PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE PEER GROUP TOWARD

LEARNING OUTCOMES AT THE STUDENTS OF SMA N 3 METRO GRADE XI ACADEMIC YEAR 2015/2016

By

DANEL MAHENDRA

The background of this research is the lack of the students’ Geography subject at grade XI social class in SMA N 3 Metro. This is occur because the teacher still uses conventional method. The objective of this research is to know the influence of peer group teaching method toward students’ Geography learning outcomes at the students of SMA N 3 Metro academic year 2015-2016. The reasercher uses randomized control-group pretest-postest design. The total sample is 52 students which are divided into two classes they are experiment class 27 students and contorl class 25 students. The researcher uses T-test, n-Gain and effect size to analyze the data. Based on the test criteria it can be concluded that there is significant influence towards the students out come of the students in the peer group class.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA

TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

DANEL MAHENDRA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Metro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode tutor sebaya terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Metro pada tahun pelajaran 2015-2016. Metode yang digunakan adalah metode Eksperimental. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2015-2016. Penelitian ini menggunakan Randomized control-group pretest-posttes Design. Dengan jumlah sampel sebanyak 52 siswa yang terdiri dari 27 di kelas eksperimen dan 25 siswa di kelas kontrol. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji T, n-Gain dan Efek Size. Berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan metode belajar tutor sebaya.


(3)

PENGARUH METODE BELAJAR TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI

DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh

Danel Mahendra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA

TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

(Skripsi)

Oleh

DANEL MAHENDRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 32 2. Rata-rata n-Gain siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 58


(6)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Kelas XI.... ... 71

2. RPP Kelas Eksperimen ... 76

3. Daftar Nilai Kelas Eksperimen ... 86

4. Daftar nilai kelas kontrol ... 87

5. Soal A (pretes)... ... 88

6. Soal B (postes)... ... 92

7. Validitas... ... 96

8. Reliabilitas... ... 98

9. Tingkat kesukaran butir soal ... 99

10. Tabel F... 100

11. Tabel chi2... ... 102

12. Tabel t... ... 103

13. Perhitungan Manual... 107

14. Tabel Interpretasi Effect Size ... 116

15. Dokumentasi Suasana Belajar ... 117

16. Denah Lokasi SMA Negeri 3 Metro ... 118

17. Peta lokasi sekolah... ... 119

18. Surat Izin Penelitian... ... 120


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Nilai Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Metro

Tahun Pelajaran 2014-2015 ... 2

2. Desain Penelitian ... 35

3. Interpretasi Nilai Hasil Belajar... 40

4. Kisi – kisi Soal tes ... 41

5. Interprestasi Nilai Reliabilitas ... 43

6. Interpretasi Gain Ternormalisasi Yang dimodifikasi ... 48

7. Interpretasi Efek Size ... 49

8. Data Jumlah Siswa SMA N 3 Metro Tahun 2014-2015 ... 54

9. Jenis Ruang di SMA N 3 Metro ... 56

10. Rata-rata Nilai Pretes, Posttes, dan n-gain ... 58

11. Nilai Χhitung, Χtabel Dan Kriteria Uji Normalitas ... 59

12. Nilai F Hitung, F Tabel Dan Kriteria Uji Homogenitas ... 60

13. Nilai T Hitung, T Tabel Dan Kriteria Uji Pengaruh ... 61


(8)

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Kegunaan Penelitian ... 8

1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Belajar ... 10

2.2 Pembelajaran ... 11

2.3 TeoriPembelajaranKognitif ... 11

2.4 HakikatPengajaranGeografi ... 13

2.5 MetodeBelajar Tutor Sebaya ... 17

2.6 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 24

2.7 Hasil Belajar ... 28

2.8 Pengaruh TutorSebaya Terhadap Hasil Belajar ... 29

2.9 Penelitian Yang Relevan ... 31

2.10KerangkaPikir ... 31

2.11Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode danDesainPenelitian ... 34


(10)

viii

3.1.2 Desain Penelitian ... 35

3.2 PopulasidanSampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel... 35

3.3JenisdanSumber Data ... 36

3.4ProsedurPelaksanaanPenelitian... 36

3.5Variabel ... 37

3.6DefinisiOperasionalVariabel... 38

3.6.1 MetodeBelajar Tutor Sebaya ... 38

3.6.2 Hasil Belajar... 39

3.7TeknikPengumpulan Data ... 40

3.7.1 TesHasilBelajar ... 40

3.7.2 TeknikDokumentasi ... 41

3.8UjiPersyaratanInstrumen... 41

3.8.1 UjiValiditasInstrumen ... 41

3.8.2 UjiReabilitasInstrumen ... 42

3.8.3 Daya Beda ... 44

3.9Analisis Data ... 44

3.9.1 UjiNormalitas ... 45

3.9.2 Ujihomogenitas ... 45

3.10UjiHipotesis ... 46

3.10.1Uji T ... 46

3.10.2Ujin-Gain ... 48

3.10.3UjiEfek Size ... 48

IV. PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.1.1Sejarah SMA Negeri 3 Metro ... 50

4.1.2Visi, Misi dan Tujuan SMA N 3 Metro ... 51

4.1.3 Keadaan Guru dan Karyawan SMA N 3 Metro ... 53

4.1.4Keadaan Siswa ... 54

4.1.5Kegiatan Ekstrakurikuler ... 55

4.1.6Kondisi Sekolah ... 56

4.2Penyajian Data, Uji Hipotesis dan Pembahasan ... 57

4.2.1Penyajian Data ... 57

4.2.2Uji Hipotesis (Uji t) ... 60

4.2.3Efek Size ... 62

4.2.4Pembahasan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 67

5.2Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

(12)

MOTO

“kerjakanapapun sekuat yang kamu bisa, bukan sekuat yang kamu pikir” (Danel Mahendra)

“Terkadang harus mundur 1 langkah untuk bisa melompat maju 10 langkah” (Danel Mahendra)


(13)

(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’Alamin,dengan rasa syukur kepada Allah SWT ku persembahkan karya sederhanaku ini kepada:

Bapakku (Haryanto) serta Ibuku (Komala Dewi, S.Pd) tercinta yang tiada kenal

lelah dalam mendidik dan mendo’akan keberhasilanku. Terima kasih atas

kasih sayang yang tidak putus mengiringi setiap perjalanan hidupku.

