Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di
Kota Medan”.
I.2. Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat
dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas darimana harus mulai,
kemana harus pergi dan dengan apa Arikunto, 1996:19. Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah
diuraikan, maka perumuskan masalah dalam penelitian ini adalah; “Bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota
Medan dalam Meminimalisir Permukiman Kumuh di Kota Medan”.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana strategi pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh dinas perumahan dan permukiman kota
medan dalam meminimalisir permukiman kumuh di kota Medan 2.
Untuk mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengimplementasikan strategi pembangunan perumahan dan
permukiman di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Subyektif, sebagai suatu sarana dalam melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi dalam menyusun karya ilmiah
2. Secara Akademis, sebagai suatu kontribusi baik secara langsung atau tidak
langsung bagi perpustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis yang tertarik dalam masalah penelitian ini.
3. Secara Praktis, sebagai bahan masukan pemikiran bagi semua kalangan
terkhusus pada Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan dalam memahami lebih lanjut pembangunan perumahan dan pemukiman.
I.5. Kerangka Teori
Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan
bahan referensi dalam penelitian.
I.5.1. Strategi
Penggunaan istilah strategi pada awalnya lebih memperoleh tempat dikalangan militer pada akhir abab ke-18, ketika peperangan masih relatif
sederhana dan terbatas. Kala itu istilah strategi lebih poluler dikalangan perwira dalam menghadapi musuhnya salusu, 1996:86. Namun pada dekade berikutnya,
faktor militer telah bercampur dengan faktor politik, teknologi, ekonomi dan psikologi. Seperti pengertian strategi adalah ilmu siasat perang; muslihat untuk
mencapai sesuatu kamus modern bahasa Indonesia. Dan hal inilah yang semakin
Universitas Sumatera Utara
berkembang dan telah digunakan diberbagai sektor dalam meningkatkan lingkungan organisasi yang bersangkutan.
Hakekat pengertian strategi adalah penyesuaian institusi, organisasi atau badan pemerintahan terhadap perubahan lingkungan eksternalnya. Institusi atau
organisasi yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternalnya akan mengalami kemunduran atau kegagalan
Tangkilisan, 2003:53. Menurut Summer, strategi merupakan suatu jaringan kebijaksanaan yang
luas, komprehensif, dan holistic yang menggambarkan tentang produk barang dan jasa yang akan ditawarkan ketengah masyarakat; kebijaksanaan itu secara logis
berkaitan dengan jaringan sumber daya dalam organisasi yang diperlukan untuk menghasilkan produk barang dan jasa Salusu, 1996:91
Strategi merupakan terminology yang digunakan luas oleh organisasi laba profit oriented yang kemudian dalam perkembangannya digunakan pula oleh
organisasi nirlaba atau organisasi publik lainnya, baik di sektor birokrasi pemerintah maupun oleh kalangan organisasi voluntir NGO = Non Govermental
Organization atau lebih dikenal sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat. Tangkilisan, 2003:54
Strategi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Strategi biasanya
dikembangkan guna menghadapi isu strategi dengan cara membuat garis besar tanggapan organisasi terhadap pilihan kebijakan fundamental dan strategi pada
umumnya akan mengalami kegagalan apabila tidak mempersiapkan langkah spesifik untuk menginplementasikan strategi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam strategi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang nantinya pertimbangan tersebut akan dijadikan landasan dalam pembuatan strategi dalam
organisasi. Oleh sebab itu menurut Hofer dan scheldel 1978 mangajukan empat komponen strategi yang perlu dipertimbangkan yaitu: Tangkilisin,2003:54
1. Ruang lingkup Scope, yaitu ruang gerak interaksi antara organisasi atau
institusi dengan lingkungan eksternalnya, baik masa kini maupun masa yang akan datang
2. Pengarahan sumber daya Resource deployments, yaitu pola pengarahan
sumber daya dan kemampuan untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi atau instansi.
3. Keunggulan kompetitif Competitive advantage, yaitu posisi unik yang
dikembangkan institusi atau organisasi 4.
Sinergi, yaitu efek bersama dari pengerahan sumber daya atau keputusan seluruh komponen yang ada mampu begerak secara terpadu dan efektif.
Menurut Hatten 1988 ada beberapa petunjuk dalam strategi agar strategi tersebut dapat dilaksanakan dan dapat berjalan sukses sesuai dengan mandat, visi,
dan misi dari organisasi tersebut adalah Salusu, 1996:108: 1.
