Penilaian Status Gizi Status Gizi

Penggunaan indeks BBU memiliki beberapa kelebihan, diantaranya : a Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum b Sensitif terhadap perubahan status gizi jangka pendek c Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis d Dapat mendeteksi kegemukan e Berat badan dapat berfluktuasi Di samping itu, indeks BBU juga memiliki kekurangan, yaitu: a Dapat berakibat terjadinya kekeliruan interpretasi status gizi jika terdapat edema b Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak balita c Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian dan gerakan anak saat penimbangan d Di daerah pedesaan yang masih terpencil, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik e Secara operasional, sering mengalami hambatan karena masalah sosial dan budaya setempat, misalnya orang tua yang tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya. Status gizi dapat dinilai dengan persentase media dan standar deviasi Z-Score. Perhitungan untuk mencari nilai Z-Score Supariasa, 2002 adalah sebagai berikut :

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Hasdianah, dkk 2014, ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Sedangkan faktor tidak langsung, yaitu : a Pengetahuan, yaitu hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan seseorang juga akan bertambah karena pengalaman yang diperolehnya. Gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang, bahkan dapat ditemukan juga pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan akan manfaat makanan bagi kesehatan tubuh serta kurangnya keterampilan dibidang memasak dapat menurunkan konsumsi makan anak.

Dokumen yang terkait

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

1 58 84

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) PADA BALITA BGM TAHUN 2013 (Studi Kasus di Desa Sukojember Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember)

1 7 21

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat PMT-P di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 5 259

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PADA BALITA GIZI KURANG DI PUSKESMAS JAKENAN KABUPATEN PATI

2 10 14

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 2 25

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7

PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN TAHUN 2013 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK DI RUMAH PEMULIHAN GIZI KOTA SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 7

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK DI RUMAH PEMULIHAN GIZI KOTA SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 14