kajian empiris tingkat kecelakaan lalu l

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia saat ini sepeda motor telah menjadi sarana transportasi yang dominan. Sepeda motor banyak dipilih oleh masyarakat sebagai alat angkutan karena selain harganya yang terjangkau, yang ditunjang dengan kemudahan kepemilikan dan pembayaran, sepeda motor juga mudah dikendarai serta unggul dalam kemampuan bermanuver disela-sela keramaian jalan dan pencapaian akses.

Selain itu, sepeda motorpun memberikan efisiensi biaya perjalanan. Tidak efisiennya sarana angkutan umum serta kemudahan dalam memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM) turut menjadi penyebab meningkatnya kepemilikan sepeda motor. Kegunaan sepeda motor yang juga dapat digunakan sebagai mata pencaharian (ojek) semakin menambah daftar keunggulan sepeda motor sebagai sarana transportasi personal yang populis.

Populasi dan tingkat kepemilikan sepeda motor di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini terus tumbuh dengan cepat. Hal ini disebabkan antara lain karena harganya yang relatif terjangkau serta kemudahan dalam mengendarai. Namun, jumlah sepeda motor yang terus meningkat ini diikuti pula dengan pertambahan jumlah kecelakaan lalulintas jalan, yang berakibat pada peningkatan jumlah kematian dan luka-luka.


(2)

Menurut Asian Development Bank (ADB, 1996),1 pengguna sepeda

motor baik pengendara maupun pembonceng merupakan pengguna jalan yang paling mudah menjadi korban seandainya terjadi kecelakaan (vulnerable road users). Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat fatalitas sepeda motor jauh diatas tingkat fatalitas kendaraan lainnya. Hasil studi di Inggris menyatakan bahwa tingkat kematian sepeda motor per mil-kendaraan adalah 20 kali lipat dari tingkat kematian untuk mobil, dan tingkat cedera adalah tiga kali lebih besar. Hal ini dapat dimengerti bahwa pertama, secara keseluruhan, pengemudi sepeda motor mungkin bersedia mengambil lebih banyak resiko.2 Kedua, pengendara sepeda motor tidak dilengkapi

dengan bantalan udara dan tidak terlindung oleh badan kendaraan sehingga seperti yang disebutkan dalam UU No. 22 Tahun 2009, perlindungan perlu dilakukan sendiri oleh pengendara sepeda motor berupa penggunaan atribut keselamatan. Yang terakhir, pada saat terjadi tabrakan, pengendara sepeda motor terlempar ke depan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan sebelum tabrakan, umumnya kepala terlebih dahulu, sampai membentur obyek tetap atau tergelincir sampai berhenti, yang mana kejadian ini beresiko cedera atau kematian.

Tingginya tingkat kecelakaan dan besarnya kerugian akibat kecelakaan yang melibatkan sepeda motor ini perlu mendapat perhatian serius, mengingat alat transportasi ini merupakan alat transportasi yang potensial dan bersahabat dengan masyarakat, terutama kalangan menengah ke 1http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.phpdi akses tanggal 25 mei 2014


(3)

bawah. Keselamatan dari pengendara sepeda motor akan mempengaruhi perekonomian keluarga dan masyarakat.

Penyebab meningkatnya kecelakaan di jalan selain pertambahan penduduk dan kemakmuran yang menyebabkan semakin banyak orang bepergian, dan ini berkisar dari sifat acuh perseorangan dan masyarakat terhadap pengekangan emosional dan fisik agar dapat hidup aman pada lingkungan yang serba mesin. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah keadaan jalan dan lingkungan, kondisi kendaraan, dan keadaan pengemudi.

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat yang terletak di tengah-tengah antara kabupaten lombok Tengah dan Kabupaten Sumbawa Barat, sehingga menyebabkan Lombok Timur sebagai jalur transportasi yang strategis dan banyak dilaului oleh mobil-mobil besar, disamping juga berfungsi sebagai daerah perdagangan, industri dan daerah pendidikan. Lombok Timur memiliki kepadatan penduduk terpadat di Nusa Tenggara Barat, keadaan ini menyebabkan kegiatan masyarakat cukup tinggi yang berpengaruh juga pada kondisi jalan yang sangat jauh dari kata layak.

Penelitian kecelakaan lalulintas yang berbasis lokal sangat penting dilakukan mengingat perilaku manusia serta tingkat kesadaran dan disiplin berlalulintas yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan sepeda motor serta menyusun program aksi yang efektif untuk mengurangi jumlah kecelakaan, khususnya


(4)

kecelakaan sepeda motor, merupakan langkah strategis dan bermanfaat untuk mewujudkan kinerja keselamatan lalu lintas jalan yang lebih baik.

Hal inilah yang berusaha diangkat oleh penulis karena berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis sebagai seorang warga masyarakat Lombok Timur, penulis melihat bahwa proses dan tingkat kecelakaan berlalu lintas pengendara sepeda motor warga masyarakat Lombok Timur masih tinggi, dan lemahnya penegakan hukum itu sendiri di dalam masyarakat Lombok Timur. Oleh karena itu penulis mengambil judul tulisan sebagai berikut: “Kajian empiris tingkat kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur”.

B. Rumusan masalah

Penulisan Kajian Empiris Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur. Ini dibatasi pada hal-hal yang berhubungan penegakan hukum serta aturan hukum itu sendiri dalam warga masyarakat yang sewajarnya. Lalu dicari pemecahan masalah tersebut agar terdapat kejelasan hubungan antara penegak hukum dan pengendara sepeda motor.

Berdasarkan hal itu penulis mengelompokkan atas beberapa pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(5)

1. Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas setelah diundangkannya UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur?.

2. Bagaimana peranan penegak hukum dalam upaya meningkatkan perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara sepeda motor di Kabupaten Lombok Timur?.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian ini maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas sebelum dan setelah diundangkan UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur?. 2. Untuk mengetahui peranan penegak hukum dalam upaya

meningkatkan perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara sepeda motor di Kabupaten Lombok Timur.

b. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(6)

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum, pemerintah dan masyarakat, khususnya dalam penegakan hukum dalam rangka meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas. Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah guna pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan pengkajian hukum khususnya yang berkaitan dengan strategi penegakan hukum dalam rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas di Jalan Raya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran didalam penegakan hukum guna meningkatkan keselamatan lalu lintas dan mewujudkan masyarakat patuh hukum bagi aparat penegak hukum pada masa mendatang guna mewujudkan terpeliharanya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tulisan dalam penulisan ini tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi lokasi penelitian pada penulisan ini. Adapun ruang lingkup penelitian yang ada penulis teliti adalah khusus mengenai Kajian Empiris Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tentang Undang-undang No. 22 tahun 2009

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah klausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.3

Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan : Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.4

3 Edy Halomoan Gurning, SH. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya. Pengacara Publik dan Staf Penelitian Pengembangan pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. 2010


(8)

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam undang-undang No. 22 tahun 2009 di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah : terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan modal angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa, dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Undang-Undang No 22 tahun 2009 berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan; kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


(9)

B. Perkembangan Undang No. 22 Tahun 2009 dari Undang-Undang Sebelumnya

Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan: ”Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah”. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.5

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah:6

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

5 ibid


(10)

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. C. Pengertian Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan,7 sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu

Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh pemakai jalan termasuk juga para pengendara kendaraan bermotor. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam keseluruhan alat transportasi secara terpadu dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan


(11)

efesien, mampu memadukan alat transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok daratan.

Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pemakai jalan wajib di lengkapi dengan:

1. Rambu jalan 2. Marka jalan

3. Alat Pemberi isyarat lalu lintas

4. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan 5. Alat pengawasan dan pengamanan jalan

6. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar jalan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 175 bagi kendaraan yang telah didaftarkan, diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor serta Nomor Kendaraan Bermotor.8 Surat tanda nomor kendaraan bermotor berdasarkan

Pasal 179 dan Pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi berlaku selama lima tahun dan tiap tahun diadakan pengesahan kembali dengan tidak dipungut biaya

D. Pengertian Kecelakaan dan Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas

. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak disadari akan terjadi dan menimbulkan dampak negatif.9 Sedangkan pengertian kecelakaan

berdasarkan Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009 8 Bahan Pokok Penyuluhan Hukum (UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).Departemen

Kehakiman RI .1996


(12)

adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia/atau kerugian harta benda.10Secara teoritis

kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari aspek legalitas atau sesuai dengan aspek hukum. Mengenai kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh ketidaksadaran seseorang dalam melakukan sesuatu hal, akan tetapi kecelakaan yang dimaksud dapat juga disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidak layakan jalan dan/atau lingkungan.11

Menurut PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan, Pasal 93 ayat 1 berbunyi kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Selanjutnya dalam pasal 94 berbunyi, pemerintah berwenang dalam pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan, bertugas mencatat dan menindak lanjuti kejadian kecelakaan, selengkapnya sesuai dengan kutipan di bawah ini :

1. Keterangan mengenai kejadian kecelakaan lalu lintas dicatat oleh Polisi Negara Republik Indonesia dalam formulir laporan kecelakaan lalu lintas. 2. Dalam hal terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban mati

ditindaklanjuti dengan penelitian yang dilaksanakan selambat - lambatnya 3 (tiga) hari oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan, dan instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan jalan.

3. Instansi yang diberikan wewenang membuat laporan mengenai kecelakaan lalu lintas menyelenggarakan sistem informasi.

10 Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009

11 Soerjono Soekanto, Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983),Hal 91


(13)

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan jalan.

Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Dengan adanya perencanaan jalan raya yang baik dapat memberikan keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi kesalahan persepsi di jalan, dan dengan demikan menghidarkan terjadinya kecelakaan.12

Pelaku kecelakaan adalah seseorang yang duduk di belakang kemudi dan mengendalikan kemudi pada saat terjadinya kecelakaan (pengemudi). Pengemudi merupakan salah satu pemegang peranan penting ketika suatu kecelakaan lalu lintas terjadi.

E. Krakteristik Kecelakaan

Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara garis besar kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan lokasi kecelakaan, waktu terjadinya kecelakaan, tingkat kecelakaan, kelas korban kecelakaan, cuaca saat kecelakaan terjadi, tipe/jenis tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab kecelakaan.13 Dalam penentuan karakteristik kecelakaan pada penelitian ini

diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal di bawah ini 14:

1. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan

12http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37365/3/Chapter%20II.pdf di unduh tanggal 27 juni 2014

13 ibid 14 ibid


(14)

a. Jalan lurus :

a) 1 Lajur yang searah

b) 2 jalur yang searah

c) 2 lajur yang berlawanan

b. Tikungan jalan;

c. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan; d. Tanjakan atau turunan.

2. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan a. Jenis hari

a) Hari kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat b) Hari libur : Minggu dan hari – hari libur Nasional c) Akhir Minggu : Sabtu


(15)

b. Waktu

a) Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00 b) Pagi hari : jam 06.00 – jam 12.00 c) Siang hari : jam 12.00 – jam 18.00 d) Malam hari : jam 18.00 – jam 24.00

Dari keempat pengelompokkan di atas bisa dijadikan dua kelompok yaitu kelompok terang (pagi dan siang hari) dan kelompok gelap (malam dan dini hari).

3. Berdasarkan tingkat kecelakaan, maka kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu :15

a. kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

b. kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan.

c. kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat. d. kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal

dunia.

4. Berdasarkan Kelas Korban Kecelakaan. Menurut PP No. 43 tahun 1993, korban kecelakaan terdiri dari : 16

a. Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah terjadi kecelakaan tersebut.

15Ibid


(16)

b. Korban luka berat adalah korban kecelakaan harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan atau karena luka - luka yang terjadi korban tersebut mengalami cacat tetap/permanen.

c. Korban luka ringan yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban mati dan korban luka berat, artinya korban tersebut tidak perlu dirawat di rumah sakit atau dirawat tidak lebih dari 30 hari.

Dalam menganalisa kecelakaan, maka digunakan berdasarkan analisa korban akibat dari kecelakaan yang meliputi meningggal dunia (MD), luka berat (LB), luka ringan (LR), dan kerugian material.

5. Berdasarkan Cuaca

Faktor ini membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan pencatatan kecelakaan sebagai berikut : 17

a. Cerah; b. Mendung; c. Gerimis; d. Hujan.

Dari pengelompokkan di atas, dapat dijadikan dua kelompok dalam pengaruhnya terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok kering (cerah dan mendung) dan kelompok basah (hujan dan gerimis).

6. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa tabrakan, yaitu depan - depan, depan - belakang, tabrakan sudut, tabrakan 17 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37365/3/Chapter%20II.pdf di unduh tanggal 27 juni 2014


(17)

sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal. Jenis tabrakan yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi : 18

a. Tabrakan depan – depan adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.

b. Tabrakan depan – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian samping kendaraan lainnya.

c. Tabrakan depan – belakang adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.

d. Tabrakan samping – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.

e. Menabrak penyeberang jalan adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan. f. Tabrakan sendiri adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.


(18)

g. Tabrakan beruntun adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua kendaraan secara beruntun.

h. Menabrak obyek tetap adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak obyek tetap dijalan.