Strategi haruslah konsinten dengan lingkungannya. Jangan membuat strategi yang melawan arus. Ikutilah arus perkembangan dalam
masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
Universitas Sumatera Utara
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Hal ini harus
tergantung pada ruang lingkup kegiatannya dan hendaknya diserasikan satu sama lainya.
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antara barbagai unit kerja dalam suatu organisasi
sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkan terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru
merugikan posisi organisasi. 4.
Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.
Setiap strategi yang dibuat harus mengetahui lingkungan dalam organisasi baik itu kekuatan dan kelemahan yang sangat mempengaruhi kinerja dari
organisasi tersebut. 5.
Sumber daya adalah sesuatu yang kristis. Artinya strategi harus mampu melihat sesuatu yang memang layak dikerjakan dalam organisasi.
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
Setiap sesuatu pasti memiliki resiko, namun resiko tersebut dapat diminimalisir dengan mengetahui lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal dalam organisasi dan haruslah hati-hati dalam menetapkan strategi.
7. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah
dicapai. Hal ini dimaksudkan agar suatu keberhasilan tersebut menjadi
Universitas Sumatera Utara
landasan organisasi untuk menjadikan strategi berikutnya menjadi suatu keberhasilan yang lebih.
8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak yang dimaksud adalah seluruh yang ada dalam organisasi tersebut dan juga stakehonder
yang ada dalam organisasi tersebut.
Proses perencanaan strategi sudah barang tentu memerlukan kerangka kerja gabungan dari berbagai tingkat manajer atau pimpinan dengan harapan
bahwa masing-masing dari mereka dapat mengemukakan apa yang menjadi permasalahannya, sehingga dapat ditemukan strategi pemecahan yang tepat dan
memiliki implikasi luas dan berjangka panjang. Salah satu model kerangka kerja frame work yang dapat digunakan melalui adaptasi perencanaan strategic adalah
model Bryson 1988.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1.
Perencanaan Strategik Untuk Sektor Publik Model Bryson 1988
Lingkungan internal dan eksternal merupakan dua hal yang sangat berkaitan satu sam lain. Hal inilah yang sangat dijadikan sebagai dasar dalam
mengidentifikasikan isu-isu strategi dalam suatu organisasi. Dalam lingkungan internal terdapat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam ruang lingkup
organisasi, dimana organisasi tersebut menemukan apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam organisasi tersebut sehingga organisasinya dapat mengenal
diri sendiri sebelum melakukan tindakan. Lingkungan internal ini terdiri dari sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut baik itu sumber daya manusia
maupun sumber daya fisik berupa sarana dan prasarananya. Sedangkan untuk lingkungan eksternal merupakan factor-faktor yang terdiri dari luar organisasi
Mandat Organisasi
Visi Misi
Analisis Matrik
SWOT
Temuan isu atau Faktor
Strategis
Strategi Peningkatan Kinerja Organisasi
Publik
Lingkungan Eksternal:
1. Aspek Pelanggan
2. Aspek Kolaborator
3. Aspek Kompetitor
Lingkungan Internal:
1. Aspek Sumber Daya Manusia
2. Aspek Sumber Daya Keuangan
3. Aspek Kultur Organisasi
Kekuatan
Kelemaha
n
Ancaman
Peluang
Universitas Sumatera Utara
yaitu peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal ini terdiri dari beberapa factor yaitu perkembangan social yang ada pada lingkungan di luar organisasi, factor
ekonomi maupun factor politik. Dengan kedua lingkungan inilah perencanaan strategi yang di lakukan dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan kemasa
depan organisasi tersebut. Menurut Bryson 1988 dalam perencanaan strategik ada beberapa
pendekatan dasar yang dapat dipergunakan untuk mengenali isu strategis dalam Tangkilisan, 2003: 51
1. Pendekatan Langsung direct approach, yaitu pendekatan yang akan
bekerja sangat baik bagi senagian besar lembaga pemerintah dan lembaga public. Pendekatan langsung meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap
mandat, misi dan SWOT Kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman hingga identifikasi isu-isu strategis.
2. Pendekatan Tidak Lansung indirect approach, yaitu pendekatan yang
secara khusus digunakan ketika isu utama harus diarahkan kembali. 3.
Pendekatan Sasaran goals approach, yaitu pendekatan yang lebih sejalan dengan teori perencanaan konvensional, yang menetapkan bahwainstitusi
atau organisasi harus menciptakan sasaran dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian mengembangkan strategi untuk mencapainya.
4. Pendekatan Visi Keberhasilan vision of success, yaitu pendekatan yang
mengembangkan suatu gambar yang terbaik atau ideal mengenai institusi atau organisasi diwaktu yang akan datang sebagai organisasi yang sangat
berhasil mememnuhi misinya.
Universitas Sumatera Utara
I.5.2. Perumahan dan Permukiman
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mempunyai peran strategis dalam pembentukan dan kepribadian
bangsa. Ada beberapa unsur pokok yang terkait erat dengan perumahan dan permukiman, antara lain Alvi Syahrin, 2003: 120: Pertama, Adanya tempat
hunian yang bersifat perlindungan dan sosialisasi manusia sebagai individu dalam lingkungan terkecil. Kedua, Tempat hunian yang berfungsi lebih luas yang
memperhatikan adanya kaitan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Ketiga, Adanya jaringan pelayanan yang memungkinkan manusia
sebagai individu atau masyarakat menjalankan kehidupan dan penghidupannya. Keempat, Adanya unsur perbatasan yang terkait dengan tingkah laku manusia
sebagai individu dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan penghidupannya.
I.5.2.1. Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukman UUPP, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
I.5.2.2. Pengertian Permukiman
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman UUPP, permukiman mengandung pengertian sebagai bagian
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Permukiman yang dimaksud dalam Undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja
terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna UUPP Pasal 3
Kata permukiman merupakan sebuah istilah yang tidak hanya berasal dari satu kata, namun jika ditinjau dari struktur katanya, kata permukiman terdiridari
dua kata yang mempunyai arti yang berbeda, yaitu: pertama, isi yaitu mempunyai implementasi yang menunjukkan kepada manusia sebagai penghuni maupun
masyarakat dilingkungan sekitarnya dan yang kedua, wadah yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.
I.5.3. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman I.5.3.1. Pembangunan
I.5.3.1.1. Pengertian Pembangunan
Myndal memberikan arti bahwa dalam Agus Suryono, 2001: 56: Pembangunan harusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara
proses partumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif circular cumulative
causation
Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warga Negaranya Arif Budiman, 1995:1
Universitas Sumatera Utara
I.5.3.1.2. Alat Ukur Pembangunan
Menurut Arif Budiman dalam bukunya Teori Pembangunan Dunia Ketiga, diuraikan indicator-indikator pembangunan. Indicator tersebut adalah Arif
Budiman, 1995: 2 a.
Kekayaan Rata-Rata. Kemajuan ekonomi masyarakat biasanya ditandai degan pemerataan pendapatan. Berdasarkan hal tersebut
kemajuan ekonomi menjadi hal yang signifikan dalam pembangunan.
b. Pemerataan. Bangsa atau Negara yang berhasil melakukan
pembangunan adalah mereka yang disamping tingginya produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara
relatif merata. c.
Kualitas Kehidupan. Kualitas yang dimaksud adalah rata-rata harapan hidup, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata
presentasi buta huruf. d.
Kerusakan Lingkungan. Pembangunan tidak akan jauh pengaruhnya terhadap lingkungan sebagai objek yang sangat dekat
dengan pembangunan. e.
Keadilan Sosial dan Kesinambungan. Adanya pembangunan yang berkelanjutan adalah bukti bahwa pembangunan tersebut akan
berhasil.
I.5.3.2. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Dalam Keputusan Presiden kepres No. 63 Tahun 2000 Tentang Badan Kebijakan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Nasional
Universitas Sumatera Utara
tertulis bahwa pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yang pelaksanaannya perlu memperhatikan aspek-
aspek prasarana dan sarana lingkungan, rencana tata ruang, pertanahan, industri bahan, jasa kontruksi dan rancang bangun, pembiayaan, sumber daya manusia,
kemitraan antar pelaku, peraturan perundang-undangan, dan aspek penunjang lainnya.
