Strategi Pembangunan Perumahan dan Permukiman untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan

(1)

PEDOMAN PERTANYAAN / WAWANCARA STRATEGI PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN UNTUK MENGATASI MASALAH PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN

Nama :

IDENTITAS RESPONDEN

Usia :

Jenis Kelamin :

Jabatan :

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang permukiman kumuh ?

... ... ... 2. Adakah Peraturan dan Kebijakan yang mengatur tentang permukiman

kumuh?

... ... ... 3. Menurut Bapak/Ibu, daerah mana saja yang dikategorikan permukiman

kumuh di Kota Medan ini?

... ... ...


(2)

4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh di Kota Medan?

... ... ... 5. Kendala apa saja yang dialami Dinas Perumahan dan Permukiman dalam

mengatasi masalah permukiman kumuh di Kota Medan?

... ... ... 6. Strategi apa saja yang telah dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman

untuk menangani masalah permukiman kumuh di Kota Medan?

... ... ... 7. Berapakah biaya untuk menyewa 1 unit rumah susun sewa?

... ... ... 8. Apakah upaya yang telah dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman untuk

mengatasi masalah permukiman kumuh di Kota Medan telah berhasil?

... ... ...


(3)

9. Bagaimanakah rata-rata status lahan/kependudukan masyarakat di Kota Medan (Legal atau Ilegal)?

... ... ... 10. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah masalah permukiman kumuh di Kota

Medan ini dapat teratasi sepenuhnya?

... ... ... 11. Menurut pendapat Bapak/Ibu, bagaimana seharusnya mengatasi permukiman

kumuh yang tepat di Kota Medan?

... ... ...


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aulia, Dwira N. 2008. Bahan Ajar Perumahan dan Permukiman. Medan: USU Press.

Arifin, Muhammad, Nasution. 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah.

Medan: FISIP USU Press.

Baswir, Revrisond dkk. 1999, Pembangunan Tanpa Perasaan; Evaluasi

Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Jakarta: ELSAM

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Pemukiman. Jakarta: Yayasan Real Estat Indonesia

Meleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rindarjono, Mohammad, Gamal. 2013, Kajian Pemukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial.Yogyakarta:Media Perkasa

Singarimbun, Masri. 1999, Metode Penelitian Survey (edisi revisi), Jakarta: LP3ES

Stoner, James, dkk. 1996. Manajemen. Jakarta: PT Prenhallindo

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(5)

Syahrin, Alvi. 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan

Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Medan: Pustaka Bangsa press

Medan

Tangkilisan, Hesel Nogi S. 2003, Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogjakarta: Lukman Offset.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Referensi Peraturan - peraturan:

Undang – Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang – Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

Kepres No. 63 Tahun 2000 Tentang Badan Kebijakan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Nasional

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman

Referensi Lain:

Menciptakan Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Yang Sehat, 14 Maret 2012


(6)

Pemko Medan, 2012. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Kota.

Waspada Online, 145 Titik Pemukiman Kumuh di

Medan.

BPS Kota Medan. 2012. Statistik Kota Medan 2012. Kantor Pusat Statistik Medan

Detik.com, 2016. 2016


(7)

BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan juga merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Didirikan pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km2 atau 3,6% dari keseluruhan luas wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Kota Medan terletak antara 2°.27’ – 2°.47’ Lintang Utara dan 98°.35’ – 98°.44’ Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0° C – 24,1° C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6° C – 33,1° C dengan kelembapan udara rata-rata 78-82% dan kecepatan angin rata-rata 0,42 m/sec. Secara administratif Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Kota Medan berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat malaka

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang


(8)

Berdasarkan kondisinya sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran selat malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi ini ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan Pusat Kota Medan.

1. Visi dan Misi Kota Medan

Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi: 1. Jangka Panjang (Visi 2025) Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan

yang maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan (Indikasi : Income perkapita Rp 72 Juta/tahun).

2. Jangka Menengah (Visi 2015) : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera.

3. Jangka Pendek (Tahun 2011) : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerahyang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerjayang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita menjadi Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010).


(9)

Misi Pemerintah Kota Medan Tahun 2011

Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 aspek dasar, yaitu :

1. Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul. 2. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan,

taman kota dan drainase serta penataan pasartradisional secara simultan. 3. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan

yang semakin baik.

4. Peningkatan pelayanan administrasipublic terutama pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan perizinan usaha.

5. Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

6. Menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Catatan : Misi ini tidak ringan dan pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan internal, untuk itu kita harus bekerja lebih efektif.

2. Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara dan juga merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Didirikan pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan luas wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Medan memiliki luas


(10)

wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Kota Medan terletak antara 2°.27’ – 2°.47’ Lintang Utara dan 98°.35’ – 98°.44’ Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0° C – 24,1° C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6° C – 33,1° C dengan kelembapan udara rata-rata 78-82% dan kecepatan angin rata – rata 0,42 m/sec.

Secara administratif Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Kota Medan berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat malaka

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan kondisinya sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran selat malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor – impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

3. Kondisi Demografis Kota Medan

Garis – garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini


(11)

berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.


(12)

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Golongan Umur Laki – laki Perempuan Jumlah

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34

35 – 9 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74

75+ 99.365 93.989 93.369 107.151 114.763 95.927 86.896 78.118 70.535 59.847 49.928 38.483 24.422 14.792 9.978 7.312 94.516 89.238 90.745 111.075 123.835 99.767 89.404 81.688 73.299 62.115 51.970 39.156 25.508 17.588 12.746 12.326 193.881 183.227 187.114 218.226 238.551 195.694 176.300 159.806 143.834 121.962 101.898 77.639 49.930 32.380 22.724 19.638

Jumlah/Total 1.047.875 1.074.929 2.122.804 Sumber: Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan


(13)

Dari tabel tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah penduduk di kota Medan yang terbesar adalah perempuan, jumlah perempuan terbesar adalah pada rentang usia 20-24 tahun. Usia tersebut termasuk usia produktif, hal inilah yang memicu PBBKB fokus pelaksanaannya kepada perempuan.

Tabel 3.2

Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2012 No. Kecamatan Laki – laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan 39.887 62.005 57.615 71.374 47.802 35.326 19.442 26.231 17.574 49.266 55.425 71.211 29.371 34.748 52.629 45.167 65.417 86.482 57.333 74.673 48.917 42.115 63.908 58.612 70.672 48.873 37.449 20.243 27.331 22.003 51.189 57.542 74.308 32.484 36.164 56.613 48.359 68.424 84.449 55.309 72.645 46.792 82.042 125.913 116.227 142.001 96.675 72.685 39.665 53.552 39.577 100.455 112.967 145.519 61.855 70.912 108.792 93.526 133.841 170.931 112.642 147.318 95.709

Kota Medan 2012 1.047.875 1.086.100 2.122.804 Sumber: Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan


(14)

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2012, penduduk Kota Medan mencapai 2.122.804 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38 %). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km².

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.

Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial


(15)

maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

4. Kondisi Sosial Kota Medan

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .


(16)

5. Kondisi Perumahan Kota Medan

Berdasarkan kondisinya, perumahan di kota Medan terdapat dua jenis perumahan, yaitu perumahan permanen dan perumahan semi permanen. Perumahan permanen di kota Medan berdasarkan data Dinas Perumahan dan Permukiman berjumlah 233.130 unit yang banyak tersebar di kecamatan Medan Marelan (kelurahan Renggas Pulau), kecamatan Medan Helvetia (kelurahan Helvetia Tengah), kecamatan Medan Tembung (kelurahan Bantan), kecamatan Medan Sunggal (kelurahan Tanjung Rejo), dan kecamatan Medan Johor (kelurahan Kuala Bekala). Hal ini menunjukkan bahwa rumah permanen banyak tersebar di Kota Medan Selatan, kota Medan bagian tengah, dan kawasan Medan pusat, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan dari penduduk di kawasan ini relatif lebih baik dibanding dengan kawasan Medan Utara.