Kakakku (Defri Wahyu Prasetya, S.H), kedua adikku (Ragil Tri Indarsih dan

Ajeng Rizki Ramadhani) yang selalu membawa keceriaan, inspirasi dalam

hidupku dan semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pendidikan Geografi 2011


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simbarwaringin, Kecamatan Adipuro, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 13 Desember 1992 dari pasangan bapak Haryanto dan Ibu Komala Dewi S.Pd

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Metro pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2011.

Tahun 2011, Penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).


(16)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Belajar Tutor Sebaya Terhadap Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI Materi pokok Sebaran Flora dan Fauna di SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2015-2016.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik dan Bapak Dedy Miswar, S.Si, M.Pd selaku pembimbing II, yang keduanya telah banyak memberikan saran, arahan dan nasihat selama membimbing penulis, serta Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Pembahas dan Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:


(17)

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan da Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

6. Seluruh staff dan dosen Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

7. Ibu Dra. Purwaningsih., selaku kepala SMA Negeri 3 Metro, yang telah memberi izin untuk penelitian.

8. Ibu Ika Yuni Listiani, S.Pd selaku guru Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri 3 Metro atas izin dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 9. Keluarga besar geografi khususnya rekan-rekan seperjuangan angkatan 2011. 10. Sahabat-sahabatku Arief Try Cahyadi, Riki Zakaria, Fiki Fajarudin, Arisandi,


(18)

11. Dara Helmasena teman berbagi, bercerita, traveling, dan banyak hal lainnya. 12. Keluarga KKN desa Banjarsari Kecamatan Talangpadang, Kabupaten

Tanggamus.

13. Sahabat-sahabat Komunitas Motor Box Indonesia Chapter Bandar Lampung, Andalas Horse Power Team (AHTP) dan LINESCAPEDE yang selalu punya cara mengembalikan semangat ketika bosan melanda.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang anak untuk bekal masa depannya. Anak sebagai individu dan sebagai calon anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat dikembangkan. Sebagai individu yang utuh, anak memiliki dasar mental yang mencirikan vitalitas hidupnya. Dasar mental tersebut meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest), dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality), dorongan menemukan sendiri hal-hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery), dasar mental tersebut merupakan modal yang berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi kepentingan anak itu sendiri.

Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.


(20)

2

Untuk bisa mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri, diperlukan dukungan dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diharapkan dapat membawa perubahan tingkah laku dan pengetahuan ke arah yang lebih baik yang nantinya dapat berguna bagi kehidupannya dimasa yang akan datang.

Pada pelaksanaan suatu pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, tidak terlepas dari tiga pilar utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pelaksanaanya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, ketelitian, kecakapan, keuletan, ketekunan, dan keteladanan yang sangat baik dari seorang pendidik maupun peserta didik. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran dalam sebuah pendidikan sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model atau metode pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kompetensi dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru (Kosasih dalam Darsono, 2007:1). Ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa, karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran yang dilakukan (Azis Wahab dalam Darsono, 2007:2).

Tabel 1. Data Nilai Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2014-2015.

Materi KKM Kelas Jumlah Persentase Ket

XI 1 XI 2 XI 3 Sebaran Flora

dan Fauna

< 75 15 15 13 43 47.8 % Tidak Tuntas

≥ 75 17 15 15 47 52.2 % Tuntas

Jumlah 32 30 28 90 100%

Sumber Daya Alam Barang

< 75 13 14 14 30 33.3 % Tidak Tuntas


(21)

3

Tambang Jumlah 32 30 28 90 100%

Potensi Geografis Indonesia

< 75 12 13 12 37 41.1 % Tidak Tuntas

≥ 75 20 17 16 53 58.9 % Tuntas

Jumlah 32 30 28 90 100%

Sumber: Guru mata pelajaran Geografi kelas XI SMA Negeri 3 Metro

Berdasarkan tabel di atas, diketahui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di kelas XI untuk mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 3 Metro adalah 75. Dari data nilai di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki nilai hasil belajar kurang dari nilai KKM hampir separuh dari jumlah siswa kelas XI IPS yang ada di SMAN 3 Metro.

Pada materi pelajaran Geografi di kelas XI semester ganjil, terdapat 3 materi pokok yang diajarkan. Jika dilihat dari tabel di atas, maka akan terlihat persentase ketuntasan yang paling sedikit dari 3 materi pokok yang diajarkan adalah pada materi pokok sebaran flora dan fauna. Pada materi ini banyaknya siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar. Hal ini terlihat pada data ditabel yang menunjukan siswa yang nilainya tidak mencapai KKM atau dinyatakan tidak tuntas pada materi pokok sebaran flora dan fauna adalah sebanyak 47.8% dari total siswa kelas XI IPS, sedangkan siswa yang mencapai KKM dan dinyatakan tuntas adalah sebanyak 52.2%.

Hasil ini tergolong rendah jika mengutip standar dari debdikbud dalam Trianto (2008 :171) yang mengatakan setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) sesuai dengan KKM di SMAN 3 Metro, yaitu dengan nilai ≥ 75, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan Klasikal) jika dalam suatu kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya.


(22)

4

Dari hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 3 Metro, diketahui jika rendahnya hasil belajar yang didapat oleh siswa ini salah satunya diakibatkan karena sekolah ini masih menerapkan metode belajar konvensional seperti ceramah dan pemberian tugas khususnya pada materi pokok sebaran flora dan fauna. Sekolah ini sesungguhnya memiliki potensi yang cukup baik, karena untuk dapat masuk dan menjadi salah satu siswa di sekolah ini diterapkan beberapa tes untuk mengetahui seberapa besar potensi dan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, standar yang di terapkan sekolah ii pada proses seleksi penerimaan siswa baru juga cukup tinggi di banding beberapa SMA lain yang ada di Kota Metro. Sehingga hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa sekolah ini memiliki siswa dengan keseriusan dan kesungguhan belajar yang cukup tinggi. Tapi fakta di lapangan, pada beberapa materi nilai siswa banyak yang belum memenuhi KKM sehingga dinyatakan belum memenuhi syarat kelulusan.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin mencoba model yang lebih banyak melibatkan siswa (siswa diberlakukan dalam subyak belajar) adanya metode pembelajaran lain dalam menyampaikan pelajaran yaitu dengan metode pembelajaran tutor sebaya yang akan diterapkan pada kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 diberlakukan sebagai kelas kontrol. Kelas XI IPS 1 dipilih sebagai kelas eksperimen karena kelas ini merupakan kelas yang terhitung cukup aktif menurut pengamatan dari guru mata pelajaran yang mengajar dikelas ini, namun memiliki nilai ketuntasan yang lebih sedikit atau lebih rendah dari kelas lainnya.