A. Asas Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Dalam Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman tepatnya pada pasal 3 dikatakan ada beberapa asas yang digunakan dalam pembangunan perumahan dan
permukiman yaitu : a
Asas manfaat, memberikan landasan agar pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman yang menggunakan sumber daya yang
terbatas dapat dimanfaatkan sebasar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
b Asas adil dan merata, memberikan landasan agar hasil-hasil pembangunan
perumahan dan permukiman dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh rakyat.
c Asas kebersamaan dan kekeluargaan, memberikan landasan agar golongan
masyarakat yang kuat membantu golongan masyarakat yang lemah dan mencegah terjadinya lingkungan permukiman yang ekslusif.
d Asas kepercayaan kepada diri sendiri, memberikan landasan agar segala
usaha dan kegiatan dalam pembangunan perumahan dan pemukiman bertumpu pada prakarsa, swadaya dan peran serta masyarakat sehingga
Universitas Sumatera Utara
mampu membangkitkankepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri.
e Asas keterjangkauan, memberikan landasan agar hasil pembangunan
perumahan dan permukiman dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
f Asas kelestarian lingkungan hidup, memberikan landasan untuk
menunjang pembangunan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Alvi Syahrin dalam bukunya Pengantar Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan menguraikan beberapa
asas selain asas yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Perumahan dan Permukiman, yaitu Alvi, 2003, 106:
a. Asas Demokrasi, artinya pembangunan perumahan dan permukiman harus
memperhatikan pengelolaan sumber daya alam serta adanya adanya pengakomodasian kekuasaan dan kewenangan dalam mengelola antara
pusat dan daerah, transparan dalam pengambilan keputusan, meningkatkan partisipasi semua pihak yang terkait, tidak dikriminasi dalam perbuatan
dan implementasi kebijakan, bertanggung jawab kepada public, penyelesaian konflik penguasaan dan pemanfaatan secara bijaksana, dan
menghargai hak-hak asasi manusia dalam pengelolaan sumber daya alam. b.
Asas Transpansi, artinya keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan membuka ruang bagi peningkatan partisipasi dan pengawasan
public dalam pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan perumahan
Universitas Sumatera Utara
permukiman, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
c. Asas Koordinasi dan Keterpaduan antar sektor, artinya pengelolaan
pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan secara terintegrasi dengan saling memperhatikan kepentingan antar sektor,sehingga dapat
dibina hubungan yang saling mendukung dan kerja sam, yang menepatkan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan fungsi
perumahan dan permukiman diatas kepentingan masing-masing sector. d.
Asas Efisiensi, artinya pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dan permukiman di dasarkan pada pengelolaan secara
bijaksana dengan memperhatikan sifat dapat diperbaharukan renewable dan tidak terbaharukan nonrenewable, dengan selalu memperhitungkan
keberlanjutan fungsi danmanfaat sumber daya alam bagi kepentingan generasi kini dan mendatang.
e. Asas Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang tanggung jawab
pengelolaan perumahan dan permukiman serta keterkaitannya dengan lingkungan hidup oleh pemerintah kepada daerah otonom, atau Mentei
kepada tingkat birokrasi dibawahnya, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing
daerah. f.
Asas Partisipasi Publik, artinya pengelolaan perumahan dan permukiman dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi lingkungan, membuka
kesempatan kepada masyarakat dan semua pihak yang terkait stakeholders, untuk mengambil bagian aktif dalam pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
perumahan dan permukiman serta pelestarian lingkungan, mulai dari kegiatan identifikasi dan inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan, dan evaluasi. g.
Asas Pengawasan Publik, artinya mekanisme dan prosedur pengawasan masyarakat dan semua pihak yang terkait stakeholder dalam pengelolaan
perumahan dan permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, dengan mengambil bagian aktif dalam melakukan pengawasan yang efektif.
h. Asas Akuntabilitas Publik, artinya upaya yang harus direncanakan dan
dilaksanakan oleh pihak pengelola pembangunan perumahan dan permukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, khususnya mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan kebijakan public dan kepentingan masyarakat, sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat atas segala tindakan
yang dilakukan dalam pengelolaan secara trasparan. i.
Asas Informasi dan Persetujuan, artinya memberikan informasi yang benar dan meminta persetujuan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan
permukiman serta pelstarian fungsi lingkungan, dengan persetujuan tersebut didasarkan pada prinsip kebebasan dari pihak yang memberi
persetujuan free and prior informed consent.
B. Sistematisasi Proses Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman diperlukan sistematisasi proses yang mendukung proses pembangunan bagi perumahan dan permukiman.