Perumahan semi permanen di Kota Medan berdasarkan data Dinas Perumahan dan Permukiman berjumlah 78.532 unit yang banyak tersebar di kota Medan Utara yaitu kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan, kecamatan Medan Timur, kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Johor, Medan Selayang. Kawasan perumahan yang terdapat di Kota Medan meliputi:

1. Kawasan Perumahan Kumuh

Kawasan perumahan kumuh di Kota Medan berjumlah 88.166 unit yang banyak tersebar di Medan Utara (Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Pusat Kota di Kecamatan Medan Tembung, Medan Denai, Medan Sunggal, dan Medan Johor). Kawasan kumuh di utara Medan merupakan perumahan nelayan yang terletak di bantaran


(17)

sungai Deli. Kawasan perumahan di pusat kota terletak di bantaran sungai dan rel kereta api yang dimanfaatkan oleh pembantu rumah tangga bahkan oleh gelandangan atau pengemis.

2. Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi

Tingkat kepadatan perumahan tinggi adalah dengan jumlah rumah per ha adalah 54 – 97 rumah per ha. Termasuk dalam tingkat kepadatan tinggi adalah kecamatan Medan Perjuangan (kelurahan Sei Sarah Hilir dan Hulu), kecamatan Medan Area (kelurahan Sukaramai 2, Tegal Sari 3, Kota Maksum 1, dan kelurahan Kota Maksum 4), Kecamatan Medan Kota (kelurahan Sei Renggas), kecamatan Medan Maimun (kelurahan Hamdani dan kelurahan Sei Mati), kecamatan Medan Amplas (kelurahan Amplas). Termasuk ke dalam kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi yaitu perumahan kavling ukuran kecil <100 m2, flat, rumah susun dan apartemen, yang saat ini berlokasi pada perumnas. Perumnas-perumnas yang dimaksud adalah Helvetia di bagian barat, Mandala di bagian timur, Simalingkar di bagian selatan, dan Martubung di bagian utara.

3. Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang

Tingkat kepadatan perumahan sedang adalah dengan jumlah rumah per ha adalah 24 – 53 rumah per ha. Tingkat kepadatan perumahan sedang tersebar di kecamatan Medan Belawan (kelurahan Belawan Bahagia), kecamatan Medan Timur di kelurahan Durian, kecamatan Medan Petisah (kelurahan Sei Barat, Sei Putih Tengah, dan kelurahan Sekip), kecamatan Medan Tengah (kelurahan Helvetia Tengah). Perumahan yang termasuk dalam kawasan perumahan dengan kepadatan sedang yakni kavling ukuran


(18)

150 m² – 200 m². Perumahan ini diperuntukkan bagi kelas ekonomi menengah yang sebagian besar PNS.

4. Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah

Tingkat kepadatan perumahan rendah adalah dengan jumlah rumah per ha adalah 0 – 23 rumah per Ha. Tersebar di utara Medan, Medan Tengah, dan medan Selatan. Kavling perumahan tingkat kepadatan rendah kebanyakan merupakan perumahan kavling ukuran besar >200 m² pada umumnya dihuni oleh kelas menengah atas dari etnis pribumi.

B. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan

Dinas Perumahan dan Permukiman adalah unsur pelaksana pemerintah Kota Medan dalam bidang bangunan dan perumahan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan dibentuk pada tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2001 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Medan.

Dinas Perumahan dan Permukiman berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang perumahan dan permukiman, antara lain menyangkut bina lingkungan, pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan bangunan pemerintah dan rumah dinas, bina teknik dan pemberdayaan masyarakat serta melaksanakan tugas perbantuan sesuai dengan bidang tugasnya.


(19)

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan mempunyai fungsi :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang perumahan dan pemukiman.

2. Penyiapan kebijakan dan strategi pembangunan perumahan dan pemukiman.

3. Pembinaan dan pengaturan perumahan dan pemukiman. 4. Pengendalian pembangunan perumahan dan pemukiman.

5. Mengadakan kegiatan – kegiatan penelitian dalam rangka penyiapan kebijaksanaan strategis pembangunan perumahan dan pemukiman.

6. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan strategis pembangunan perumahan dan pemukiman serta gedung-gedung pemerintah yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

7. Melaksanakan pemberian bimbingan, penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Kepala Daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Merencanakan pembangunan, pemeliharaan, pengelolaan prasarana dasar, sarana lingkungan dan bangunan pemerintah/rumah dinas.

9. Merumuskan pola dan kebijaksanaan pengembagan pembiayaan pembangunan perumahan dan pemukiman.

10. Merumuskan dan menggalang pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan pemukiman.


(20)

11. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

12. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

1. Visi dan Misi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan a. Visi

Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan dan secara potensial untuk terwujud. Visi yang ditetapkan merupakan gambaran bersama mengenai masa depan dan menjadi komitmen murni dari seluruh masyarakat dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan.

Dengan mengacu pada visi misi perumahan nasional dan rencana pembangunan kota untuk memberikan gambaran serta arahan organisasi yang jelas maka Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan membuat visi sebagai acuan dalam mengimplementasikan program-program yang akan dibuat di Kota Medan. Oleh sebab itu yang menjadi visi Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan adalah: “Kinerja Prima Dan Dukunan Masyarakat Mewujudkan Perumahan Dan Permukiman Kota Medan Yang Sehat Dan Nyaman”.


(21)

b. Misi

Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Pemerintah khususnya Dinas Perumahan dan Pemukiman menyadari bahwa memang pada dasarnya dalam mewujudkan perumahan yang sehat dan nyaman tidak terlepas dari peran masyarakat itu sendiri dalam mendukung dan membantu pemerintah untuk mewujudkan visi yang telah dibuat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan mempunyai misi, yaitu:

1. Meningkatkan pembangunan perumahan dan permukiman.

2. Membangunkan sistem koordinasi, sistem perencanaan dan regulasi tentang pembangunan perumahan dan permukiman serta sistem pengawasan.

3. Meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur dan masyarakat.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Adapun Uraian tugas pokok dan Fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman yaitu sesuai dengan Peraturan walikota Medan Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas Tugas pokok:

Melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang perumahan dan permukiman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.


(22)

Fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perumahan dan permukiman 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

perumahan dan permukiman

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perumahan dan permukiman

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Sekretariat Tugas pokok:

Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. Fungsi:

1. Penyusunan rencana,program, dan kegiatan kesekretariatan 2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas

4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas dinas 6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian 7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan


(23)

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Perencanaan dan Bina Teknik Tugas pokok:

Melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup sarana dan prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan gedung

Fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang perencanaan dan Bina Teknik

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup sarana dan prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan gedung

3. Pelaksanaan perencanaan sarana dan prasarana dasar 4. Pelaksanaan perencanaan sarana dan prasarana lingkungan

5. Pelaksanaan perencanaan bangunan gedung dan bangunan gedung pemerintah

6. Pemberian pelayanan penyediaan tata teknik dan konstruksi di kawasan perumahan dan permukiman meliputi sarana dan prasarana dasar, sarana dan prasarana lingkungan, dan bangunan gedung dalam rangka peningkatan kualitas perumahan dan permukiman

7. Perencanaan perumahan sesuai dengan teknik pembangunan

8. Penetapan persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung semi permanen, darurat dan bangunan gedung yang dibangun di lokasi bencana


(24)

9. Penyusunan pedoman dan manual perencanaan pembangunan dan pengelolaan PSU skala kota

10. Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus

11. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang perencanaan dan bina teknik

12. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perumahan Tugas pokok:

Melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembinaan perumahan formal dan swadaya, pengembangan kawasan, dan pembinaan peraturan perumahan.

Fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang Pembinaan dan Pengembangan Perumahan

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembinaan perumahan formal dan swadaya, pengembangan kawasan, dan pembinaan peraturan perumahan

3. Perumusan kebijakan, strategi, dan program di bidang pembinaan dan pengembangan perumahan

4. Penyusunan dan penerapan Norma Standar dan Manual (NSPM) di bidang pembinaan dan pengembangan perumahan


(25)

5. Pemberian masukan dalam penyusunan dan perumusan RPJP dan RPJM Kota tentang pembinaan dan pengembangan perumahan

6. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan, strategi, program, dan NSPM di bidang pengembangan perumahan

7. Pelaksanaan kajian dan studi kelayakan di bidang pengembangan perumahan baik secara fisik, sosial budaya, dan peluang sumber pembiayaan

8. Pengumpulan dan menginventarisir data-data di bidang pengembangan perumahan

9. Pengkoordinasian, kerjasama, dan pemanfaatan badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMN, BUMD, Koperasi, Perorangan maupun Swasta yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, konsultan, kontraktor, pengembang, dan pembiayaan perumahan

10. Penginventarisiran aset pemerintah daerah di bidang perumahan

11. Penyusunan rencana kota dalam Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) dan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaannya

12. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pembinaan dan pengembangan perumahan

13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

e. Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan Tugas pokok:


(26)

Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan pemerintah

Fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan pemerintah

3. Pelaksanaan pembangunan dan pengkoordinasian pemeliharaan / rehabilitasi sarana dan prasarana dasar di kawasan perumahan dan permukiman

4. Pelaksanaan pembangunan dan pengkoordinasian pemeliharaan / rehabilitasi sarana dan prasarana lingkungan

5. Pelaksanaan pembangunan dan pengkoordinasian pemeliharaan / rehabilitasi bangunan gedung dan bangunan pemerintah milik badan usaha atas dasar kerjasama dengan Pemerintah Kota

6. Penyelenggaraan pengelolaan bangunan pemerintah kota

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pembangunan pemeliharaan dan pengelolaan

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

f. Bidang Pengawasan dan Survei Tugas pokok:

Melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup sarana dan prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan gedung dan pemerintah


(27)

Fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang pengawasan dan survei

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup sarana dan prasarana dasar dan lingkungan, serta bangunan gedung dan pemerintah

3. Pelaksanaan pengawasan fisik pembangunan prasarana dasar, sarana lingkungan, dan gedung-gedung pemerintah

4. Pelaksanaan survei atau pendataan prasarana dasar, prasarana lingkungan, dan gedung-gedung pemerintah

5. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan dan pengelolaan perumahan

6. Pengawasan dan pengendalian bangunan pemerintah, prasarana dan sarana umum

7. Pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan Kasiba, Lisiba, dan permukiman kumuh

8. Pengawasan dan penertiban pembangunan, pemanfaatan, dan pembongkarean bangunan gedung, pelestarian bangunan gedung yang dilindungi, dan dilestarikan yang berskala lokal

9. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengawasan dan survei

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya


(28)

3. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi dinas sesuai dengan Peraturan walikota Medan Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas 2. Sekretariat:

a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusunan Program 3. Bidang Perncanaan dan Bina Teknik: a. Seksi Sarana dan Prasarana Dasar b. Seksi Sarana dan Prasarana Lingkungan c. Seksi Bangunan Gedung

4. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perumahan: a. Seksi Pembinaan Perumahan Formal dan Swadaya b. Seksi Pengembangan Kawasan

c. Seksi Pembinaan Peraturan Perumahan

5. Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan: a. Seksi Prasarana Dasar

b. Seksi Prasarana Lingkungan c. Seksi Bangunan Pemerintah 6. Bidang Pengawasan dan Survei:

a. Seksi Sarana dan Prasarana Dasar b. Seksi Sarana dan Prasarana Lingkungan


(29)

KEPALA DINAS Sub Bagian Umum Sub Bagian Penyusunan Program Sub Bagian Keuangan Sekretariat Dinas Bidang Perencanaan dan Bina Teknik

Seksi Sarana dan Prasarana Dasar

Seksi Sarana dan Prasarana Lingkungan Seksi Bangunan Gedung Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perumahan Seksi Pembinaan Perumahan Formal dan Swadaya Seksi Pengembangan Kawasan Seksi Pembinaan Peraturan Perumahan Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan Seksi Prasarana Dasar Seksi Prasarana Lingkungan Seksi Bangunan Pemerintah Bidang Pengawasan dan Survei Seksi Prasarana Dasar Seksi Praarana Lingkungan Seksi Bangunan Pemerintah Unit Pelaksana Tenis Kelompok Jabatan Fungsional c. Seksi Bangunan Gedung dan Pemerintah

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) 8. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan


(30)

4. Kepegawaian Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan

Untuk melaksanakan apa yang menjadi visi dan misi dinas perumahan dan permukiman maka di perlukan aparatur dalam mengimplementasikan program – program yang telah ditetapkan, Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan didukung oleh 77 sumber daya manusia yang telah mengisi posisi yang ada dalam dinas tersebut. Aparatur yang bekerja di Dinas Perumahan dan Permukiman memiliki pembangian tugas yang jelas yang sesuia dengan spesialisasinya masing-masing. Berdasarkan data pada Dinas Perumahan dan Permukiman, jumlah pegawai negeri sipil menurut eselon, golongan dan pendidikan pada tahun 2011 – 2015 adalah:

Tabel 3.3

Sumber Daya Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan 2011 – 2015

No. Eselon Golongan Pendidikan

Eselon Jumlah Golongan Jumlah Pendidikan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 II III a III b IV a Staf 1 1 4 14 57 IV c IV b IV a III d III c III b III a II d II c II b II a 1 3 3 13 12 15 17 1 3 - 9 S-2 S-1 D-III SMA 6 23 5 43

Jumlah 77 77 77


(31)

Unsur pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam perumusan sampai pada tahap implementasinya di lapangan. Jenjang pendidikan menjadi sangat berarti dalam meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi terutama dalam organisasi publik. Dari 77 total jumlah pegawai di Dinas Perumahan dan Permukiman, 7,8 % memiliki latar belakang pendidikan S-2, 29,9 % memiliki latar belakang pendidikan S-1, 6,5 % memiliki latar belakang pendidikan D-III dan 55,8 % berlatar belakang pendidikan SMA. Jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Perumahan dan Permukiman sudah sangat baik karena jenjang pendidikan yang mendominasi adalah S-1 dan D-III.

Hal inilah yang dijadikan sebagai dorongan untuk meningkatkan kinerja dalam dinas tersebut. Selain itu, pada Dinas Perumahan dan Permukiman memiliki pegawai yang sudah matang dalam arti memiliki pemikiran yang dapat membangun perkembangan kinerja dinas tersebut.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini memerlukan data yang dapat diperoleh melalui dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Pada tahap awal peneliti memperoleh data melalui dokumen atau database yang ada pada Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan. Selain data langsung dari Dinas Perumahan dan Permukiman, data juga dapat diperoleh melalui akses internet yang kemudian akan di interpretasikan. Untuk menambah wacana dalam skripsi ini maka diperlukan data berupa wawancana kepada orang-orang yang memiliki hubungan dengan permasalahan penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara mendalam kepada orang yang tertentu.

1. Strategi yang Dilakukan Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan Untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan

Permasalahan pembangunan perumahan dan permukiman baik pada tingkat nasional maupun daerah adalah kurangnya akses yang sama bagi masyarakat miskin atau masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan rumah yang layak. Kemampuan pemerintah yang terbatas dan berbagai faktor yang mempengaruhi kepemilikan rumah oleh seluruh masyarakat hanya menempatkan masyarakat dengan golongan ekonomi mampu yang hanya sanggup untuk memiliki rumah yang layak bagi


(33)

tempat tinggalnya. Sesuai dengan amanat undang-undang serta kebijakan strategi nasional perumahan permukiman mensyaratkan untuk memberikan akses yang luas bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan rumah yang layak.

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan pada Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan, yang dibagi ke beberapa kelompok diantaranya yaitu kepala seksi pembinaan pengembangan kawasan, hingga sekertaris. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yaitu Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Bapak Drs. Riza Zulfi, MSP (dalam wawancara pada tanggal 3 Mei 2016) ketika ditanya adakah peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang permukiman kumuh berpendapat bahwa:

“Tentu saja ada peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang permukiman kumuh, yaitu UU No. 1 Tahun 2011. Dalam UU No. 1 Tahun 2011 pasal 1 ayat 1 jelas dikatakan bahwa perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat”.

Hal itu juga dibenarkan oleh Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan Kawasan Bapak Mukhyar ST (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016 berpendapat bahwa :

“Ada 2 peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang permukiman kumuh yaitu UU No. 1 tahun 2011 dan Keputusan Walikota Medan Nomor 640/039.K/I/2015.


(34)

Dalam UU No. 1 Tahun 2011 pasal 1 ayat 13 dikatakan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat”.