F. Faktor - Faktor Penyebab Kecelakaan

Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan, ketiga adalah faktor jalan, dan keempat adalah faktor lingkungan.19 Kombinasi dari

keempat faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan.

a. Faktor Pemakai Jalan/Manusia

Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungan sangat bergantung dari perilaku Manusia sebagai pengguna jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Kamseltibcar Lantas, hal ini sangat ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya berupa:20

a) Mental

19 http://external-sangku.cloudapp.net/ppsdm/apa-sajakah-faktor-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas117/ di akses tanggal 15 juli 2014

20 Muhamad Ikhsan, Makalah Seminar Lalu Lintas Dan Permasalahannya, Yogyakarta, 10 Juli 2009. Hal. 3-5.


(19)

Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang pondamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik.

Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu cerminan budaya berlalulintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara instant oleh suatu lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara berkesinambungan mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan situasi lalu lintas yang kasat mata secara keseharian selalu terlihat oleh pengguna jalan sehingga membentuk kultur mentalitas berlalu lintas seseorang.

b) Pengetahuan

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan


(20)

situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.

Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.

c) Keterampilan

Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/ Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas baik bagi


(21)

pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun pengguna jalan lainnya.

Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi) kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian keterampilannya untuk mendapatkan SIM.

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya seperti rem blong, mesin yang tiba


(22)

-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dan lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan.

c. Faktor Jalan

Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi darat yang merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi jalan dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa : “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:21

1. Rambu-rambu 2. Marka jalan

3. Alat pemberi isyarat lalu lintas 4. Alat penerangan jalan

5. Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan 6. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;

7. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan 8. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang

berada di Jalan dan di luar badan Jalan. d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan/ cuaca juga berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan. Terjadinya hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang


(23)

menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari berbagai lokasi di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor lingkungan jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan lalu lintas. Hal ini mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat, konstan, memperlambat atau berhenti).

G. Pengertian Kendaraan Bermotor dan Pengemudi

Kendaraan merupakan suatu sarana angkut yang berada di jalan yang terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin. Kendaraan bermotor pada umumnya tidak bisa bergerak dengan sendirinya, sehingga untuk menggerakkannya di butuhkan pengendara atau pengemudi.

Pengendara atau pengemudi menurut UU No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa:22“Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi”

Dari pernyataan di atas maka jelas bahwa seseorang dikatakan pengemudi atau pengendara bilamana orang tersebut sedang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor. Pengemudi mencakup semua orang yang mengemudikan kendaraan. Selain itu dalam berkendara atau berkemudi para pengendara diharuskan memiliki surat izin 22 Pasal 1 ayat 23 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


(24)

untuk mengemudi dalam menggunakan kendaraannya, baik pengendara roda dua atau lebih.

Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak mengatur secara khusus tentang sepeda motor. Meskipun demikian semangat dalam Undang Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam mengatur kendaraan bermotor dapat dilihat dari tujuan yang hendak dicapai, seperti yang tercantum dalam pasal 3 bahwa yang bertujuan :23

Lalu Lintas dan Angkutan Jalandiselenggarakan bertujuan:

a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi

masyarakat.

Guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah bertanggung jawab melaksanakan pembinaan antara lain yang disebutkan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2), yang meliputi: a. Perencanaan; b. Pengaturan; c. Pengendalian; dan d. Pengawasan.

Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan system transportasi nasional semua aktivitas trasnportasi harus berada pada perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan pemerintah sebagai satu kesatuan.

H. Peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sebagai Penegak Hukum 23 Pasal 3 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


(25)

1. Pengertian Kepolisian

Moylan mengemukakan pendapatnya mengenai arti serta pengertian kepolisian sebagai berikut:24 ”Istilah polisi sepanjang sejarah

ternyata mempunyai arti yang berbeda-beda dalam arti yang diberikan pada semulanya. Juga istilah yang diberikan oleh tiap-tiap negara terhadap pengertian “polisi” adalah berbeda oleh karena masing-masing negara cenderung untuk memberikan istilah dalam bahasanya sendiri. Misalnya istilah “contable” di Inggris mengandung arti tertentu bagi pengertian “polisi”, yaitu bahwa contable mengandung dua macam arti, pertama sebagai satuan untuk pangkat terendah di kalangan kepolisian (police contable) dan kedua berarti kantor polisi (office of constable)”.

Di samping itu istilah “police” dalam Bahasa Inggris mengandung arti yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Charles Reith dalam bukunya “The Blind Eya of History” yang mengatakan “Police in the English language came to mean any kind of planing for improving of ordering communal existence”. Dari defenisi tersebut dapat diartikan bahwa Charles Reith mengatakan bahwa polisi dituntut mengayomi masyarakat namun di satu sisi polisi dapat melakukan tindakan hukum dari beratnya kejahatan.25

Menurut Pasal 5 ayat (1) pada undang-undang yang sama, Kepolisian Negara Republik Indonesia dikatakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan 24 Moylan S.J, 1953, The Police of Britain, Majalah Bayangkhari No.1, hlm.4


(26)

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

. Perkembangan selanjutnya di Indonesia dikenal istilah “Hukum Kepolisian” adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata “Hukum” dan “Kepolisian”. Jadi menurut arti tata bahasa istilah “Hukum Kepolisian” adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang bertalian dengan polisi. Dalam Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum Poin 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa ”Kepolisian adalah segala hal–ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

2. Tugas dan Wewenang

Polisi secara universal mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai aparat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta aparat penegak hukum, walaupun dalam praktek di masing-masing negara mempunyai pola dan prosedur kerja yang berbeda. Dengan berkembangnya peradaban manusia dan berkembangnya pola kejahatan maka tugas Polisi semakin berat dan kompleks.

Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (4) (setelah di amandemen): ”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum”.


(27)

Berdasarkan pasal tersebut di atas sangat jelas bahwa prioritas pelaksanaan tugas Polri adalah pada penegakan hukum. Ini berarti tugas-tugas kepolisian lebih diarahkan kepada bagaimana cara menindak pelaku kejahatan sedangkan perlindungan dan pelayanan masyarakat merupakan prioritas kedua dari tindakan kepolisian. Sebagai wujud dari peranan Polri, maka dalam mengambil setiap kebijakan harus didasarkan pada pedoman-pedoman yang ada.

3. Peran Polri Sebagai Pengayom dan Pelindung Masyarakat

Peran ini diwujudkan dalam kegiatan pengamanan baik yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan (asas legalitas) maupun yang belum diatur oleh peraturan perundang-undangan (asas oportunitas yang diwadahi dalam hukum kepolisian). Aktualisasi peran ini diwujudkan dalam bentuk:26

a. Mampu menempatkan diri sejajar dengan masyarakat, tidak arogan dan merasa tidak lebih dimata masyarakat.

b. Mampu dan mau bekerja keras untuk mencegah dan meniadakan segala bentuk kesulitan masyarakat.

c. Mampu melindungi berdasarkan hukum dan bukan sebaliknya melanggar hukum karena interest tertentu.


(28)

d. Mampu mengantisipasi secara dini dalam membentengi masyarakat dan segala kemungkinan yang bakal mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.

4. Peran Polri dalam Penegakan Hukum

Polri merupakan bagian dari Criminal Justice System selaku Penyidik yang memiliki kemampuan penegakan hukum (represif) dan kerjasama kepolisian internasional untuk mengantisipasi kejahatan internasional.Dalam menciptakan kepastian hukum peran Polri diaktualisasikan dalam bentuk:27

a. Polri harus profesional dalam bidang hukum acara pidana dan perdata sehingga image negatif bahwa Polri bekerja berdasar kekuasaan akan hilang;

b. Mampu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tidak menjadi korban dari kebutuhan hukum atau tindakan sewenang-wenang;

c. Mampu memberikan keteladanan dalam penegakan hukum;

d. Mampu menolak suap atau sejenisnya dan bahkan sebaliknya mampu membimbing dan menyadarkan penyuap untuk melakukan kewajiban sesuai peraturan yang berlaku.


(29)

5. Peran Polri Sebagai Pelayan Masyarakat (Public Service)

Peran ini merupakan kemampuan Polri dalam pelaksanaan tugas Polri baik pre-emtif, preventif maupun represif. Peran ini akan menjamin ketentraman, kedamaian dan keadilan masyarakat sehingga hak dan kewajiban masyarakat terselenggara dengan seimbang, serasi dan selaras. Polri sebagai tempat mengadu, melapor segala permasalahan masyarakat yang mengalami kesulitan perlu memberikan pelayanan dan pertolongan yang ikhlas dan responsif. Aktualiasi dari peran Polri ini adalah:28

a. Mampu dan proaktif dalam mencegah dan menetralisir segala potensi yang akan menjadikan distorsi kantibmas;

b. Mampu mencegah dan menahan diri dalam segala bentuk pamrih sehingga tidak memaksa dan menakut-nakuti serta mengancam dengan kekerasan;

c. Mampu memberikan pelayanan yang simpatik sehingga memberikan kepuasan bagi yang dilayani.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menegaskan tugas dan wewenang kepolisian dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 sebagai berikut:

1. Pasal 13

Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat,


(30)

b. Menegakkan hukum,

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pasal 14

Dalam menjalankan tugas pokoknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian, khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. Menyelenggaakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian umtuk kepentingan tugas kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(31)

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

i. mencari keterangan dan barang buktu;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;


(32)

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;

k. Melaksnakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah 4. Pasal 16

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.


(33)

2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf 1 adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

e. Menghormati hak asasi manusia

Peran-peran Polisi yang Penulis kemukakan di atas merupakan landasan filosofis reformasi Polri dalam mewujudkan peran Polri yang diamanatkan oleh Undang-Undang.


(34)

BAB III

METODE PENILITIAN

Agar diperoleh keterangan yang lengkap, sistematis, dan dapat di pertanggungjawabkan, maka dalam suatu penelitian diperlukan metode pendekatan guna pembahasan masalah yang terfokus dan penelitian yang terarah pada pokok permasalahannya.

Agar penelitian skripsi ini dapat dilakukan secara sederhana dan terarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan yang dilakukand alam penulisan skripsi ini antara lain :

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian yuridis-empiris. Penelitian yuridis-empiris merupakan penelitian yang dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan.29

B. Sumber dan Bahan Hukum

Data yang dipergunakan dalam penulisan proposal ini bersumber dari:

1. Bahan Kepustakaan :

Merupakan data yang diperoleh dengan membaca buku, literatur serta pendapat yang dikemukakan oleh para pakar atau sarjana yang

29 Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hlm. 30


(35)

memiliki kaitan dengan pokok bahasan penelitian, kemudian lebih lanjut data kepustakaan ini dibagi menjadi 3 jenis :

a. Bahan Hukum Primer

Bersumber dari peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi serta Peraturan Perudang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.

b. Bahan Hukum Sekunder

Merupakan bahan hukum yang memberikan, penjelasan bahan hukum primer seperti hasil penelitian, karya ilmiah, hasil-hasil seminar serta data yang diperoleh dari literature.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan hukum yang bersumber dari kamus dan ensiklopedia.


(36)

Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi data sekunder dan data primer.

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang di peroleh langsung dari sumber pertama.30 Data primer merupakan data yang berupa

keterangan dari pihak yang terkait dengan obyek penelitian yang bertujuan untuk memahami maksud dan arti pihak yang terkait dengan obyek penelitian yang bertujuan untuk memahami maksud dan arti dari data sekunder yang ada. Data ini diperoleh dari informan yaitu seorang yang dianggap mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia memberikan informasi yang berupa kata-kata dan data yang perlukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data Skunder merupakan data yang di peroleh dengan mengamati secara langsung obyek yang di teliti.Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen- dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.31

C. Teknik Pengumpulan Data

30Ibid, hlm 30


(37)

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, adapun tehnik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Kepustakaan dikumpulkan dengan studi dokumen yaitu dengan menghimpun, mengkaji bahan-bahan hukum yang berupa buku dan laporan-laporan penulisan serta bentuk-bentuk bahan kepustakaan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang diteliti guna mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Data Lapangan, diperoleh dengan cara Wawancara (interview) yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu kepada beberapa informan yang ada kaitannya dengan penulisan proposal ini.

D. Analisis Data

Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data.32

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitasnya.

BAB IV

32 Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal 103


(38)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat Saat Ini

Untuk mendapatkan gambaran kondisi keselamatan, tingkat kecelakaan dan kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat saat ini maka perlu diketahui beberapa hal mengenai, permasalahan lalu lintas, tingkat keselamatan, kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat dan penyelenggaraan penegakan hukum yang dilaksanakan selama ini.

a) Permasalahan Lalu lintas

Permasalahan lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur secara umum meliputi kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas serta ketidak tertiban lalu lintas. Banyak faktor manusia, jalan, lingkungan, kendaraan, dan lemahnya penegakan hukum menyebabkan ketidak teritban dan menimbulkan banyak korban kecelakaan.

Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: a) Pelanggaran Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas di kabupaten Lombok Timur 2 Tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 yang telah dilakukan penindakan pada tahun 2012 berjumlah 8.143 dan pelanggaran pada tahun 2013 berjumlah 10.556 (terjadi peningkatan 29,6 % ). Sedangkan untuk jenis pelanggaran Helm pada tahun 2012 berjumlah


(39)

4.895 dan pada tahun 2013 berjumlah 5.807 (terjadi peningkatan 18,6 %). Pelanggaran kelengkapan kendaraan pada tahun 2012 berjumlah 459 dan pada tahun 2013 mencapai 1.467 ( terjadi peningkatan 219,6 %).Pelanggaran surat pada tahun 2012 berjumlah 2.782 dan pada tahun 2013 berjumlah 3.662 (terjadi kenaikan 31,6 % ). Jenis pelanggaran marka rambu pada tahun 2012 berjumlah 7 dan pada tahun 2013 nihil.dan jenis pelanggaran boncengan lebih dari 1 dan melawan arus pada tahun 2012 dan 2013 nihil. Dari data pelanggaran tersebut di atas terlihat bahwa pelanggaran pengemudi yang tidak melengkapi administrasi/surat-surat cukup dominan, namun pelanggaran yang mempunyai kecenderungan terhadap terjadinya kecelakaan yang disebabkan pelanggaran rambu dan marka berada posisi di bawah.

b) Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Lombok Timur 2 tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan 2013 rata-rata mencapai 6 korban jiwa per bulan. Jumlah kecelakaan pada tahun 2012 berjumlah 484 dan pada tahun 2013 berjumlah 406 (terjadi penurunan 1,5 %). Jumlah meninggal dunia pada tahun 2012 berjumlah 67 dan pada tahun 2013


(40)

berjumlah 76 (terjadi penurunan 1,3 %). Jumlah Luka berat pada tahun 2012 berjumlah 43 dan pada tahun 2013 berjumlah 34 (terjadi penurunan 2 %). Sedangkan jumlah luka ringan pada tahun 2012 berjumlah 624 dan pada tahun 2013 berjumlah 476 (terjadi penurunan 2,3 %). Penyebab kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2013 didominasi oleh factor pengemudi mencapai 406 kejadian dan 5 kejadian faktor kendaraan. Sedangkan Faktor jalan dan lingkungan nihil. Jumlah kerugian materiil pada tahun 2012 mencapai Rp. 515.650.000 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 373.300.000. Kecelakann Lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur sebelum di undangkannya UU No.22 tahun 2009 yaitu pada tahun 2007 sampai 2008 terus meningkat, disebabkan ruas jalan yang tetap dan meningkatnya kendaraan di jalan raya, sehingga tingkat kecelakaan lalu lintas semakin meningkat.33

b) Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang akan terlihat dari tingkat kedisiplinan para pemakai jalan. Dari data Satlantas Polres Lombok Timur disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan hampir 98 % oleh faktor manusia disamping

33 Berdasarkan hasil wawancara, dengan W.Sudana (Kanit Lantas), Satlantas Lotim, tanggal 22 Oktober 2014.


(41)

faktor lain seperti kendaraan dan jalan serta lingkungan. Untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas yang terjadi pada tahun 2013 sebagai berikut:

a) Pelanggaran Lalu lintas

Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anggota masyarakat dapat digolongkan berdasarkan atas : menurut tingkat pendidikan menurut usia dan menurut profesi.

1. Pelanggaran lalu lintas dari segi pendidikan berjumlah 9.583 pelanggaran yang terdiri dari : SD berjumlah 555 (5,7 %); SMP berjumlah 1.120 (11,6 %); SMA berjumlah 6.076 (63,4 %); dan akademi berjumlah 1.794 (18,7 %).

2. Pelanggaran lalu lintas dari segi usia berjumlah 9.585 pelanggaran yang terdiri atas : usia 16-30 tahun berjumlah 3351 (34,9 %); usia 31-40 tahun berjumlah 4.148 ( 43,2 %); usia 41-50 tahun berjumlah 1.725 (17,9%); dan usia 51 tahun keatas berjumlah 359 ( 3,7 %).

3. Pelanggaran lalu lintas dari segi profesi berjumlah 9.583 yang terdiri dari; Pegawai Negeri berjumlah 583 (6 %); Karyawan Swasta berjumlah 5.347 (55,7 %); Mahasiswa berjumlah (20,9 %); Pelajar berjumlah 1701 (17,7 %); Pengemudi berjumlah 117 (1,2%); Polri dan TNI nihil.


(42)

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi dapat digolongkan dalam Laka Lantas berdasarkan Usia dan berdasarkan Tingkat Pendidikan.

1. Pelaku kecelakaan berdasarkan usia berjumlah 375 kasus yang terdiri dari ; usia 0-9 tahun berjumlah 2 (0,5 %); usia 10-15 tahun berjumlah 39 (10,4 %); usia 16-25 tahun berjumlah 168 (44,8 %); usia 26-30 berjumlah 58 (15,4 %); usia 31-40 berjumlah 60 (16 %); usia 41-50 berjumlah 39 (10,4 %); usia 51-60 tahun berjumlah 9 (2,4 %).

2. Pelaku kecelakaan berdasarkan Tingkat pendidikan berjumlah 375 kasus yang terdiri dari ; SD berjumlah 57 (15,2 %) ; SLTP berjumlah 77 (20,5 %) ; SLTA berjumlah 216 57,6 %) ; Perguruan Tinggi berjumlah 25 (6,6 %) dan lain-lain nihil.

Dari data pelanggaran lalu lintas maupun data kecelakaan lalu lintas diatas, tergambarkan bahwa pelaku pada usia produktif antara usia 16 tahun sampai dengan usia 40 tahun banyak melakukan pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas. Sementara upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang lalu lintas belum menunjukkan kesungguhan yang berarti hal ini terlihat dari lemahnya langkah-langkah sosialisasi


(43)

undang-undang lalu lintas tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

c) Penyelenggaraan Penegakan hukum

Penegakan hukum menurut Biezeveld adalah pelaksanaan wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan suatu aturan tertentu.34

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantab dalam sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga tampak lebih konkret.35

Penegakan hukum lalu lintas merupakan bagian dari lalu lintas yang mempunyai peranan agar undang-undang lalu ;intas ditaati oleh setiap pemakai jalan. Berdasarkan fungsinya kegiatan penegakan hukum lalu lintas dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu :36

1. Preventif.

Meliputi kegiatan-kegiatan pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas, patrol lalu lintas dimana dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut

34 Siti Sundari, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya

35 Soerjono Sukanto, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Grafindo Persada, Jakarta, hlm.3.


(44)

merupakan suatu system keamanan lalu lintas saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Adapun dasar hukum dari penegakan lalu lintas di bidang preventif antara lain yaitu :

1. Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan 2. Undang-Undang No. 8 tahun 1980 tentang KUHAP 3. Undang-Undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pelaksananya.

4. Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

2. Represif.

Meliputi Penindakan pelanggaran dan penyidikan lalu lintas, dimana penindakan pelanggaran lalu lintas secara simpatik dengan memberikan teguran atau peringatan terhadap pelanggar lalu lintas. Sedangkan penindakan secara yuridis dapat diartikan sebagai penindakan pelanggaran lalu lintas secara hukum yang meliputi penindakan dengan menggunakan tilang, serta penindakan terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban jiwa dengan menggunakan ketentuan penyidikan sebagaimana terdapat dalam KUHAP.


(45)

Penegakan hukum dalam prosesnya untuk menyerasikan antara nilai, kaidah dan perilaku.

Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

Secara umum, sesuai yang dikemukakan Soerjono Sukanto, ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu :37

a. Faktor hukumnya sendiri dibatasi dari berlakunya UU mengenai asas dan tujuan berdampak positif.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum supaya berjalan lancar.

d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Dalam Masyarakat.

Menurut Muhammad Ikhsan dari beberapa penelitian dan pengkajian dilapangan faktor korelatif yang dapat mempengaruhi stabilitas 37 Soerjono Sukanto, 2002, Op. Cit, hlm.4-5.


(46)

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalulintas di jalan raya merupakan interaksi serta kombinasi dua atau lebih faktor yang saling mempengaruhi situasi lalu lintas meliputi faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.38

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungan sangat bergantung dari perilaku manusia sebagai pengguna jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Kamseltibcar Lalu Lintas, hal ini sangat ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya berupa:

a) Mental

Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan 38 Muhammad Ikhsan, Op.cit, Hal. 18


(47)

kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang pondamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik.

b) Pengetahuan

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.

Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu


(48)

sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya. c) Keterampilan

Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/ Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas baik bagi pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun pengguna jalan lainnya.

Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi) kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian keterampilannya untuk mendapatkan SIM.


(49)

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya seperti rem blong, mesin yang tiba - tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dan lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi situasi lalu lintas jalan raya yang melibatkan kendaraan dapat di bagi dalam 2 (dua) faktor utama yaitu 39 :

a) Kuantitas Kendaraan

Pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya menunjukan angka yang signifikan, hal ini merupakan sebuah manifestasi dari Laju pembangunan Nasional seiring dengan era globalisasi menuntut adanya percepatan dalam bidang perekonomian dan keamanan tuntutan perkembangan disektor lainnnya yang

39 Satjipto Rahardjo, 2000, Menuju Kepolisian Republik Indonesia Mandiri Yang Profesional, Jakarta, Yayasan Tenaga Kerja, hal. 6


(50)

mengharuskan adanya percepatan mobilitas untuk pencapaian hasil secara optimal, apabila dipandang dari sisi ekonomi dan teknologi perindustrian memang hal ini merupakan sebuah prestasi yang sangat baik tetapi setiap suatu perubahan atau perkembangan di satu sektor akan menimbulkan dampak pada sektor yang lainnya, apabila tidak segera di sikapi secara cepat dan akurat hal ini justru akan menimbulkan dampak negatif pada sektor tertentu.

b) Kualitas Kendaraan

Kendaraan bermotor saat ini dirancang telah mempertimbangkan aspek keamanaan yang berhubungan dengan pemakai jalan di lain pihak juga mempertimbangkan tentang gerak kendaraan itu sendiri dalam kaitannya dengan arus lalu lintas. Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus dipelihara dengan baik sehingga semua bagian motor berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem depan belakang, ban, lampu, kaca spion, dan alat-alat lain. Dengan demikian pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat :

1. Mengurangi jumlah kecelakaan.

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.


(51)

4. Kendaraan dapat tetap laik jalan.

5. Komponen Kendaraan selalu dalam kondisi siap untuk dioperasionalkan secara baik sesuai dengan kebutuhan pada saat dikendarai / dikemudikan.

c. Faktor Jalan

Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi darat yang merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi jalan dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa : “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:40

a) Rambu-rambu b) Marka jalan

c) Alat pemberi isyarat lalu lintas d) Alat penerangan jalan

e) Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan f) Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;

g) Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan h) Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang

berada di Jalan dan di luar badan Jalan. d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan/ cuaca juga berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan. Terjadinya hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi 40 Pasal 25 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


(52)

lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari berbagai lokasi di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor lingkungan jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan lalu lintas. Hal ini mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat, konstan, memperlambat atau berhenti).

C. Usaha-usaha Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Pengguna Jalan.

Kesadaran hukum pada hakekatnya adalah bicara tentang kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Soerjono Soekanto bahwa “kesadaran hukum merupakan suatu penilaian terhadap hukum yang ada atau yang diharapkan”.41 Selanjutnya dinyatakan bahwa “pada umumnya manusia

akan taat pada hukum dan penegaknya atas dasar imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati baik secara terpisah maupun secara akumulatif”.42

Sedangkan Scholten menjelaskan tentang kesadaran hukum yaitu “kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu, apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita 41 Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, hal. 62

42 Soerjono Soekanto, 1979, Kegunaan Sosiologis Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni, Bandung, hal. 51.


(53)

dengan mata kita membedakan antara hukum dengan tidak hukum, antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan”.43

Terbentuknya kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan pada umumnya dan khususnya kesadaran pengendara sepeda motor dalam berlalu lintas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain :

a. Substansi Hukum

Hukum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat. Dalam ilmu hukum terdapat adigium bahwa setiap orang dianggap tahu hukum pada saat hukum dinyatakan berlaku, sehingga secara logika hukum tersebut dapat diterapkan setelah aturan tersebut dinyatakan berlaku. Hukum dibuat untuk dilaksanakan, hukum tidak lagi disebut hukum manakala tidak dilaksanakan dalam masyarkat.44

b. Struktur Hukum

Ruang lingkup struktur hukum sangat luar, oleh karena itu di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan struktur hukum adalah Kepolisian. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 angka (3) huruf (e) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa : “urusan pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan

43 Scholten dalam Sudikno Mertokusumo, 1984, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Liberty, Jakarta, hal. 2

44Satjipto Rahardjo, 1977, Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hal. 12.


(54)

pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas, oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia”. Berdasarkan Pasal tersebut, maka urusan penegakan hukum dan pendidikan berlalu lintas merupakan tugas dari Kepolisian, oleh karena itu masalah kesadaran hukum masyarakat pengendara sepeda motor juga dapat dilihat dari sudut struktur hukum. Untuk membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, penegak hukum harus bertindak tegas, konsisten, penuh dedikasi dan bertanggungjawab dalam menghadapi pengguna jalan.

c. Budaya Hukum

Menurut Bernard Arief Sidharta, bahwa “budaya hukum adalah keseluruhan nilai, sikap, perasaan dan perilaku para warga masyarakat termasuk pejabat pemerintahaan terhadap atau berkenaan dengan hukum”.45 Dalam kaitan dengan kesadaran

hukum, budaya hukum dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau perilaku masyarakat atau kebiasaan masyarakat dalam mematuhi atau mentaati aturan hukum. Seseorang dianggap mempunyai taraf kesadaran hukum yang tinggi apabila perilaku nyatanya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dengan demikian maka taraf kesadaran hukum yang tinggi didasarkan pada kepatuhan hukum yang menunjukkan sampai 45 Arief Sidharta, 1999, Refleksi Tentang Struktur Hukum Sebuah Penelitian Tentang Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung.