Sistematisasi proses pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut terdiri dari beberapa tahap yaitu Alvi Syahrin, 2003: 35:
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap Persiapan Ketentuan pasal 3 dan pasal 4 UUPP diantaranya menyebutkan
pembangunan perumahan dan pemukiman berdasarkan pada asas kelestarian lingkungan, bertujuan mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam
lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur, memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional. Pada pasal 7 UUPP menetapkan
dalam membangun rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, ekologi dan administrative, melakukan pemantauan lingkungan yang terkena
dampak berdasarkan Rencana Pemantauan Lingkungan dan melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan rencana pengelola lingkungan.
b. Tahap Penyediaan Tanah Berdasarkan pasal 32 UUPP, dinyatakan bahwa penyediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan pemukiman diselenggarakan dengan: Pertama, penggunaan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Kedua, konsolidasi tanah
oleh pemilik tanah. Ketiga, pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai upaya pengadaan tanah, konsolidasi tanah diperkotaan dapat dikatakan sebagai salah satu alternative kebijakan tanah perkotaan untuk
menaggulangi masalah tanah perkotaan, diantaranya mengenai permukiman yaitu sekitar ketidakjelasan dan ketidakteraturan penguasaan dan penggunaan tanah,
sebab perkampungan di perkotaan permukiman kumuh mempunyai ciri-ciri: masyarakatnya heterogen dan umumnya berpenghasilah rendah, rumah
mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berusaha, kualitas
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya rendah, bentuk dan batas pemilikan tanahnya kecil dan tidak teratur.
c. Tahap Perencanaan Peningkatan dan pengembangan pembangunan perumahan dan
permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan
ekonomi, dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional, mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam pembangunan perumahan dan permukiman terkait aspek peningkatan jumlah
penduduk dan penyebarannya, perluasan kesempatan kerja dan usaha. d. Tahap Perancangan
Setelah mendapat izin perencanaan yang dikeluarkan oleh pemerinta kabupatenkota, penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman
membuat dan mengajukan rancangan bangunan kepada pemerintah
kabupatenkota. Usulan rancangan tersebut disusun secara terperinci yang dapat memberikan petunjuk yang jelas dan mudah dalam pelaksanaan fisik bangunan.
Pada tahap ini pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara keterpaduan dan memperhatikan permukiman yang ada, tanpa mengeklusifkan
diri. Pada tahap perancangan ini pembangunan perumahan dan permukiman
dirancang berdasarkan lingkungan hunian yang berimbang, guna mewujudkan: a.1. Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman,
serasi dan terratur
Universitas Sumatera Utara
a.2 Kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang terdiri dari rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana agar dapat
menampung dan terciptanya secara serasi berbagai kelompok masyarakat. a.3. Rasa ketidakkawanan sosial, rasa kekeluargaan, kebersamaan, kegotong-
royongan antara kelompok masyarakat, dimana masyarakat yang mampu dapat membantu masyarakat yang kurang mampu melalui perusahaan
pembangunan perumahan, khususnya dengan mengadakan subsidi silang dari kaveling tanah matang-matang untuk rumah mewah dan menengah
kepada kaveling tanah matang untuk rumah sederhana. a.4.Pencapaian target pembangunan perumahan dan permukiman, khusus
target pembangunan rumah sederhana. e. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi ini, penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman harus melaksanakan pembangunan sesuai dengan persyaratan-
persyaratan terknis yang telah ditetapkan dalam izin perencanaan dan izin mendirikan bangunan. Pada tahap konstruksi ini perlu dibuat ketentuan yang
mewajibkan pengembangan untuk memberi jaminan sejumlah uang kepada pemerintah daerah dalam penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, yang
nilainya dapat dihitung berdasarkan perencanaan biaya yang akan dikeluarkan pengembang.
f. Tahap Pengusahaan Penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman masih tetap
mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan pembangunan prasarana lingkungan, utilitas umum maupun fasilias sosial yang dijanjikannya, walaupun satuan unit
Universitas Sumatera Utara
perumahan tersebut terjual serta memelihara paling lama satu tahun sejak pembangunan proyek secara keseluruhan.
g. Tahap Pengelolaan Setelah selesai dilaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman
secara keseluruhan, prasarana dan sarana lingkungan yang telah dibangun oleh penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman tersebut
pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah.