Metode tutor sebaya ini memperdayakan siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidangnya, siswa yang berkompeten tersebut


(23)

5

bertugas untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya yang belum faham dari materi, sehingga memenuhi ketuntasan belajar. Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seseorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lainnya (Silberman, 1996: 165).

Dalam metode tutor sebaya ini akan lebih memberdayakan siswa-siswa yang mampu dan aktif untuk menjadi tutor bagi temannya, karena fakta di lapangan menujukkan bahwa tingkat emosi antara siswa dengan guru berbeda, anak yang belajar dari temannya memiliki status dan tingkat umur yang cenderung sama maka dia tidak akan merasa terpaksa dalam menanggapi ide-ide ataupun sikap dari gurunya, dalam tutor sebaya akan lebih bebas dalam menyampaikan pendapatnya dan dapat lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar, untuk itu perlu adanya teman sebagai pembantu dalam belajar yang disebut tutor sebaya.

Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sesuai dengan usianya akan lebih berkesan bagi anak didik, siswa akan merasa nyaman dan tidak ada rasa canggung dalam proses pembelajaran. Motivasi dari teman akan menambah rasa kepercayaan diri dan akan lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran geografi, dimana pemahaman konsep ini merupakan salah satu penilaian haasil belajar pada ranah kognitif. Apabila anak yang berprestasi dilibatkan dalam proses belajar mengajar akan lebih efektif lagi, anak yang berprestasi akan meningkatkan belajarnya lebih giat, sedangkan yang masih kurang dapat terbantu dengan anak yang berprestasi dengan cara


(24)

6

belajar dengan temannya.

Karena Menurut Gary D. Borich (1996:78), teman sebaya memiliki berbagai fungsi dalam proses belajar. “The peer group can influence and even teach students how to behave in class, study for tests, converse with teachers and school administrators, and can contribute to the success or fail ure of performance in school in many other ways” (Teman sebaya dapat memberi pengaruh dan juga mengajari teman sebayanya bagaimana bertindak di dalam kelas, belajar untuk test, dengan guru-guru, dan administrasi sekolah dan dapat memberi konstribusi untuk kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan kelas belajar dan lain sebagainya).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk malakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2015-2016.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Masih digunakannya model pembelajaran yang konvensional. b. Kurangnya metode pembelajaran yang inovatif oleh guru.


(25)

7

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. apakah ada pengaruh penggunaan metode belajar tutor sebaya terhadap hasil belajar geografi materi persebaran flora dan fauna siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro tahun ajaran 2015/2016 ?

2. Adakah perbedaan nilai n-Gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol? 3. Seberapa besar pengaruh metode tutor sebaya terhadap hasil belajar geografi

siswa?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan metode belajar tutor sebaya terhadap hasil belajar geografi materi persebaran flora dan fauna siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai n-Gainantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metode tutor sebaya terhadap hasil belajar geografi siswa.


(26)

8

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

1.5.2 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran khususnya bagi guru geografi di SMA Negeri 3 Metro dalam upaya menumbuhkan dan menciptaqkan susasana belajar yang lebih kondusif dengan minat belajar yang lebih baik.

1.5.3 Sebagai penambah wawasan bagi peneliti mengenai bidang pendidikan, khususnya dalam memahami jarak sekolah dan tempat tinggal dan minat belajar sebagai salah satu faktor penunjang prestasi.

1.5.4 Sebagai bahan referensi dalam penelitian sejenis.

1.6 Ruang Lingkup 1.6.1 Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian Penggunaan Metode Belajar Tutor Sebaya terhadap peningkatan hasil belajar

1.6.2 Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 3 Metro.

1.6.3 Tempat Penelitian


(27)

9

1.6.4 Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun pelajaran 2015/2016

1.6.5 Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu penelitian adalah ilmu pendidikan khususnya pada pembelajaran geografi. Menurut Nursid (2001: 12) pembelajaran geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pembelajaran geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.


(28)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Menurut Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 116-117) belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya.

Menurut Nana Sudjana dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 117-118) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, peahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek lain yang ada pada individu.

Menurut Sri Rumini Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 125) mengatakan bahwa siswa yang telah melakukan aktivitas belajar dapat dilihat dari cirri-cirinya.

a. Adanya perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa, baik tingkah laku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak.

b. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa mencakup perubahan tingkah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

c. Perubahan yang terjadi deisebabkan adanya pengalaman belajar dan latihan yang dialami siswa sendiri. Oleh sebab itu, perubahan seperti kerusakan fisik, penyakit, pertumbuhan dan kematangan, hipnotis, dan hal-hal lainnya tidak dianggap sebagai hasil belajar.


(29)

11

e. Belajar merupakan proses yang diusahakan sehingga kadangkala membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai perubahan tingkahlaku yang diinginkan.

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sugiyono dan Hariyanto dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 131), didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Pengertian tersebut menekankan pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk penyampaian materi tidak serta-merta menyampaikan materi (transfer of knowledge), tetapi lebih pada bagaimana menyampaikan dan mengambil nilai-nilai (transfer of value) dari materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan siswa.

Sedangkan menurut Sugihartono dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 131) mendefinisikan pembelajaran secara lebih rasional, yaitu sebagai suatu upaya yang dilakukan pendidik atau guru secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, dengan cara mengorganisasikan dan menciptakan suatu sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal.

2.3 Teori Belajar Kognitif

Menurut Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 164) teori belajar kognitif memandang belajar sebagai sebuah proses belajar yang mementingkan pross belajar itu sendiri daripada hasil belajarnya.


(30)

12

Menurut Asri Budiningsih dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 164), belajar dalam pandangan penganut aliran kognitif tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja. Akan tetapi, merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir secara kompleks, artinya terdapat aktivitas selama proses belajar yang terjadi di dalam otak individu.