(55)

sejauh manakah perilaku nyata seseorang sesuai dengan hukum yang berlaku. Akan tetapi tidak setiap orang yang mematuhi hukum mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor penyebab terjadinya kepatuhan hukum harus pula dipertimbangkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mematuhi hukum tersebut adalah :46

a) Rasa takut pada sanksi hukum yang akan dijatuhkan apabila melanggar.

b) Untuk memelihara hubungan baik dengan penguasa.

c) Untuk memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan kelompok.

d) Oleh karena kepentingan pribadi terjamin oleh hukum.

e) Oleh karena hukum sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, terutama nilai-nilai keterkaitan dan ketentraman.

d. Sarana dan Fasilitas

Penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif apabila tersedianya sarana atau fasilitas yang memadai, karena sarana atau fasilitas memiliki peranan yang sangat penting dalam penegakan


(56)

hukum. sarana dan prasarana yang mempengaruhi peningkatan keselamatan lalu lintas, maka permasalahan yang ada antara lain :47

a) Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya penegakan hukum di bidang lalu lintas

b) Tidak berfungsinya jalan sebagaimana mana mestinya, seperti penggunaan untuk kaki lima, parkir pada badan jalan, dan sebagainya.

c) Rendahnya disiplin pengguna jalan.

Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi pada sistem transportasi di Kabupaten Lombok Timur, maka Satlantas Kabupaten Lombok Timur melakukan berbagai usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan pada umumnya dan pengendara sepeda motor pada khususnya.

Berdasarkan hasil penelitian, usaha-usaha yang dilakukan Kepolisian dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat pengguna jalan antara lain : perekayasaan prasarana dan sarana lalu lintas (engineering), pembinaan unsur pengguna jalan (education), serta rekayasa dalam bidang hukum atau pengaturannya termasuk penegakan hukumnya (enforcement).

Metode dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan pada dasarnya merupakan bagian dari sub sistem manajemen transportasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa


(57)

metode yang digunakan oleh kepolisian dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dibedakan menjadi 3, antara lain :48

a. Metode pre-emptif diarahkan untuk mengeliminir dampak-dampak negatif. Metode ini digunakan untuk membudayakan disiplin pengguna jalan dalam berlalu lintas melalui pendidikan dan latihan.

b. Metode preventif (pencegahan), diarahkan untuk mengamankan kondisi yang potensial terhadap terjadinya pelanggaran. Metode ini digunakan untuk mencegah adanya suatu pelanggaran melalui perekayasaan terhadap prasarana dan sarana lalu lintas, pengaturan, patroli dan penjagaan pada setiap ruas jalan lalu lintas.

c. Metode represif (penanggulangan), berupa penindakan terhadap setiap bentuk pelanggaran. Metode ini digunakan untuk menimbulkan efek jera pada setiap pelanggar melalui penindakan atau pemberian sanksi.

Peran masyarakat di bidang lalu lintas merupakan salah satu fungsi lalu lintas dalam memberikan pemahaman tentang lalu lintas sebagai suatu upaya preventif dalam menanggulangi masalah lalu lintas. Peranan masyarakat di bidang lalu lintas dengan sasaran terhadap masyarakat umum dapat menciptakan sikap mental mentaati peraturan perundang-undangan lalu lintas, serta tercapainya peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam menertibkan lalu lintas.


(58)

Adapun upaya Dikmaslantas (Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas ) yang sudah dilakukan Satlantas Lombok Timur yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bekerjasama terhadap kepala-kepala desa yang dinyatakan kurang dalam memahami kesadaran lalu lintas. Selain itu juga melakukan Partnersip di beberapa Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMAN 1 Sikur, SMAN 1 Terara, SMAN 1 Masbagik,SMAN 1 Selong, MAN Selong dan SMPN 1 Selong sehingga terciptanya kesadaran hukum berkendara di kalangan pelajar.

Selain upaya di atas ada pula upaya yang dilakukan Satlantas Lotim berupa Operasi Gabungan (Opgab) bersama instansi lainnya yaitu dengan TNI, Dinas Perhubungan dan Polisi Pamong Kab.Lotim.Kemudian Perbaikan jalan bersama Dinas Pekerjan Umum, Pemasangan Banner Berupa himbauan di berbagai tempat strategis dan Pemberian penghargaan kepada Pelajar yang berkendara dengan baik dan tertib berupa pemberian Pin dan SIM gratis.49

BAB V

49 Berdasarkan hasil wawancara, dengan IPDA I Kt.Parka (Kaur Lantas),Satlantas Lotim, tanggal 22 Oktober 2014.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat kecelakaan lalu lintas di kabupaten Lombok Timur setelah di undangkannya UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menurun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan yang menurun dari tahun 2012 dan 2013

b. Usaha meningkatkan kesadaran hukum masyarakat pengguna jalan yang dilakukan Kepolisian dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu pre-emtif, preventif dan represif yang diselenggarakan melalui perekayasaan sarana lalu lintas (engineering), pembinaan unsur pengguna jalan (education), serta penegakan hukumnya (enforcement).

B. Saran

Tingginya pelanggaran lalu lintas baik yang berhasil ditindak oleh aparat penegak hukum maupun pelanggaran yang secara kasat mata masih mewarnai kehidupan lalu lintas sehari-hari diharapkan dapat ditekan (diminimalisir) melalui langkah-langkah penegakan hukum baik dalam bentuk preventif maupun represif, tegas serta diimbangi upaya lainnya dalam bentuk giat pendidikan masyarakat lalu lintas dan langkah-langkah rekayasa lalu lintas. Ada beberapa poin penting untuk dijadikan saran dalam penelitian ini:


(60)

a. Perlu dilakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang berpotensi terhadap kecelakaan lalu lintas.

b. Bagi penegak hukum diharapkan harus Mempunyai kualitas etika dan moral yang baik, profesionalisme dan proporsionalisme dalam mengemban tugas, tidak arogan / sok kuasa, mementingkan kepentingan umum / rakyat, dapat memberikan tauladan, tegas dalam bertindak namun tetap sopan, bijaksana dalam mengambil keputusan, didukung insentif atau anggaran yang memadai, dan Dapat bekerja dan menunjukkan kinerja yang baik secara terkoordinasi.

c. Untuk sarana dan prasarana, jalan harus memenuhi persyaratan gometrik jalan, (aman dapat difungsikan sebagai fungsi jalan seperti : rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, traffic light, penerangan jalan dan perlengkapan lain yang memenuhi standar baku.