I.5.4. Permukiman Kumuh
Kumuh mengandung pengertian tidak layak yang juga dapat berarti ketidakteraturan, ketidak sehatan, dan ketidaktertiban pembangunan dan
keselamatan. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai permukiman tidak layak huni yang dapat membahayakan kehidupan penghuninya, karena keadaan
keamanan dan kesehatan serta kenyamanan dan keandalan bangunan dalam lingkungan tersebut tidak memenuhi standar pembakuan yang berlaku, baik
dilihat dari segi tata ruang, kepadatan bangunan, kualitas bangunan serta prasarana dan sarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat
Lahirnya pemukiman kumuh slum area adalah akibat pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dari penataan pemukiman. Sementara pada sisi lain,
pembangunan perumahan oleh masyarakat dalam beberapa hal juga ternyata lebih cepat dari pada penataan dan pengawasan oleh pemerintah, sehingga munculnya
perumahan dan pemukiman di atas tanah yang dikuasai oleh negara atau milik orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, lahirnya pemukiman kumuh slum area di daerah perkotaan tidak terlepas dari perkembangan dan pertambahan penduduk kota, yang antara
lain akibat urbanisasi atau migrasi. Para migran yang datang ke kota dengan berbagai motif dan tujuan, mereka tidak memiliki pendidikan dan ketrampilan
yang memadai untuk bekerja di sektor-sektor formal. Mereka terpaksa harus mengadu nasib di sektor-sektor informal dengan penghasilan rendah, tapi jumlah
jam kerja relatif lebih tinggi. Sedangkan untuk tempat tinggal, mereka memilih daerah pemukiman kumuh karena harganya lebih murah.
Penghuni pemukiman kumuh yang umumnya bekerja di sektor informal dan berpenghasilan rendah dapat digolongkan sebagai penduduk miskin
prasejahtera. Lebih jauh kemiskinan juga dapat membahayakan akidah, akhlak, mengganggu pemikiran, membahayakan keluarga dan mengancam kestabilan
masyarakat http:litagama.org. Ada beberapa ciri-ciri pemukiman kumuh yaitu Seminar Usaha Perbaikan
Pemukiman Kumuh di Petukangan – Jakarta Selatan: 1.
Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai 2.
Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta pengunaan ruang- ruangnya mencerminkan penghuninya kurang mampu atau miskin
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesembrautan
tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya
Universitas Sumatera Utara
4. Pemukiman kumuh kerupakan suatu satuan-satuan komuniti yang
hidup secara sendiri dengan batas-batas kebudayaan da social yang jelas
5. Penghuni pemukiman kumuh secara social dan ekonomi tidak
homogen, warga mempuyai mata pencaharian dan tinggat kepadatan yang beragam
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang
bekerja di sektor informal atau mempunyai tambahan pencarian di sektor informal.
Dengan adanya kemampuan untuk menghidupkan diri dengan layak inilah diharapkan warga negara bisa menikmati taraf hidup yang layak. Ada beberapa
indicator yang bisa muncul dalam hidup yang layak, yaitu: Pertama, perumahan yang layak huni dari kuantitas luas maupun dari segi kualitas jenis lantai dan
bahan baku yang digunakan. Kedua, ketersediaan dan kemampuan mengonsumsi air yang layak. Ketiga, ketersediaan udara yang sehat untuk dihirup. Keempat,
ketersediaan dan kemampuan menggunakan penerangan rumah yang baik listrik serta kondisi dan perkembangan lingkungan hidup Revrison Baswir dkk,
1999:193.
I.6. Defenisi Konsep
Singarimbun menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan defenisi untuk menggambarkan secara abstrak fenomena sosial ataupun alami
Singarimbun, 1999: 24. Oleh sebab itu berdasarkan kerangka teori yang telah
Universitas Sumatera Utara
diuraikan maka dapat diuraikan defenisi konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Strategi adalah suatu pola perencanaan dalam menyesuaikan
seluruh sumber daya yang ada baik internal maupun eksternal organisasi untuk menggunakan dan mengelola sumber daya yang
ada. b.
Pembangunan Perumahan dan Pemukiman adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam dalam kajian tempat tinggal atau tempat hunian.
c. Permukiman Kumuh adalah suatu keadaan yang kompleks dimana
keadaan tersebut dapat membahayakan karena keadaan yang tidak layak dan tidak teratur.
d. Strategi Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dalam
Meminimalisir Permukiman Kumuh adalah pola perencanaan yang dilakukan oleh dinas terkait dalam menyesuaikan masalah internal
dan eksternal dalam meningkatkan taraf hidup yang layak sesuai dengan sumber daya yang ada.
I.7. Defenisi Operasional