Dari penjelasan tersebut tentu ada faktor – faktor yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh di Kota Medan, dan dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan Kawasan Bapak Mukhyar ST (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016) berpendapat bahwa :

“Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya permukiman kumuh di Kota medan yaitu faktor ekonomi, ketidakmampuan masyarakat memperbaiki rumah tinggal mereka, tingginya permintaan/kebutuhan tempat tinggal sedangkan luas lahan yang semakin terbatas, dan yang terakhir kepadatan penduduk”.

Informasi rata – rata status lahan/kependudukan masyarakat di Kota Medan akan dijelaskan oleh Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan Kawasan Bapak Mukhyar ST (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016) menjelaskan bahwa:

“Untuk status lahan sebagian besar adalah legal walaupun begitu Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan belum secara spesifik memperoleh data yang akurat”.

Untuk informasi strategi untuk mengatasi persoalan pemukiman kumuh di Kota Medan yang dijelaskan oleh Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan Kawasan Bapak Mukhyar ST (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016) berpendapat bahwa :


(35)

“Ada dua strategi yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan untuk mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan, yaitu dengan cara melakukan perbaikan rumah atau peningkatan kualitas rumah masyarakat berpenghasilan rendah dan pemberian Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) oleh pusat dan pembangunan Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) yang bekerjasama dengan pusat, kedua cara inilah yang paling efektif untuk dilakukan. Perbaikan rumah MBR didasari oleh Undang – Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Surat Perintah Menteri Perumahan yang menargetkan di tahun 2025 jumlah rumah tidak layak huni berkurang menjadi 0%, meski demikian tanpa ada kerja sama berbagai pihak hal tersebut sulit tercapai. Selain itu Perencanaan Pembangunan perumahan MBR ini juga didasari oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kota Medan dan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).Saat ini perkembangan pembangunan rumah di kota Medan tumbuh sebesar 5,32% per tahun. Apabila pertumbuhan pembangunan rumah ini dapat terus bisa dipertahankan maka diperkirakan tahun 2020 jumlah rumah layak huni untuk penduduk Kota Medan dapat terpenuhi. Namun hal ini hanya dapat terjadi melalui kontribusi dan kerjasama dari masyarakat, pihak developer dan pemerintah. Saat ini perencanaan pembangunan perumahan MBR di Kota Medan yang dikenal dengan RP4D (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah) masih berlandaskan pada UU No 4 Tahun 1992”.

Menurut Peraturan Menteri No. 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), syarat penerima


(36)

bantuan rumah susun sewa dan bedah rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah adalah:

a. Warga negara Indonesia

b. Masyarakat berpenghasilan rendah dengan penghasilan dibawah upah minimum provinsi rata – rata nasional atau masyarakat miskin sesuai dengan data dari Kementrian Sosial

c. Sudah berkeluarga

d. Memiliki atau menguasai tanah

e. Belum memiliki rumah, atau memiliki dan menghuni rumah yang tidak layak hun i

f. Belum pernah mendapat bantuan perumahan dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah, termasuk yang terken bencana alam, kebakaran atau kerusuhan sosial

g. Didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau meningkatkan kualitas rumah yang dibuktikan dengan:

1. Memiliki tabungan bahan bangunan

2. Telah mulai membangun rumah sebelum mendapatkan bantuan stimulan

3. Memiliki aset lain yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS 4. Memiliki tabungan uang yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS h. Bersungguh – sungguh mengikuti program bantuan stimulan perumahan

swadaya


(37)

Adapun kriteria obyek bantuan menurut Peraturan Menteri No. 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), yaitu:

1. Rumah tidak layak huni yang berada di atas tanah:

a. Dikuasai secara fisik dan jelas batas – batasnya, seperti: a.1. Bahan lantai berupa tanah atau kayu

a.2. Bahan dinding berupa bilik bambu, kayu, rotan, kurang ventilasi atau pencahayaan

a.3. Bahan atap berupa daun atau genteng yang sudah rapuh b. Bukan merupakan tanah warisan yang belum dibagi

c. Tidak dalam status sengketa

d. Penggunaannya sesuai dengan rencana tata ruang

2. Bangunan yang belum selesai dari yang sudah diupayakan oleh masyarakat sampai paling tinggi struktur tengah dan luas lantai bangunan paling tinggi 45 m²

3. Terkena kegiatan konsolidasi tanah atau relokasi dalam rangka peningkatan kualitas perumahan dan kawasan permukiman kumuh

4. Terkena bencana alam, kerusuhan sosial atau kebakaran

Mengenai biaya sewa untuk 1 unit Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) dijelaskan oleh Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan Kawasan Bapak Mukhyar ST (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016), menjelaskan bahwa :

“Harga sewa untuk setiap unit di Rumah Susun Sewa memiliki harga yang berbeda setiap lantainya, lantai pertama kedua dan ketiga adalah lantai yang paling mahal harga sewanya sekitar Rp 240.000 sedangkan lantai – lantai


(38)

berikutnya mempunyai harga sewa sekitar Rp 170.000. Harga rumah susun sewa ini cukup murah agar para masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tempat tinggal yang layak huni, dan pihak pemko juga mengharapkan masyarakat yang menempati rumah susun sewa saat ini tidak selamanya tinggal di sana maksimal hanya lima tahun saja. Hal tersebut dimaksudkan agar para masyarakat dapat menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk dapat memiliki hunian permanen tanpa harus disubsudi oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang tetap memilih tinggal di rumah susun tersebut”.

Secara garis besar peran yang dijalankan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman sebagai pihak yang berwenang melaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman untuk mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan mampu berjalan dengan baik walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan perbaikan rumah yang telah dijalankan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman di beberapa daerah kumuh di Kota Medan. Menurut Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Bapak Drs. Riza Zulfi, MSP (dalam wawancara pada tanggal 3 Mei 2016) ketika ditanya apakah masalah permukiman kumuh di Kota Medan ini dapat diatasi sepenuhnya dan bagaimana seharusnya mengatasi permukiman kumuh yang tepat khususnya di Kota Medan, mengatakan bahwa :

Masalah permukiman kumuh sesuai amanat harus 0% ditahun 2019, meski

demikian tanpa ada kerjasama berbagai pihak hal tersebut akan sulit untuk diwujudkan”.


(39)

2. Kendala Dalam Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan.

Menurut Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Bapak Drs. Riza Zulfi, MSP (dalam wawancara pada tanggal 3 Mei 2016), ketika ditanya kendala apa saja yang di alami Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan dalam mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan, mengatakan bahwa :

“Ada beberapa kendala di dalam mengatasi masalah permukiman kumuh di Kota Medan diantaranya adalah:

1. Terbatasnya lahan yang tersedia untuk lokasi pembangunan perumahan dan

pemukiman, terbatasnya lahan menyebabkan lahan yang tinggal sedikit menjadi mahal, dan menyebabkan pembangunan ilegal.

2. Rendahnya kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat, dengan padatnya

jumlah penduduk mempekecil peluang kerja dan menimbulkan pengangguran atau pekerja yang tidak menghasilkan secara maksimal.

3. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyediakan perumahan dan

pemukiman.

Pada dasarnya saat ini di Kota Medan, lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan perumahan MBR adalah di pinggiran kota. Hal ini disebabkan ketidaktersediaan lahan di daerah pusat kota dan kalaupun ada harga lahan yang mahal menjadi pertimbangan. Kondisi ini menimbulkan kendala lain yakni kurangnya infrastuktur dan masalah transportasi. Bagi sebagian masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerja di pusat kota, letak perumahan di pinggiran kota terkesan kurang tepat sasaran. Selain jarak yang jauh dan kurangnya sarana transportasi yang menopang, infrastruktur yang tersedia pun kurang memadai


(40)

dibandingkan dengan pusat kota yang notabene merupakan pusat pembangunan. Hal itu membuat pemerintah harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membangun infrastruktur dan sarana transportasi dalam mendukung pembangunan perumahan MBR di kota Medan. Kemudian kendala yang selanjutnya adalah anggaran pembiayaan. Saat ini biaya yang digunakan untuk pembangunan perumahan MBR berasal dari APBD Kota Medan yang jumlahnya terbatas. Namun dikarenakan posisi pembangunan perumahan yang terletak di pinggiran kota sehingga dibutuhkan biaya tambahan untuk membangun fasilitas umum dan sarana transportasi dalam menunjang perumahan MBR tersebut. Kurangnya biaya juga dikhawatirkan dapat menyebabkan tersendatnya pembangunan yang sedang berjalan sehingga membuat proyek yang sedang dikerjakan berjalan jauh dari target yang sudah ditetapkan. Kendala selanjutnya adalah kurangnya minat untuk developer lain untuk membantu dalam pembangunan perumahan MBR. Keterbatasan dana merupakan salah satu kendala yang mengganjal didalam pembangunan perumahan MBR. Dalam menyiasati hal ini, pemerintah kota Medan mencoba menjaring para investor termasuk para developer – developer perumahan untuk membantu pembangunan perumahan MBR. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan pihak developer untuk membantu pembangunan perumahan MBR, namun dikarenakan rendahnya keuntungan yang diperoleh membuat pihak developer kurang menaruh minat untuk bekerjasama dan ikut ambil bagian dalam pembangunan perumahan MBR”.