Teori kognitif lebih menekankan pada gagasan bahwa masing-masing bagian dari sebuah informasi dan situasi selama proses pembelajaran akan saling berhubungan dengan keseluruhan konteks pengetahuan tersebut sehingga akan lebih bermakna. Oleh sebab itu, pemahaman kunci terhadap teori pembelajaran kognitif menurut sugiyono dan hariyanto dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 165) adalah (a) system ingatan atau memori di dalam otak selama individu belajar merupakan suatu prosesor informasi yang aktif dan terorganisasi dan (b) pengetahuan awal pada individu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Perkembangan teori belajar kognitif ini pada akhirnya berkembang yang salah satunya menjadi teori konstruktivistik. Menurut Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 167) teori ini memercayai kemampuan individu dalam membentuk dan menyusun (mengkonstruksi) sendiri pengetahuannya. Hal ini disebabkan pengetathuan merupakam suatu bentuk hasil konstruksi atau bentukan individu itu sendiri.

Menurut Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 168), konsep dasar yang muncul sebagai acuan melihat teori belajar konstruktivistik sebagai berikut.

1) Pengetahuan pada individu akan di konstruksikan melalui pengalaman.


(31)

13

2) Belajar merupakan proses dan aktivitas penafsiran atau penerjemahan seccara personal tentang dunia nyata.

3) Belajar merupakan sebuah proses aktif yang mana proses pemberian makna dibangun dan dikembangkan berdasarkan pengalaman-pengalaman.

4) Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, proses ujian juga dapat dilaksanakan dan di integrasikan dengan tugas-tugas tertentu sehingga tidak memisahkan proses belajar dan penilaian.

Salah satu tokoh perkembangan teori belajar konstruktivistik John Dewey dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013:169) mengatakan proses pembelajaran dan pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membangun kesadaran sosial siswa. Sehingga ia menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan bekerjasama dalam tim atau kelompok belajar. Guru berperan sebagai fasilitator, sekaligus sebagai bagian dari kelompok belajar di kelas tersebut, dan aktif melakukan kegiatan diskusi bersama siswa. Atas dasar itulah kemudian muncul metode belajar siswa aktif, SCL (social-centered learning) atau pembelajaran berpusat pada siswa dalam konteks dan tujuan untuk membentuk pengetahuan pada siswa melalui pengalaman sosial pada siswa secara nyata.

2.4 Hakikat Pengajaran Geografi

Berkenaan dengan pengertian geografi, Richard Hartshorne (1960:47) dalam nursid sumaatmadja 2001, mengemukakan, “geographynis that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from plae to place of the earth as the world of man.” Pada batasan ini Hartshorne menekankan kepada karakter variabel dari satu tempat ke tempat lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai bidang ilmu mencari


(32)

14

penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi yang menciikan tempat-tempat di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Pada interaksi itu termasuk pemanfaatan sumber daya lingkungan oleh manusia bagi kepentingan hidupnya.

Pakar-pakar geografi pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut: geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Dari pengertian yang di kemukakan diatas, dapat diketengahkan di Sinai bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan (1) permukaan bumi (geosfer) (2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer), (3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta (5) analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi.

2.4.1 Ruang Lingkup Pengajaran Geografi

Baik studi geografi maupun pengajaran geografi, hakikatnya berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi meliputi:

1. Alam lingkungan yang menjadi sumberdaya bagi kehidupan manusia. 2. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupan.

3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap cirri khas tempat-tempat di permukaan bumi.


(33)

15

4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara di atasnya.

Ruang lingkup inilah yang memberikan cirri yang karakteristik terhadap pengajaran geografi. Apapun yang akan diproses pada pengajaran geografi, materinya selalu digali dari permukaan bumi pada suatu lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang memberikan cirri khas kepada wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-fator geografi pada lokasi yang bersangkutan. Secara bertahap dan makin lama makin luas dan mendalam, materi-materi geografi itu dalam proses belajar-mengajar tidak keluar dari ruang lingkup pengajaran geografi yang menjadi cirri khasnya.

2.4.2 Karakter Pengajaran Geografi

Studi geografi berkenaan dengan pengorganisasian ruang hasil interaksi antara faktor manusia dengan faktor-faktor geografi lainnya. Untuk itu di perlukan pengetahuan dasar berkenaan dengan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain sebagainya. Untuk kepentingan tersebut, artinya harus menerapkan pendekatan sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya.

Selain menyoroti aspek manusia, studi geografi juga menyoroti lingkungan fisik yang melatarbelakangi kehidupan manusia itu, meliputi cuaca dan iklim, kesuburan tanah, keadaan batuan, kelautan, dan lain sebagainya.


(34)

16

2.4.3 Posisi Pengajaran Geografi

Preston E James dalam Nursid Sumaatmadja (2001: 15) seorang ahli geografi Amerika Serikat Menyatakan, “geography has sometimes been called the mother of science, since many field of learning that started with observation of the actual face of the earth turned to the study of specific processes wherever they might be located.” Dengan argument di atas, bidang pengetahuan apapun yang dipelajari seseorang selalu dimulai dengan pengamatan di permukaan bumi, sehingga cukup beralasan jika James mengatakan, “geografi sebagai induk dari ilmu.”dengan demikian, geografi yang objek studinya permukaan bumi dengan relasi keruangannya, memiliki kedudukan yang kuat dalam memberikan dasar pengetahuan kepada tiap orang dalam mempelajari dan melakukan studi sebagai aspek kehidupan di permukaan bumi ini.

Berkenaan dengan fungsi geografi dalam membina manusia, James Fairgrieve dalam Nursid Sumaatmadja (2001: 16) menyatakan, “the function of geography is to train future citizens to imagine aaccurately the condition of the great world stage and so to help them to think sanely about political and social problem in the world around.” Pada pernyataan tersebut, fairgrieve mengemukakan fungsi pendidikan dan pengajaran geografi membina warga masyarakat yang akan dating, untuk sadar akan kedudukannya sebagai insane sosial terhadap kondisi dan masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya. Pada pernyataan di atas, fairgrieve menonjolkan menonjolkan fungsi dan nilai edukatif geografi. Lebih jauh lagi, pengajaran geografi mempunyai nilai


(35)

17

eksisensi (Nursid Sumaatmadja, 1983: 100-103) yang meliputi nilai-nilai teoretis, praktis, filosofis, dan ketuhanan.

Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahwa pengajaran geografi memiliki tempat yang cukup penting dalam kehidupan, di mana pelajaran geografi ini menyangkut materi yang berkaitan dengan alam dan bersumber dari alam yang kemudian dapat di pelajaari untuk kembali melestarikan keberlangsungan kehidupan alam. Geografi juga memiliki objek kajian berupa kajian alam dan kajian manusia serta interaksi yang ada didalamnya. Dan geogarafi juga menjadi ibu dari mata pelajaran lainnya karena banyak pelajaran yang memiliki kajian layaknya geografi.

