 Tabel 2.13 Slump yang disyaratkan untuk berbagai konstruksi Jenis konstruksi Slump mm Maksimum Minimum Dinding penahan dan pondasi 76,2 25,4 Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub struktur 76,2 25,4 Balok dan dinding beton 101,6 25,4 Kolom struktural 101,6 25,4 Perkerasan dan slab 76,2 25,4 Beton massal 50,8 25,4 Dapat ditambahkan sebesar 25,4 mm untuk pekerjaan beton yang tidak menggunakan vibrator, tetapi menggunakan metode konsolidasi Sumber : ACI 211.1-91

2.10 Kuat Tekan