(41)

Menurut Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Bapak Drs. Riza Zulfi, MSP (dalam wawancara pada tanggal 3 Mei 2016) ketika ditanya pendapatnya tentang bagaimana seharusnya mengatasi permukiman kumuh yang tepat khususnya di Kota Medan, mengatakan bahwa :

“Cara yang tepat untuk menangani permukiman kumuh di Kota Medan yaitu untuk lahan legal: peningkatan kualitas rumah,penataan lingkungan, dan pembangunan sarana prasarana, sedangkan untuk lahan ilegal: relokasi ke rumah susun sewa (RUSUNAWA)”.


(42)

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil penelitan yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut :

A. Strategi yang Dilakukan Dinas Perumahan Dan Permukiman Kota Medan Untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan

Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan daerah pesisir/nelayan, yang meliputi : a. Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh.

b. Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman.

c. Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di perkotaan.

Untuk mendukung keberlanjutan permukiman, kualitas lingkungan secara keseluruhan dari segi fungsional, lingkungan, dan visual wujud lingkungan harus dapat terjaga sesuai dengan karakteristik dan dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan setempat serta dampak kesalingterkaitannya dengan kawasan disekitarnya pada skala yang lebih luas. Pada kawasan – kawasan permukiman kumuh, upaya peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan hanya terbatas pada aspek fisik lingkungannya, seperti pengadaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar kawasan permukiman, tetapi harus secara komprehensif didasari konsep


(43)

lingkungan, perumahan dan pendayagunaan prasarana serta sarana lingkungannya secara kontekstual, juga harus dapat secara seimbang menampung kebutuhan pengembangan sistem sosial masyarakat dan pemberdayaan ekonomi lokal masyarakatnya.

Upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman yang pernah dilaksanakan selama ini, seperti perbaikan kampung (KIP), pemugaran dan peremajaan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh dilaksanakan secara lebih komprehensif, sehingga untuk keberhasilannya sangat diperlukan aktualisasi konsep pembangunan partisipatif yang berbasis kepada keswadayaan masyarakat, termasuk didalamnya pertimbangan pengarusutamaan gender, dan melembaganya kemitraan positif dari berbagai pelaku pembangunan, tidak saja dari sisi pemerintah dan masyarakat, tetapi juga dari sisi dunia usaha. Pada kawasan permukiman padat penduduk di perkotaan dan permukiman kumuh di daerah pesisir/nelayan, upaya peningkatan kualitas permukiman juga sekaligus diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahannya, dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem rumah sewa, yang karena keterbatasan lahan di perkotaan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah, dapat berupa rumah susun sederhana (rusuna), atau rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

Dalam hal dikaitkan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, pembangunan rusuna/rusunawa tersebut harus tetap memberikan prioritas kepada masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah yang tinggal di permukiman kumuh tersebut untuk dapat lebih mudah mengakses kebutuhan


(44)

huniannya, dengan menciptakan berbagai kemudahan tertentu bagi mereka, dan tetap berpegang kepada prinsip pembangunan dengan tanpa menggusur.

2. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, yang meliputi :

a. Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba).

b. Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.

Pengembangan Kasiba dan Lisiba di daerah, termasuk Lisiba berdiri sendiri, adalah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana sebagai bagian dari kawasan khususnya di perkotaan, mulai dari kegiatan seperti penyediaan tanah siap bangun dan kaveling tanah matang, serta penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, termasuk utilitas umum, secara terpadu dan efisien, dan pelembagaan manajemen kawasan yang efektif.

Untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping melalui pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan Pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis sebagai kegiatan stimulan dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah.


(45)

Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri. Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan cenderung kumuh. Keragaman fungsi secara relatif terbatas dari Kasiba dan Lisiba, disamping dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, juga diharapkan dapat menampung secara seimbang kebutuhan perumahan dan permukiman bagi semua lapisan masyarakat, termasuk lapisan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

Sehingga dengan demikian mereka dapat terbantu untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati hunian yang layak, prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai dengan harga yang relatif lebih terjangkau, termasuk melalui pengembangan sistem subsidi silang bila diperlukan. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

3. Penerapan tata lingkungan permukiman, yang meliputi :

a. Pelembagaan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di daerah (RP4D).

b. Pelestarian bangunan yang dilindungi dan lingkungan permukiman tradisional.


(46)

c. Revitalisasi lingkungan permukiman strategis.

d. Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman.

Upaya pengembangan permukiman juga ditujukan secara seimbang bagi permukiman yang telah terbangun, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas permukimannya, melindungi nilai – nilai spesifik, unik, tradisional, dan bersejarah yang telah tercipta sepanjang umur kawasan, dan untuk meningkatkan kinerja kawasan sehingga dapat melampaui ukuran indeks minimal keberlanjutan kawasan. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan atau jangka panjang yang harus diupayakan dapat melembaga di setiap daerah, melalui peraturan daerah, yang untuk realisasinya harus dipantau dan dikendalikan dari waktu ke waktu, serta dikelola dengan tata pemerintahan yang baik dan melibatkan secara sinergi kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. RP4D merupakan arahan utama sehingga pada setiap kurun waktu tertentu para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman di daerah dapat mengukur dan mengevaluasi kinerja keberhasilan penataan lingkungan perumahan dan permukiman di daerah yang bersangkutan.

Perumahan atau permukiman yang bernilai spesifik dan unik ditinjau dari aspek sosial budaya, teknologi, dan arsitektural, bernilai tradisional, dan bernilai sejarah, termasuk secara khusus pada bangunan gedung dan lingkungannya, berdasarkan peraturan perundang-undangan cagar budaya yang ada dapat dikategorikan sebagai benda atau situs yang harus dilindungi dan dipelihara.


(47)

Perlindungan dan pemeliharaan yang dilakukan dapat mulai dari kegiatan pendataan, dan pemugaran, konservasi atau renovasi sampai dengan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan guna pelestarian khususnya nilai-nilai berharga yang terkandung didalamnya.

Pelestarian juga dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan jati diri masyarakat yang dinamis namun masih berbasis pada nilai – nilai kontekstual setempat. Dalam hal tertentu, upaya revitalisasi kawasan perumahan dan permukiman yang dinilai strategis tetap dimaksudkan untuk merealisasikan pembangunan berkelanjutan, namun dengan memanfaatkan potensi spesifik dari asset permukiman yang bisa dikembangkan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sejalan dengan dinamika masyarakat yang berinteraksi melakukan kegiatan berusaha, bersosial budaya, dan bertempat tinggal, keberlanjutan suatu permukiman menjadi sangat dipengaruhi oleh tingkat pencapaian masyarakat secara keseluruhan dari segi sosial, ekonomi, dan tuntutan lingkungan yang dikehendaki, disamping akan juga dibatasi oleh daya tampung dan daya dukung lahan atau ruang yang tersedia.

Karena itu, standar pelayanan minimal kawasan permukiman harus terus dimantapkan, sekaligus ditumbuhkembangkan aplikasi konsep penataan lingkungan permukiman yang responsif, yaitu yang layak huni, berjatidiri, dan produktif. Penataan lingkungan permukiman dapat dikembangkan mulai dari yang berskala tapak bangunan, suatu lingkungan, sampai dengan skala kawasan, dengan memperhatikan berbagai aspek seperti keragaman fungsi lingkungan/kawasan, aksesibilitas, ekologi lingkungan, dan kesalingterkaitan


(48)

dengan fungsi ruang dan kawasan lainnya, termasuk pertimbangan keberlangsungan keanekaragaman hayati yang ada.

Dalam rangka pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman, juga harus pula dipertimbangkan pentingnya mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya pemaksaan/penggusuran di dalam pelaksanaan pembangunan, mengembangkan pola hunian berimbang, menganalisis dampak lingkungan melalui kegiatan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten, dan menerapkan proses perencanaan dan perancangan kawasan permukiman yang partisipatif dan transparan, serta mengantisipasi potensi bencana alam yang mungkin terjadi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan Bapak Mukhyar (dalam wawancara pada tanggal 4 Mei 2016), mengatakan bahwa :

“Pihak pemko telah membuat strategi dalam mengatasi lingkungan yang ada di Kota Medan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat berpenghasilan rendah seperti melakukan pembedahan rumah bagi masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan dan menyiapkan rumah susun sewa dengan harga yang berbeda setiap lantainya, lantai pertama kedua dan ketiga adalah lantai yang paling mahal harga sewanya sekitar Rp 240.000 sedangkan lantai – lantai berikutnya mempunyai harga sewa sekitar Rp 170.000. Harga rumah susun sewa ini cukup murah agar para masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat


(49)

memiliki tempat tinggal yang layak huni, dan pihak pemko juga mengharapkan masyarakat yang menempati rumah susun sewa saat ini tidak selamanya tinggal di sana maksimal hanya lima tahun saja. Hal tersebut dimaksudkan agar para masyarakat dapat menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk dapat memiliki hunian permanen tanpa harus disubsudi oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang tetap memilih tinggal di rumah susun tersebut”.

Menurut Rindrojono (2013), Adapun faktor – faktor yang menyebabkan tumbuhnya di permukiman kumuh di daerah perkotaan, yakni :

1. Faktor Urbanisasi

Urbanisasi adalah substansi pergeseran atau transformasi perubahan corak sosio – ekonomi masyarakat perkotaan yang berbasis industri dan jasa – jasa. Proses Urbanisasi ini merupakan suatu gejala umum yang di alami oleh negara – negara yang sedang berkembang dan proses urbanisasi ini berlansung pesat di karenakan daya tarik daerah perkotaan yang sangat kuat, baik yang bersifat aspek ekonomi maupun yang bersifat non ekonomi. Selain itu, daerah pedesaan yang serba kekurangan merupakan pendorong yang kuat dalam meningkatkan arus urbanisasi ke kota – kota besar. Kota yang mulai padat penduduk dengan penambahan penduduk tiap tahunnya melampaui penyediaan lapangan pekerjaan yang ada di daerah perkotaan sehingga menambah masalah baru bagi kota. Tekanan ekonomi dan kepadatan penduduk yang tinggi bagi para penduduk yang urbanisasi dari desa, memaksa para urbanisasi ini untuk tinggal di daerah pinggiran sehingga akan terjadinya lingkungan yang kumuh dan menyebabkan banyaknya permukiman liar di daerah pinggiran ini.


(50)

2. Faktor Lahan Perkotaan

Lahan di daerah perkotaan semakin hari luas lahannya berkurang akibat pertumbuhan penduduk yang melonjak drastis dari tahun ke tahun, ini merupakan permasalahan yang di hadapi di daerah perkotaan sehingga masalah perumahan di daerah perkotaan merupakan masalah serius yang dihadapi daerah perkotaan. Permasalahan perumahan sering disebabkan karena ketidakseimbangan antara penyedian unit rumah bagi orang yang berekonomi lemah dan kaum yang tergolong ekonomi mampu di daerah perkotaan. Sehingga banyak masyarakat yang berekonomi lemah hanya mampu tinggal di unit – unit hunian di permukiman yang tidak layak.

3. Faktor Prasarana dan Sarana

Kondisi sarana dan prasarana dasar di permukiman seperti air bersih, jalan, drainase, jarinhan sanitasi, listrik, sekolah, pusat pelayanan, ruang terbuka hijau, dan pasar tidak memenuhi standar dan tidak memadai sehingga menyebabkan permukiman tersebut bisa menjadi kumuh.

4. Faktor Sosial dan Ekonomi

Pada umumnya sebagaian besar penghuni lingkungan permukiman kumuh mempunyai tingkat pendapatan yang rendah karena terbatasnya akses terhadap lapangan kerja yang ada. Tingkat pendapatan yang rendah ini yang menyebabkan tingkat daya beli yang rendah pula atau terbatasnya kemampuan untuk mengakses pelayanan sarana dan prasarana dasar. Selain itu, ketidakmampuan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak huni menambah permasalahan permukiman di daerah perkotaan.


(51)

5. Faktor Tata Ruang

Dalam tata ruang, permukiman kumuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bentuk struktur ruang kota. Oleh karena itu, perencanaan tata ruang kota arus didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan kota harus dilakukan sesuai dengan daya dukungnya termasuk daya dukung yang relatif rendah di lingkungan permukiman kumuh. Jika salah pemahaman dan pemanfaatan ruang kota akan menimbulkan dampak yang merusak lingkungan serta berpotensi mendorong tumbuh kembangnya lingkungan permukiman kumuh atau tumbuhnya permukiman kumuh baru di daerah perkotaan, bahkan jadi akan menghapus lingkungan permukiman lama tau kampung – kampun g kota yang mempunyai nilai warisan budaya tinggi.

Menurut Khomarudin (1997) penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut :

1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah

2. Sulit mencari pekerjaan

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah

4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang – undangan,

5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah,

6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Mukhyar (Hasil wawancara 4 Mei 2016) adanya permukiman kumuh di Kota Medan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :


(52)

“Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya permukiman kumuh di Kota medan yaitu faktor ekonomi, ketidakmampuan masyarakat memperbaiki rumah tinggal mereka, tingginya permintaan/kebutuhan tempat tinggal sedangkan luas lahan yang semakin terbatas, dan yang terakhir kepadatan penduduk”

Yang menjadi faktor penyebab terjadinya permukiman kumuh di Kota Medan adalah:

a. Faktor Ekonomi

Warga masyarakat umumnya berpenghasilan rendah dengan mata pencaharian tidak tetap sehingga sulit menjamin kebutuhan sehari – hari, terutama pada saat terjadinya musibah dalam keluarga (sakit atau kematian). Sebagai akibat dari keadaan itu, tidak jarang terjadi seluruh anggota keluarga terpaksa harus mencari penghasilan tambahan termasuk anak-anak di bawah umur. Suatu permukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejaan dari kemiskinan, karena pada umumnya di permukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita jumpai di kawasan perkotaan. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

Pada umumnya sebagian besar penghuni lingkungan permukiman kumuh mempunyai tingkat pendapatan yang rendah karena terbatasnya akses terhadap lapangan kerja yang ada. Tingkat pendapatan yang rendah ini menyebabkan tingkat daya beli yang rendah pula atau terbatasnya kemampuan untuk mengakses pelayanan sarana dan prasarana dasar.Ketidakmampuan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga menjadi faktor penyebab munculnya permukiman kumuh di daerah perkotaan. Keterbatasan penghasilan akibat dari semakin sulitya mencari pekerjaan didaerah perkotaan membuat masyarakat yang berada di garis


(53)

kemiskinan semakin kesulitan untuk menyediakan perumahan yang layak huni bagi mereka sendiri.

Ketika kebutuhan – kebutuhan itu tidak terpenuhi, masyarakat berusaha dengan orientasi memenuhi kebutuhan hidup. Dan ketika mereka berhadapan dengan keterbatasan pekerjaan formal yang jelas strukturnya, mereka menciptakan pekerjaan – pekerjaan informal yang memberi peluang untuk melangsungkan kehidupan. Tercukupinya kebutuhan hidup adalah konsep sederhana tentang kebahagiaan yang dimiliki oleh kaum miskin. Namun, dalam usaha mereka tersebut, mereka berhadapan dengan roda pembangunan ciptaan penguasa yang tidak berpihak pada mereka.

b. Tingginya permintaan atau kebutuhan tempat tinggal sedangkan luas lahan terbatas.

Pertumbuhan dan perkembangan kota yang sangat pesat telah menyebabkan berbagai persoalan serius diantaranya adalah permasalahan perumahan. Permasalahan perumahan sering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penyediaan unit hunian bagi kaum mampu dan kaum tidak mampu di perkotaan. Di samping itu sebagian kaum tidak mampu untuk menopang kehidupannya, sehingga kaum tidak mampu ini hanya mampu tinggal di unit – unit hunian standar di permukiman yang tidak layak.

Permasalahan perumahan di atas semakin memberatkan kaum tidak mampu ketika kebijakan investasi pemanfaatan lahan mengikuti arus mekenisme pasar tanpa mempertimbangkan secara serius pentingnya keberadaan hunian yang layak bagi kaum miskin diperkotaan. Investasi pemanfaatan lahan yang salah, semata – mata berpihak pada kaum mampu pada akhirnya mendorong lingkungan


(54)

permukiman kaum tidak mampu yang tidak layak ini terus mengalami penurunan kualitas dan rentan masalah sosial lainnya.

c. Kepadatan penduduk.

Kepadatan penduduk dengan kecepatan pertumbuhannya dapat menekan terciptanya lingkungan padat penduduk, eksploitasi lingkungan semakin tinggi, kesejahteraan masyarakat semakin rendah, menimbulkan masalah kemiskinan. Konsep kebijaksanaan wawasan lingkungan, dapat ditegak apabila, penekanan terhadap pertumbuhan perataan penduduk, pengawasan terhadap aktivitas industri peningkatan pertumbuhan ekonomi peningkatan sumber daya manusia, maka kemampuan untuk mengangkat sumber daya alam.

B. Kendala Dalam Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan.

Upaya dari dinas perumahan dan permukiman masih menemui kendala dalam melaksanakan strategi untuk mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan khususnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri dikarenakan strategi dalam mengatasi permukiman kumuh ini melibatkan beberapa aspek secara luas yang saling terikat dan berhubungan satu sama lain. Dari hasil wawancara dengan informan utama Sekretaris Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Bapak Drs. Riza Zulfi, MSP (dalam wawancara pada tanggal 3 Mei 2016), dapat diketahui bahwa ada lima kendala secara umum yang menghambat strategi dalam mengatasi permukiman kumuh , yaitu :


(55)

a. Keterbasan lahan

Terbatasnya lahan yang tersedia untuk lokasi pembangunan perumahan dan permukiman, terbatasnya lahan menyebabkan lahan yang tinggal sedikit menjadi mahal, dan menyebabkan pembangunan ilegal.

b. Rendahnya kondisi sosial ekonomi sebagian masyarakat, dengan padatnya

jumlah penduduk mempekecil peluang kerja dan menimbulkan pengangguran atau pekerja yang tidak menghasilkan secara maksimal.

c. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam menyediakan perumahan dan

permukiman.

Kendala eksternal dalam menyediakan perumahan dan permukiman MBR adalah keterbatasan anggaran pembangunan. Keterbatasan anggaran merupakan masalah yang paling mendasar di setiap pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Kendala yang dihadapi oleh Dinas Perumahan dan Permukiman dalam pembangunan perumahan MBR adalah kurangnya kebijakan dari pemerintah daerah dan rendahnya partisipasi pihak developer dalam membantu pembangunan perumahan MBR. Salah satu penyebab rendahnya partisipasi pihak developer dalam membangun perumahan MBR adalah kurangnya kebijakan pemerintah yang mengatur peran developer di dalam pembangunan karena itu Dinas Perumahan dan Permukiman berusaha mengajukan Raperda untuk memperbarui dan mempertegas kebijakan yang sudah ada.

Selain keterbasan dana kendala yang dihadapi oleh pemerintah yaitu kurangnya sumber daya manusia. Masih kurangnya sumber daya manusia didalam pemeritahan yang mengelola tata ruang yang mengatur lokasi pembangunan dan model pembangunan perumahan. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang


(56)

dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan berpatokan selalu dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan dan seminar – seminar yang dilakukan secara lokal manupun secara nasional.


(57)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan strategi pembangunan perumahan dan permukiman dalam mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pihak Pemko telah melakukan strategi untuk mengatasi permukiman kumuh di Kota Medan seperti melakukan pembedahan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pembangunan rumah susun sewa.

2. Penyebab terjadinya permukiman kumuh di Kota Medan, antara lain: a. Faktor Ekonomi

b. Tingginya permintaan atau kebutuhan tempat tinggal sedangkan luas lahan terbatas.

c. Kepadatan Penduduk

3. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui kendala – kendala yang dihadapi oleh Dinas Perumahan dan Permukiman. Kendala – kendala itu antara lain ketersediaan lahan untuk pembangunan perumahan MBR, terbatasnya anggaran, belum ditemukannya model pembangunan perumahan MBR yang tepat untuk diterapkan dan kurangnya peran developer dan pemerintah dalam mendukung perencanaan pembangunan perumahan MBR.


(58)

B. Saran

Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk penataan lingkungan permukiman kumuh adalah :

1. Lebih mengefektifkan penertiban administrasi kependudukan bekerja sama dengan perangkat desa yang mewilayahi permukiman kumuh.

2. Peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat.

3. Sosialisasi kebijakan pemerintah kota, terkait dengan program penataan kembali permukiman kumuh perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan kelompok masyarakat di permukiman kumuh.

Solusi untuk mengatasi masalah permukiman kumuh di Kota Medan adalah:

1. Membuka Balai Latihan Kerja

Salah satu faktor permukiman kumuh adalah faktor kemiskinan, kemiskinan terjadi karena tidak mendapatkan pekerjaan sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini dapat dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, pendidikan yang rendah atau tidak mempunyai keterampilan kerja yang diharapkan oleh perusahaan. Sehingga mereka yang tidak memenuhi kriteria para pencari kerja akan tersingkir oleh orang – orang yang memiliki keterampilan kerja. Akhirnya mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dapat diatasi dengan membuka balai latihan kerja yang memberikan pelatihan pelatihan/keterampilan sesuai dengan kriteria para pencari kerja sehingga mereka menjadi tenaga – tenaga


(59)

2. Aktivitas Hijau di Lingkungan Kumuh

Daerah yang semestinya menjadi daerah hijau atau daerah resapan banyak yang sudah berubah fungsi menjadi daerah kumuh. Jika digusur bukannya menghilang malah semakin bertambah dan bertambah seperti jamur di musim hujan. Yang perlu dilakukan adalah masyarakat kumuh diberikan penyuluhan dan pembinaan yaitu dengan aktifitas hijau seperti melakukan daur ulang sampah menjadi pupuk atau memilah sampah untuk didaur ulang sehingga dapat memberikan penghasilan untuk dapat menunjang hidup.

3. Membangun Perumahan Murah

Membangun perumahan di bantaran kali, kolong jembatan, ataupun di pinggiran rel kereta api memang tidak dibenarkan. Biaya perumahan yang sangat tinggi itulah yang menjadi alasan mereka untuk membangun tempat tinggal seadanya di daerah –daerah yang tidak semestinya. Untuk itulah peran pemerintah diperlukan untuk membantu menyediakan perumahan/tempat tinggal murah bagi penduduk yang ekonominya masih di bawah standar.


(60)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara akurat dan sistematif mengenai sifat-sifat populasi dan daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Penelitian ini berupaya untuk melakukan deskripsi mengenai strategi pembangunan perkotaan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh pihak-pihak yang terkait secara mendalam oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution No.17, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara.


(61)

C. Informan Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang diteliti, maka dipergunakan teknik informan. Dalam penelitian ini, ada dua jenis informan yaitu: informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti dan mendapat posisi atau jabatan yang mengetahui jelas objek yang sedang diteliti, sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti dengan dasar mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Oleh sebab itu, dengan dasar pertimbangan tersebut maka yang menjadi informan kunci adalah:

1. Sekretaris Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan. 2. Sub Dinas Bidang Pembangunan Pemeliharaan dan Pengelolaan

Untuk memperkaya data yang akan diolah, maka diambil juga informan biasa yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu pegawai dari dinas perumahan dan pemukiman serta pihak – pihak yang terkait dalam permasalahan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari data mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.


(62)

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian, teknik ini dapat dilakukan dengan cara:

a.1. Wawancara : Tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Menurut Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan

(interviewer) dan pewawancara yang memeberikan jawaban atas

pertanyaan (interview).

a.2. Observasi : Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting karena peneliti dapat menggambarkan situasi yang terjadi pada tempat yang diteliti.