2.5 Metode Belajar Tutor Sebaya

Menurut Sugihartono dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 300-301), istilah tutor sebaya menunjuk pada siswa yang dipilih oleh guru untuk membantu teman atau siswa satu kelas lainnya yang mengalami kesulitan belajar. Tutor sebaya dipilih karena ia dianggap memiliki tingkat pemahaman dan penguasaaan materi yang lebih baik disbanding teman satu kelas lainnya dan memiliki keterampilan untuk membantu siswa lain dalam bentuk kemampuan menyampaikan materi, menjelaskan materi, dan memilih siswa lain mempelajari materi pelajaran yang kurang dipahami dengan bahasa mereka. Pemilihan tutor sebaya diharapkan dapat menghilangkan sekat atau pembatas seperti hubungan siswa guru sehingga dengan metode tutor sebaya diharapkan siswa akan lebih terbuka dan lebih mudah memahami materi karena siswa tidak merasa canggung untuk bertanya.


(36)

18

Tutor sebaya menurut Djamarah dan Zain dikutif (Azimatul dan Rosijono, 2010:30) adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.

Menurut Surya dikutif (Soeprodjo dkk., 2008:295) Metode tutor sebaya merupakan metode yang dilakukan dengan cara memperdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi atau latihan kepada teman-temannya yang belum paham. Pemakaian tutor dari teman mereka memungkinkan siswa tidak merasa enggan untuk bertanya, dengan adanya tutor dapat memberikan keringanan pada guru dalam memberikan contoh soal atau latihan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain. Dalam memilih tutor sebaya hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan dalam membantu orang lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran tutor sebaya merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa sekelas yang memiliki kemampuan dan kriteria sebagai tutor untuk membimbing teman lainnya yang mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan dari gurunya. Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi daripada


(37)

siswa-19

siswa lainnya dan memiliki kemampuan menjelaskan kembali pemahaman yang dimiliki.

2.5.1 Langkah-Langkah Pemilihan Tutor Dalam Metode Tutor Sebaya

Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa, yaitu siswa yang dipilih karena nilai prestasi belajar geografinya tinggi, sehingga dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar.

Untuk memilih tutor sebaya, menurut Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani (2013: 301), perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Mendapat persetujuan dari siswa yang akan mengikuti program perbaikan. 2. Calon tutor sebaya memiliki prestasi akademik yang baik dan dapat

menjelaskan materi pelajaran.

3. Tidak sombong, hubungan sosialnya bagus, dan suka menolong siswa lain.

Menurut Djamarah (2006:25) menerangkan bahwa untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah:

1. Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada yang lain.

2. Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.

3. Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.

4. Dapat menerima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepada yang pandai dan rajin.

5. Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan. 6. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan


(38)

20

2.5.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Belajar Tutor Sebaya

Dalam pelaksaan pembelajaran dengan tutor sebaya diperlukan perencanaan dan langkah-langkah yang terstruktur dan sistematis agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang sesui dengan apa yang diharapkan.

Menurut Gintings dikutif (Amizatul dan Rusijono, 2010:30) penjelasan mengenai tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tutor sebaya. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. langkah perencanaan, guru mempelajari bahan ajar dengan seksama dan mengedentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar kemudian menyusun strategi untuk membantu siswa menghadapi kesulitan agar bisa mempelajari bagianyang sulit.

2. langkah persiapan, guru menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi, contoh-contoh penyelesaian soal atau LKS.

3. langkah pelaksanaan, guru mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami bahan ajar yang diberikan dan sulit dipahami dan melaksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan.

4. langkah evaluasi, guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas mandiri.

Selanjutnya dapat dilakukan modivikasi pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan metode tutor sebaya ini yang antara lain dengan tahapan sebagai berikut:


(39)

21

1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).

2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya

3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.

4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. 6. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai

dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Belajar Tutor Sebaya a. Kelebihan Metode Belajar Tutor Sebaya

Adapun kelebihan metode tutor sebaya antara lain yaitu :

1. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan (Johar Maknun dan Toto Hidajat Soehada). 2. Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari


(40)

22

dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

3. Bantuan belajar oleh teman sebaya yang lebih pandai dapat menghilangkan kecanggungan dan bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya untuk bertanya atau meminta bantuan.

Adapun kelebihan metode belajar tutor sebaya menurut Arikunto (1995) berikut ini :

1. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya.

2. Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas.

3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan

sosial.

b. Kekurangan Metode Belajar Tutor Sebaya

Adapun kelemahan metode tutor antara lain:

1. Guru harus tahu siswa yang mempunyai pemahaman lebih.

2. Pengawasan tutor harus dilakukan dengan baik dan proses tutoring akan terhambat manakala siswa yang ditutori merasa rendah diri.

3. Pemasalahan dalam metode ini antara lain apabila di dalam kelas tidak ada yang mampu dan bersedia menjadi tutor sebaya.

4. Jika di satu kelas terdapat siswa yang dapat menjadi tutor, akan tetapi dikhawatirkan siswa tersebut tidak dapat menjelaskan kepada temannya.


(41)

23

5. Tidak semua siswa yang menjadi tutor dapat menjawab pertanyaan temannya.

6. Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.

7. Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik

Menurut Arikunto (1995) kelemahan metode tutor berikut ini :

1. Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan 2. Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya

karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya.

3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya.

Menurut penelitian yang dilakukan Amiruddin 2010, kelemahan metode tutor antara lain:

1. Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan. 2. Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk

bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya.

3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkan kembali kepada teman-temanya


(42)

24

2.6 Kriteria Ketuntasan Minimal

2.6.1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan.

Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan


(43)

25

pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan

Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik(Sudrajat, 2008). Jadi KKM ditentukan diawal tahun dengan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dengan KKM ideal mencapai nilai 75.

2.6.2 Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan.Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan.


(44)

26

b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkandapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan.

c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.

d. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah. e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan (Sudrajat, 2008).

Jadi fungsi KKM adalah agar tercapai tujuan pembelajaran yang lebih baik, agar peserta didik mempersiapkan belajarnya lebih maksimal, alat evaluasi bagi guru dan sebagai tolak ukur keberhasilan belajar siswa.

2.6.3 Prinsip Penetapan KKM

a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode


(45)

27

kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut. d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan

rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut. e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua

KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik. f. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal

ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara.

g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal (Sudrajat, 2008).