(1)

sejauh manakah perilaku nyata seseorang sesuai dengan hukum yang berlaku. Akan tetapi tidak setiap orang yang mematuhi hukum mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor penyebab terjadinya kepatuhan hukum harus pula dipertimbangkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mematuhi hukum tersebut adalah :46

a) Rasa takut pada sanksi hukum yang akan dijatuhkan apabila melanggar.

b) Untuk memelihara hubungan baik dengan penguasa.

c) Untuk memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan kelompok.

d) Oleh karena kepentingan pribadi terjamin oleh hukum.

e) Oleh karena hukum sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, terutama nilai-nilai keterkaitan dan ketentraman.

d. Sarana dan Fasilitas

Penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif apabila tersedianya sarana atau fasilitas yang memadai, karena sarana atau fasilitas memiliki peranan yang sangat penting dalam penegakan


(2)

hukum. sarana dan prasarana yang mempengaruhi peningkatan keselamatan lalu lintas, maka permasalahan yang ada antara lain :47

a) Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya penegakan hukum di bidang lalu lintas

b) Tidak berfungsinya jalan sebagaimana mana mestinya, seperti penggunaan untuk kaki lima, parkir pada badan jalan, dan sebagainya.

c) Rendahnya disiplin pengguna jalan.

Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi pada sistem transportasi di Kabupaten Lombok Timur, maka Satlantas Kabupaten Lombok Timur melakukan berbagai usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan pada umumnya dan pengendara sepeda motor pada khususnya.

Berdasarkan hasil penelitian, usaha-usaha yang dilakukan Kepolisian dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat pengguna jalan antara lain : perekayasaan prasarana dan sarana lalu lintas (engineering), pembinaan unsur pengguna jalan (education), serta rekayasa dalam bidang hukum atau pengaturannya termasuk penegakan hukumnya (enforcement).

Metode dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan pada dasarnya merupakan bagian dari sub sistem manajemen transportasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa


(3)

metode yang digunakan oleh kepolisian dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dibedakan menjadi 3, antara lain :48

a. Metode pre-emptif diarahkan untuk mengeliminir dampak-dampak negatif. Metode ini digunakan untuk membudayakan disiplin pengguna jalan dalam berlalu lintas melalui pendidikan dan latihan.

b. Metode preventif (pencegahan), diarahkan untuk mengamankan kondisi yang potensial terhadap terjadinya pelanggaran. Metode ini digunakan untuk mencegah adanya suatu pelanggaran melalui perekayasaan terhadap prasarana dan sarana lalu lintas, pengaturan, patroli dan penjagaan pada setiap ruas jalan lalu lintas.

c. Metode represif (penanggulangan), berupa penindakan terhadap setiap bentuk pelanggaran. Metode ini digunakan untuk menimbulkan efek jera pada setiap pelanggar melalui penindakan atau pemberian sanksi.

Peran masyarakat di bidang lalu lintas merupakan salah satu fungsi lalu lintas dalam memberikan pemahaman tentang lalu lintas sebagai suatu upaya preventif dalam menanggulangi masalah lalu lintas. Peranan masyarakat di bidang lalu lintas dengan sasaran terhadap masyarakat umum dapat menciptakan sikap mental mentaati peraturan perundang-undangan lalu lintas, serta tercapainya peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam menertibkan lalu lintas.


(4)

Adapun upaya Dikmaslantas (Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas ) yang sudah dilakukan Satlantas Lombok Timur yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan bekerjasama terhadap kepala-kepala desa yang dinyatakan kurang dalam memahami kesadaran lalu lintas. Selain itu juga melakukan Partnersip di beberapa Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMAN 1 Sikur, SMAN 1 Terara, SMAN 1 Masbagik,SMAN 1 Selong, MAN Selong dan SMPN 1 Selong sehingga terciptanya kesadaran hukum berkendara di kalangan pelajar.

Selain upaya di atas ada pula upaya yang dilakukan Satlantas Lotim berupa Operasi Gabungan (Opgab) bersama instansi lainnya yaitu dengan TNI, Dinas Perhubungan dan Polisi Pamong Kab.Lotim.Kemudian Perbaikan jalan bersama Dinas Pekerjan Umum, Pemasangan Banner Berupa himbauan di berbagai tempat strategis dan Pemberian penghargaan kepada Pelajar yang berkendara dengan baik dan tertib berupa pemberian Pin dan SIM gratis.49

BAB V

49 Berdasarkan hasil wawancara, dengan IPDA I Kt.Parka (Kaur Lantas),Satlantas Lotim, tanggal 22 Oktober 2014.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat kecelakaan lalu lintas di kabupaten Lombok Timur setelah di undangkannya UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menurun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kecelakaan yang menurun dari tahun 2012 dan 2013

b. Usaha meningkatkan kesadaran hukum masyarakat pengguna jalan yang dilakukan Kepolisian dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu pre-emtif, preventif dan represif yang diselenggarakan melalui perekayasaan sarana lalu lintas (engineering), pembinaan unsur pengguna jalan (education), serta penegakan hukumnya (enforcement).

B. Saran

Tingginya pelanggaran lalu lintas baik yang berhasil ditindak oleh aparat penegak hukum maupun pelanggaran yang secara kasat mata masih mewarnai kehidupan lalu lintas sehari-hari diharapkan dapat ditekan (diminimalisir) melalui langkah-langkah penegakan hukum baik dalam bentuk preventif maupun represif, tegas serta diimbangi upaya lainnya dalam bentuk giat pendidikan masyarakat lalu lintas dan langkah-langkah rekayasa lalu lintas. Ada beberapa poin penting untuk dijadikan saran dalam penelitian ini:


(6)

a. Perlu dilakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang berpotensi terhadap kecelakaan lalu lintas.

b. Bagi penegak hukum diharapkan harus Mempunyai kualitas etika dan moral yang baik, profesionalisme dan proporsionalisme dalam mengemban tugas, tidak arogan / sok kuasa, mementingkan kepentingan umum / rakyat, dapat memberikan tauladan, tegas dalam bertindak namun tetap sopan, bijaksana dalam mengambil keputusan, didukung insentif atau anggaran yang memadai, dan Dapat bekerja dan menunjukkan kinerja yang baik secara terkoordinasi.

c. Untuk sarana dan prasarana, jalan harus memenuhi persyaratan gometrik jalan, (aman dapat difungsikan sebagai fungsi jalan seperti : rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, traffic light, penerangan jalan dan perlengkapan lain yang memenuhi standar baku.