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

b.1. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, literature, internet dan sumber – sumber lain yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

b.2. Studi Dokumentasi : Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber – sumber lain yang terkait dengan objek penelitian (Bungin, 2007:116-117).


(63)

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif. Dimana analisa dilakukan dengan mengorganisir data, menjabarkannya kedalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan menyusun kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:246). Adapun langkah – langkah dalam menganalisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, menfokuskan pada hal yang penting dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data

Langkah selanjutnya ialah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian kualitatif adalah berupa temuan baru yang belum pernah ada.


(64)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota – kota besar di negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor – faktor alami yaitu kelahiran dan terutama juga pengaruh dari perpindahan penduduk yang sangat pesat dari desa ke kota (urbanisasi). Laju pertumbuhan penduduk yang pesat ini tentu akan membawa beragam permasalahan di daerah perkotaan seperti kemacetan kota, kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, munculnya pemukiman kumuh (slum area) terutama pada lahan-lahan kosong seperti jalur hijau disepanjang bantaran sungai, bantaran rel kereta api, taman-taman kota maupun di bawah jalan layang.

Pemukiman kumuh (slum area) adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terdapat di daerah perkotaan. Pemukiman kumuh ini merupakan pemukiman liar karena dibangun di atas tanah milik negara atau tanah milik orang lain. Ciri-ciri permukiman kumuh ini adalah banyak dihuni oleh pengangguran, tingkat kejahatan/kriminalitas tinggi, emosi warga tidak stabil, miskin dan berpenghasilan rendah, daya beli rendah, kotor, jorok, tidak sehat dan tidak beraturan, warganya adalah kaum migran yang bermigrasi dari desa ke kota, fasilitas publik sangat tidak memadai, kebanyakan warga slum bekerja sebagai pekerja kasar dan serabutan, bangunan rumah kebanyakan gubuk-gubuk dan rumah semi permanen.


(65)

Keberadaan permukiman kumuh menjadi salah satu indikator gagalnya pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan perumahan dan tata kota yang berkelanjutan. Selain menimbulkan keruwetan tata ruang kota maka padatnya permukiman kumuh di sepanjang bantaran sungai, bantaran rel kereta api, areal pemakaman umum, di bawah jembatan maupun jalan layang ini juga berdampak bagi lingkungan hidup, kesehatan dan standar hidup warga perkotaan, serta rawan menimbulkan tindak kejahatan. Konflik juga tak terhindarkan ketika pemerintah daerah berusaha mengatur tata ruang dan tata kota yang amburadul, sementara keberadaan permukiman kumuh justru dianggap sebagai solusi bagi warga miskin yang hidup di perkotaan. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah pada proses penggusuran, relokasi, dan pembebasan lahan sangat minim sehingga sering kali menimbulkan penolakan warga, bahkan tak jarang mereka sampai bertindak anarkis demi membela tempat tinggal miliknya.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa permasalahan permukiman kumuh harus mendapat skala prioritas dalam penanganannya. Penghuni pemukiman kumuh (slum area) adalah sekelompok orang yang datang dari desa menuju kota dengan tujuan ingin mengubah nasib atau ingin mendapatkan kesuksesan, karena tidak mendapatkan peluang atau keberhasilan di daerah asalnya. Mereka mencoba keberuntungannya di kota tanpa adanya keahlian yang memadai dan jenjang pendidikan yang cukup, sehingga akhirnya memasuki sektor informal yang terdapat di kawasan perkotaan. Mereka merupakan kaum termiskin di kota yang bekerja sebagai kuli pelabuhan, tukang becak, buruh kasar, tukang gali, kuli bangunan, menyemir sepatu, memungut barang-barang bekas (pemulung), menyapu jalan dan lain-lain.


(66)

Akibatnya mereka berada dalam kehidupan ekonomi yang miskin karena hanya memiliki penghasilan yang rendah tetapi harus berhadapan dengan biaya hidup yang tinggi di kota. Rendahnya upah, parahnya pengangguran dan setengah pengangguran menjurus pada rendahnya pendapatan, langkanya harta milik yang berharga, tiadanya tabungan, tidak adanya persediaan makanan dan terbatasnya jumlah uang tunai.

Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia juga memiliki masalah dalam penataan pemukiman penduduk yaitu banyaknya pemukiman kumuh yang menghiasi Kota Medan. Alasan pemerintah atas perkembangan permukiman kumuh ini tidak lain adalah masalah dana yang tidak memadai, hal ini disampaikan oleh Tondi Nasha Yusuf Nasution selaku Kepala seksi Pembina Rumah Formal dan Swadaya Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan bahwa Penanganan sebenarnya sudah dilakukan. Bahkan di seluruh kawasan sudah dilakukan penataan. Hanya saja hal itu tidak sepenuhnya dilakukan karena

terbatasnya anggara

Kawasan permukiman kumuh di Kota Medan saat ini diperkirakan mencapai 22,5% dari luas wilayah Kota Medan yang terdiri dari 88.166 unit rumah atau 13,62% dari jumlah rumah yang ada di Kota Medan. Kawasan permukiman kumuh tersebut tersebar di 145 titik lokasi, dimana pada umumnya berada pada bantaran sungai dan bantaran rel kereta api, terutama di pusat kota (Pemko Medan, 2012). Pemukiman kumuh tersebut menyebar di Kelurahan TegalSari Mandala I dan II, Kelurahan Binjai Medan Denai, Kelurahan Bahari Medan Belawan, Kelurahan Medan Barat, Kelurahan Aur Medan Maimoon, Kampung Madras Kecamatan Medan Petisah (waspada online, 2011). Jumlah


(1)

Arief Damanik yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Kepada sahabat – sahabat penulis Ucai, Kecik, Mami, Tari Siantar Top dan seluruh anggota JalanJalanMenKrik yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

10.Kepada seluruh rekan Administrasi Negara di Fisip USU yang telah banyak memberikan bantuan baik selama masa perkuliahan maupun dalam pembuatan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Negara Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2016 Penulis


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Teori ... 10

1. Strategi ... 10

2. Pembangunan ... 11

a. Alat Ukur Pembangunan ... 12

3. Perumahan dan Permukiman ... 13

a. Pengertian Perumahan ... 13

b. Pengertian Permukiman ... 14

4. Pembangunan Perumahan ... 14

a. Asas Pembangunan Perumahan dan Permukiman ... 15

b. Aspek – aspek yang Terkait Dalam Perumahan dan Permukiman ... 17


(3)

5. Permukiman Kumuh ... 24

a. Cara Mengatasi Permukiman Kumuh ... 25

6. Permukiman Kumuh di Kota Medan ... .. 34

F. Definisi Konsep ... 39

G. Sistematika Penulisan ... 40

BAB II METODE PENELITIAN ... 41

A. Bentuk Penelitian ... 41

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Indorman Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisa Data ... 44

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... ... 45

A. Gambaran Umum Kota Medan ... 45

1. Visi dan Misi Kota Medan ... .. 46

2. Kondisi Geografis Kota Medan ... 47

3. Kondisi Demografis Kota Medan ... . 48

4. Kondisi Sosial Kota Medan ... .. 53

5. Kondisi Perumahan Kota Medan ... 54

B. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... ... 56

1. Visi dan Misi Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... ... 58

a. Visi ... . 58


(4)

viii

2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 59

3. Struktur Organisasi ... .. 66

4. Kepegawaian Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... . 68

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 70

A. Hasil Penelitian ... . 70

1. Strategi yang Dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan ... 70

2. Kendala Dalam Mengatasi Permukiman Kumuh di Kota Medan ... 77

BAB V PEMBAHASAN ... . 80

A. Strategi yang Dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan Untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh di Kota Medan ... ... 80

B. Kendala Dalam Mengatasi Permukiman Kumuh di Kota Medan ... ... 92

BAB VI PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... .. 95

B. Saran ... . 96 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN – LAMPIRAN ...


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Perumahan dan

PermukimanKota Medan ... 67 .


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan

Lingkungan Kumuh di Kota Medan 2015 ... 31

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan

Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 50 Tabel 3.2 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Tahun 2012 ... 51

Tabel 3.3 Sumber Daya Dinas Perumahan dan Permukiman