Jadi KKM digunakan sebagai nilai rata-rata dai setiap mata pelajaran yang kemudian dilaporkan dalam kaporan hasil belajar siswa (LHBS).

4. Langkah-Langkah Penetapan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian.

c. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.

d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik (Sudrajat, 2008).


(46)

28

Adapun penetapan KKM individual mata pelajaran geografi persebaran flora dan fauna di SMA Negeri 3 Kota Metro adalah 75 berdasarkan pertimbangan forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

2.7 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Nana Sudjana (2006: 22) hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar, berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa.

Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.


(47)

29

2.8 Pengaruh Metode Belajar Tutor Sebaya Terhadap Hasil belajar

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, metode belajar Tutor sebaya merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan dari teori belajar kognitif. Teori ini kemudian berkembang lagi menjadi menjadi teori konstruktivistik yang mana teori ini memercayai kemampuan individu dalam membentuk dan menyusun (mengkonstruksi) sendiri pengetahuannya. Hal ini disebabkan pengetathuan merupakam suatu bentuk hasil konstruksi atau bentukan individu itu sendiri.

Hasil belajar merupakan hal yang amat penting, hasil belajar dapat memberi informasi tentang pencapaian tujuan instruksional siswa. Hasil belajar yang baik akan terwujud apabila proses belajar atau kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah kegiatan yang memanfaatkan metode pembelajaran variatif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu metode tutorial sebaya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2006: 27) metode tutorial sebaya akan memberi hasil yang baik bagi anak yang mempunyai perasaan takut dan enggan pada guru.

Menurut Suryo dan Amin (1984:51), bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya. Dalam satu kelas selisih usia antara siswa satu dengan siswa yang lain tentu relative kecil atau hampir sama, sehingga dalam satu kelas terdapat kelompok teman sebaya


(48)

30

yang saling berinteraksi antara siswa satu dengan yang lain sehingga akan terbentuk pola tingkah laku yang dipakai dalam pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan antar siswa satu dengan siswa yang lain saling membantu dan membutuhkan dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Roscoe dan Chi dalam Endriani Jayanti (2012) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran dengan tutor sebaya, seorang tutor diharapkan menggunakan kemampuannya untuk memberikan pengajaran dan mengarahkan siswa (tutee) untuk mencapai solusi dan pemahaman sesuai dengan target pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya ini terjadi proses membangun dan memberitahukan pengetahuan. Seorang tutor dalam kelompok akan mendapatkan manfaat ketika dia memberikan penjelasan kepada tuteenya. Ketika tutor memberikan penjelasan pada tutee, tutor melakukan pengintegrasian konsep dan prinsip serta memunculkan ide baru. Selain itu, ketika tutee mengajukan pertanyaan yang spesifik dan mendalam, hal itu akan mendukung tutee dalam merefleksikan pengembangan pengetahuan. Dimana tutor berperan membantu proses ini sekaligus juga menguatkan pemahamannya (Chi &Roscoe, 2007; Depaz & Moni, dalam Endriani Jayanti (2012).

Menurut Gary D. Borich (1996:78), teman sebaya memiliki berbagai fungsi dalam proses belajar. “The peer group can influence and even teach students how to behave in class, study for tests, converse with teachers and school administrators, and can contribute to the success or fail ure of performance in


(49)

31

school in many other ways” (Teman sebaya dapat memberi pengaruh dan juga mengajari teman sebayanya bagaimana bertindak di dalam kelas, belajar untuk test, dengan guru-guru, dan administrasi sekolah dan dapat memberi konstribusi untuk kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan kelas belajar dan lain sebagainya).

2.9 Penelitian yang Relevan

Berikut merupakan hasil penelitian yang berkaitan dengan penerapan metode belajar tutor sebaya:

Mathliatul Fitriyani (2011) Efektivitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya (Peer Tutoring) Terhadap Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Al-Quran Hadist di MTs Darul Huda Mlagen Rembang Kelas VII Tahun Ajaran 2010/2011.

2.10 Kerangka Pikir

Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya.

Banyak faktor yang berpengaruh dalam proses belajar, faktor-faktor ini pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar yang di peroleh oleh siswa. Faktor faktor itu dibagi menjadi 2 yaitu, faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri.

Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh pada proses belajar adalah lingkungan sekolah. Lebih rinci lagi adalah penggunaan metode belajar


(50)

32

konvensional yang mengakibatkan kurang maksimalnya pemahaman siswa akan konsep khususnya pada mata pelajaran geografi dan kemudian akan berpengaruh pada hasil belajar yang di proleh oleh siswa dalam proses belajar.

Untuk itu, perlu dilakukan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Salah satunya adalah dengan penerapan metode belajar tutor sebaya. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran geografi dengan cara menjadikan siswa yang tidak lain adalah teman sebaya dari siswa yang mengalami kesulitan belajar namun memiliki kemampuan atau pemahaman yang lebih baik di bandingkan siswa lainnya menjadi tutor atau pengajar bagi siswa-siswa lain.

Metode ini akan sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar geografi dikarenakan yang menjadi tutor atau pengajar dari siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah teman sebayanya sendiri, sehingga ia dapat menghilangkan rasa canggung untuk bertanya ketika ada materi pelajaranyang kurang ia pahami. Yang pada akhirnya di harapkan metode ini membawa perubahan pada hasil belajar siswa sehingga lebih maksimal.

Adapun kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran

Metode Belajar Tutor Sebaya (X)


(51)

33

2.11 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis pada penelitian ini yaitu hipotesis kausal (sebab-akibat). Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesis atau pernyataan sementara yang dapat diambil yaitu:

• Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode belajar tutor sebaya terhadap pemahaman konsep geografi materi persebaran flora dan fauna siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro tahun ajaran 2015/2016.

• Tidak ada Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode belajar tutor sebaya terhadap pemahaman konsep geografi materi persebaran flora dan fauna siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro tahun ajaran 2015/2016.


(52)

34

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan nilai yang di peroleh siswa sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut postest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang mengalami kesulitan belajar. Soal pretest berupa pilihan ganda

b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

c. Pelaksanaan postest dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan siswa setelah dilakukan perlakuan dengan menggunakan metode belajar tutor sebaya. Soal postest berupa pilihan ganda.


(53)

35

3.1.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Randomized control-group pretest-posttes Design Didalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu :

Tabel 2. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas eksperimen T1 X T2

Kelas kontrol T1 _ T2

Sumber: Sumardi Suryabrata (2014:105).

T1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, T2 adalah postest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. Tanda (-) adalah pembelajaran konvensional dan X adalah perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran Tutor sebaya. Soal pada pretes dan postest berbeda tetapi indikator yang diukur pada masing-masing nomor sama.

3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi

Riduwan (2009:10) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Metro.

3.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (1998) dalam Riduwan (2009:11), sampel penelitian adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Yang menjadi sampel pada


(54)

36

penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 Sebagai kelas eksperimen yang menggunakan metode belajar tutor sebaya, dan kelas XI IPS 2 Sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional yaitu ceramah.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif. Data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest), hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postest) siswa dan data aktivitas on task.

3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan di SMA Negeri 3 Metro

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 3 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas, yang mana satu kelas akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi dijadikan sebagai kelas kontrol.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.


(55)

37

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretest pada kelas kontol dan kelas eksperimen. (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada metari pelajaran persebaran flora dan fauna dengan menggunakan metode belajar tutor sebaya pada kelas eksperimen dan, dan menggunakan metode belajar konvensional pada kelas kontrol, (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama, dan (4) melakukan tabulasi dan analisis data.

3.5 Variabel

Menurut (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono (2012 : 60) Variabel dapat definisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

Menurut Sugiyono (2012:61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

3.5.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Menurut Sugiyono (2012:61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah metode belajar tutor sebaya (X)


(56)

38

3.5.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Menurut Sugiyono (2012:61) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah Hasil Belajar (Y).

3.6 Definisi Operasional Variabel 3.6.1 Metode Belajar Tutor Sebaya

Tutor sebaya adalah salah satu metode pengajaran yang mana menjadikan salah satu siswa yang memiliki pemahaman dan tingkat intelegensi yang lebih tinggi di banding teman-teman sebayanya di kelas sebagai salah satu pengajar atau tutor yang memberikan penjelasan tentang materi pelajaran kepada teman-teman sebayanya di kelas.

Penerapan metode belajar tutor sebaya ini diterapkan pada siswa kelas XI IPS di kelas yang telah ditentukan sebagai sampel. Salah satu siswa yang dapat menjadi tutor adalah siswa yang memiliki pemahaman dan tingkat intelegensi yang lebih baik di banding teman-teman sekelasnya. Salah satu indikator tutor sebaya antara lain: 1. Memiliki nilai atau hasil belajar yang lebih baik dari teman-temannya 2. Fokus dan serius saat sedang melakukan kegiatan belajar.

3. Memiliki jiwa sosial yang tinggi dan tidak sombong. 4. Dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan kelasnya.

Sedangkan indikator dari kelas yang menggunakan metode belajar tutor sebaya antara lain adalah:


(57)

39

1. Berpusat pada siswa.

2. Kelas lebih terbuka untuk siswa menerima dan menyampaikan pendapat. 3. Hubungan antara siswa dan tutor atau pengajar lebih dekat.

4. Kelas lebih aktif dengan interaksi antara siswa dan pengajar yang lebih santai.

Untuk melakukan penilaian pada kelas yang menggunakan metode belajar tutor sebaya ini digunakan suatu instrumen penilaian, di mana intrumen penilaian menggunakan sistem tes. Tes di lakukan sebanyak dua kali, di mana tes pertama sebelum pembelajaran (Pretes) dan tes kedua setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan metode belajar tutor sebaya (Posttes). Dan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya adalah menggunakan nilai dari hasil dari tes yang telah dilakukan di kelas ini.

3.6.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya

Secara umum hasil belajar memiliki beberapa indikator diantaranya sebagai berikut: 1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai


(58)

40

3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. 4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

Instrumen yang di gunakan untuk mengetahui perubahan setelah pembelajaran ini di gunakan suatu instrumen, di mana instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah instrumen tes. Di mana pada instrumen tes ini hasil yang didapat merupakan suatu ukuran yang akan digunakan untuk proses analisis perubahan pemahaman.

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala interval, yang mana pembagian kelas terbagi menjadi 5 rentangan interval, yaitu:

Tabel. 3 Interpretasi Nilai Hasil Belajar

Nilai Kriteria

< 50 Kurang

51 - 60 Sedang

61 - 75 Cukup

76 - 90 Baik

> 90 Amat Baik

3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.7.1 Tes Hasil belajar

Tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa sebelum dan setelah setelah proses pembelajaran. Pembelajaran berlangsung dalam tiga kali pertemuan pembelajaran. Sedangkan tes dilakukan dua kali, yaitu pada pertemuan pertama dan pertemuan ketiga. Bentuk tes yang diberikan pada saat uji coba adalah tes dalam bentuk pilihan jamak. Jumlah butir soal dalam tes adalah 20 soal dengan materi yang diujikan adalah materi sebaran flora dan fauna.


(59)

41

Kisi-kisi soal tes untuk mengetahui pemahaman konsep siswa terhadap materi persebaran flora dan fauna di Indonesia dan Dunia disajikan dalam tabel berikut:

Tabel. 4 Kisi – kisi Soal tes

Domain kognitif Jumlah

Pengetahuan (C1) 7 Soal

Pemahaman (C2) 7 Soal

Penerapan (C3) 2 Soal

Analisis (C4) 4 Soal

3.7.2 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data nilai Ujian Akhir Semester (UAS) siswa kelas XI IPS di SMAN 3 Metro pada sub bidang studi geografi.

3.8 Uji Persyaratan Instrumen 3.8.1 Uji Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2010: 211). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebelum instrumen penelititan digunakan untuk mengumpulkan data dari responden, intrumen terlebih dahulu diuji cobakan kepada responden di luar sample. Teknik uji validitas dalam penelitian ini


(60)

42

dihitung secara manual menggunakan rumus korelasi product moment dalam Suharsimi (2010:213):

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ } ∑ ∑

Keterangan :

Rxy = Koefisien Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y

∑ = Jumlah Skor Item

∑ = Jumlah Skor Totak Seluruh Item N = Jumlah Responden

Kriteria pengujian validitas kuesioner :

1. Jika rxy > rtabeluntuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,514 dengan n = 15, artinya

item valid, dapat digunakan sebagai kuesioner.

2. Jika rxy < rtabeluntuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,514 dengan n = 15, artinya

item tidak valid, tidak dapat digunakan sebagai kuesioner.

3.8.2 Uji Realibilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2010: 221). Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabilitas jika memiliki taraf kepercayaan tinggi. Untuk mengukur tingkat reliabilitas dihitung secara manual menggunakan rumus alpha sebagai berikut dalam Suharsimi (2010: 239):


(61)

43

( )

Keterangan:

r11 = Reliabilitas yang dicari

n = Banyaknya butir soal atau pertanyaan

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap butir soal

= Varians skor total seluruh butir soal

Kriteria pengujian reliabilitas kuesioner:

1. Jika r11 > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrumen dinyatakan reliabel

atau dapat digunakan sebagai kuesioner.

2. Jika r11 < rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrumen dinyatakan tidak

reliabel atau tidak dapat digunakan sebagai kuesioner.

Hasil perhitungan reliabilitas kemudian dibandingkan dengan kriteria interprestasi keeratan dalam Sugiyono (2012:257), yaitu:

Tabel 5. Interpretasi Nilai Reliabilitas

No Besar Nilai r Interprestasi Keeratan Hubungan

1 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

2 0,20 – 0,399 Rendah

3 0,40 – 0,599 Sedang

4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(62)

44

3.8.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antar siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Rumus untuk mencari daya pembeda :

D =

Keterangan:

D : Daya Pembeda J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peseta kelompok atas JB : Banyaknya peseta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P = Indeks

kesukaran)

PB : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (Suharsimi Arikunto, 2012:228).

3.9 Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan hanya orang yang


(1)

 Uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda mean (uji t) dalam perhitungan digunakan program SPSS 20 dengan kriteria apabila nilai thitung > nilai ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dan sebaliknya

jika thitung < nilai ttabel maka Ha tolak dan Ho diterima.

3.10.2 Uji Gain

Gain ternormalisai (g) untuk member gambaran umum peningkatan hasil belajar antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (Normalized Gain) yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

Tabel 6. Interpretasi Gain Ternormalisasi yang dimodifikasi

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi

-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan

g = 0,00 Tidak terjadi peningkatan

0,00 < g < 0,30 Rendah

0,30 < g < 0,70 Sedang

0,70 < g < 1,00 Tinggi

(Sumber: Rostina Sundayana, 2014:151)

3.10.3 Uji Effect size

Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size


(2)

Keterangan:

: Effect size

: Nilai rata-rata kelompok percobaan : Nilai rata-rata Kelompok pembanding : Simpangan baku kelompok pembanding Tabel 7. Interpretasi Effect Size

Nilai Effect Size Interpretasi

0 < < 0,3 Efek Kecil

0,3 < < 0,5 Efek Sedang


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai penggunaan Metode belajar tutor sebaya untuk meningkatkan pemahaman konsep geografi siswa kelas XI SMA N 3 Metro tahun pelajaran 2015/2016 maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

• Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari hasil belajar geografi yang menggunakan metode belajar tutor sebaya dengan hasil belajar geografi yang menggunakan metode belajar konvensional atau ceramah. Dimana hasil belajar dengan metode belajar tutor sebaya lebih baik dibandingkan konvensional.

• Terdapata perbedaan nilai n-Gain antara kelas eksperimen yang menggunakan metode belajar tutor sebaya, dengan kelas kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional. Di mana kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.


(4)

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, dengan memahami bahwa media pembelajaran memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar pada mata pelajaran geografi, guru diharapkan meningkatkan lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran dengan demikian kegiatan pembelajaran yang efektif dapat tercipta. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa mencapai tujuan belajar, berupa Peningkatan hasil belajar.

2. Bagi siswa, dengan mengetahui kemandirian belajar dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar khususnya pada mata pelajaran geografi, diharapkan siswa memiliki keinginan untuk mandiri dalam belajar yang baik, agar dapat termotivasi dan dapat memecahkan masalah sendiri pada materi pelajaran geografi dengan lebih baik. Selain itu, siswa juga harus memiliki rasa percaya diri dalam belajar sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain serta harus berperan aktif seperti mencari buku referensi lain yang dapat dijadikan acuan untuk menambah pengetahuan. Serta tidak segan untuk bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang pelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2010. Implementasi metode tutor sebaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS Terpadu kelas VII A di MTs Alma’arif 01Singosari Malang, (Internet). (http://lib.Uin- malang.Ac. Id/, diakses 17 Mei 2015 )

Ari Retno Satriyanti

.

2013. Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Ipa Pokok Bahasan Alat Indra Bagi Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Desa Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Salatiga

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Duwi Priyatno. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Andi Offsien. Yogyakarta.

Duwi Priyatno. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian SPSS. Gava Media. Yogyakarta.

https://zaifbio.wordpress.com/2013/09/13/metode-tutor-sebaya/. Diakses 8 mei 2015 pada pukul 21.00 WIB. Internet.

http://rusydahbintaqur-aniyah.blogspot.com/2014/12/metode-tutor-sebaya.html. Diakses 8 mei 2015 pada pukul 21.00 WIB. Internet.

Juliansyah Noor. 2013.Metodologi penelitian : skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Leo Sutrisno. 2008.Pengembangan Pembelajaran IPA di SD.Depdiknas.

Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Ar-rus Media. Jogjakarta.

Muhibbin Syah. 2007.Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nursid Sumaatmadja. 2001.Metodologi pengajaran Geografi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Sudjana Nana. 2006.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung


(6)

Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta. Bandung.

Riduwan . 2009.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Rostina Sundayana. 2014.Statistika Penelitian Pendidikan.Alfabeta. Bandung Safari. 2003.Evaluasi Pembelajaran. departemen pendidikan nasional

Silberman. 101 Strategi Pembelajaran Aktif.Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar Adzfar, Sutrisno, dkk. 2009. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta

Slameto. 2003.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyono. 2009.Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Bumi aksara. Jakarta. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2012.Metode penelitian pendidikan.Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 1992.Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 2008.Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Renika cipta. Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 2014.Metodologi Penelitian. Raja Grafindo. Jakarta. Trianto. 2008.Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Cerdas Pustaka


Dokumen yang terkait

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 13 77

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 25 186

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 4 METRO DI KOTA METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 8 68

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 4 METRO DI KOTA METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 13 107

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

20 71 72

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMA SWADHIPA BUMISARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 7 89

PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 26 71

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA AL-KAUTSAR BANDAR LAMPUNG

2 17 74

PENGARUH METODE BELAJAR RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 1 KOTAAGUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

0 8 68

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

3 16 92