Tipe Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Prinsip Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak.

5. Tipe Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Memperhatikan tipe pemungutan atau perlakuan perolehan barang modal, dapat diklasifikasikan dalam : 5.1 Consumption Type Value Added Tax Pada tipe ini semua pembelian yang digunakan untuk produksi untuk produksi termasuk barang modal dikurangkan dari nilai tambahnya sehingga memberikan sifat netral Pajak Pertambahan Nilai atas pola produksi 5.2 Net Income Type Value Added tax Ada tipe ini tidak dimungkinkan adanya pengutangan pembelian barang modal, dari dasar pengenaan. Pengurangan tersebut diperkenankan hanya sebesar penyusutan yang ditentukan pada saat menghitung net income dalam rangka perhitungan Pajak Penghasilan.Caraini berakibat pengenaan pajak dua kali atas barang modal. 5.3 Gross Product Type Value Added Tax Tipe ini menyatakan bahwa pembelian barang modal tidak diperkenankan sama sekali untuk dikurangkan dari dasar pengenaan pajak. Akibatnya sama saja yaitu barang modal dikenakan pajak dua kali pada saat pembelian dan dilakukan melalui hasil produksi yang dijual kepada konsumen.

6. Prinsip Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Dari mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, terdapat 2 dua prinsip pemungutan yaitu: 6.1 Prinsip Tempat Tujuan Destination Pada prinsip ini bahwa Pajak Pertambahan Nilai dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. Universitas Sumatera Utara 6.2 Prinsip Tempat Asal Origin Principle Pada prinsip tempat asal ini diartikan Pajak Pertambahan Nilai dipungut di tempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

7. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

Badan – badan tertentu dan bendaharawan yang ditunjuk untuk memungut dan menyetor Pajak Pertambahan Nilai yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak PKP yang melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak adalah: 7.1 Kantor Bendaharawan Pemerintah. 7.2 Bendaharawan Pemerintah Pusat dan daerah baik tingkat I maupun tingkat II. 7.3 Pertamina. 7.4 Kontraktor bagi hasil dan Kontrak Karya dibidang minyak dan gas bumi dan pertambangan umum lainnya. 7.5 Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri