Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK .010 /2008

(1)

29   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM DIDIPLOMA III KEUANGAN

ANALISA KELAYAKAN BESARAN DANA SANTUNAN BAGI KORBAN KECELAKAN LALU LINTAS OLEH PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI. NO. 36 DAN 37/PMK.010/2008

TUGAS AKHIR

Diajukan oleh :

VINA APULINA BR SEMBIRING 112101103

 

 

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : VINA APULINA BR SEMBIRING

NIM : 112101103

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : ANALISA KELAYAKAN BESARAN DANA

SANTUNAN BAGI KORBAN KECELAKAAN

LALU LINTAS OLEH PT. JASA RAHARJA (PERSERO) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI. NO.36 DAN 37/PMK.010/2008

Tanggal : 2014 DOSEN PEMBIMBING

Fadli, SE, M.Si.

NIP. 198106282006041005 Tanggal : 2014 KETUA PROGRAM STUDI

DIPLOMA III KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si.

NIP. 197411232000122001

Tanggal : 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak,CA NIP. 195604071980021001


(3)

i   

KATA PENGANTAR

Bismilllahhirrohmanirrohim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK .010 /2008 ” guna memenuhi persyaratan akademik sebagai titik akhir dari sebuah proses pembelajaran di Program Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ayahanda Asia Sembiring dan Ibunda Norani Manik selaku orang tua yang penulis sayangi yang telah membimbing, memberikan doa dan semangat yang tidak putus. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tugas akhir ini dapat terselesaikan.pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, Ca. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si Selaku Ketua Program studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.


(4)

tugas akhir.

5. Seluruh bapak dan ibu dosen yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta seluruh Pegawai dan Staf Pegawai Fakultas Ekonomi 6. Bapak Shuparman Rachman, SE. Selaku Pimpinan PT. Jasa Raharja Kantor

Perwakilan TK. I Medan serta Staf Pegawai Bapak Hamzah Arridho, Bapak Berman S Hutapea dan Ibu Emy Nurhayati. yang telah memberi bantuan, arahan serta masukan kepada penulis selama melakukan riset di perusahaan. 7. Terima kasih yang spesial untuk saudara kandung penulis Dana dan Nina, sahabat Icha, Dian, Dina, Ayu, Oza, Rina, Fella dan Yati, serta teman magang Bila, Anja, Mutek dan Bayu yang telah memberikan semangat, motivasi, dukungan, kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. dan seluruh teman-teman D-III Keuangan stambuk 2011 khususnya Grup B.

Penulis menyadari bahwa penyajian tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, Juni 2014 Penulis


(5)

iii   

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) … 10 A. SEJARAH PT. JASA RAHARJA ... 10

B. Visi Dan Misi PT. Jasa Raharja (Persero) ... 19

C. Struktur Organisasi Perusahaan... 20

D. Job Description... 22

E. Kegiatan Usaha ... 28

BAB III PEMBAHASAN………... 29

A. PENGERTIAN ASURANSI DAN JENIS SANTUNAN ... 29

a. Pengertian Asuransi ... 29


(6)

1.1 Prosedur Administrasi Awal ... 34

1.1.1 Mendapatkan data awal kecelakaan ... 34

1.1.2 Menginput data awal kecelakaan ... 35

1.1.3 Memutakhirkan data kecelakaan ke dalam DASI JR . 35 1.1.4 Melakukan Survei ... 37

1.1.5 Membantu menyiapkan Berkas Santunan ... 37

1.1.6 Menerima dan Memeriksa Berkas Santunan ... 38

1.1.7 Memberikan Nomor Berkas Santunan ... 40

1.1.8 Mencetak Tanda Terima Berkas dari DASI JR ... 40

1.2 Prosedur Pemrosesan Berkas Santunan... 41

1.2.1 Menginput data Berkas Santunan ke dalam DASI JR 41 1.2.2 Memeriksa Kelengkapan Berkas Santunan ... 42

1.2.3 Melakukan Verifikasi Keabsahan Berkas Santunan 42 1.2.4 Melakukan Otorisasi Berkas Santunan ... 43

1.2.5 Melakukan otorisasi Pembayaran Santunan ... 44

1.2.6 Mencetak Kuitansi Pelayanan ... 44

1.2.7 Menandatangani LDPB ... 45

2. DASAR PENYELESAIAN SANTUNAN ... 45

2.1 Syarat Pertanggungan... 45

2.1.1 Undang-Undang Nomor 33 dan 34 Tahun 1964 Sebagai Program Asuransi Sosial atau Pertanggungan ... 45


(7)

v   

2.1.3 Pola Penyelesaian Santunan ... 49

C. PERBANDINGAN BESARAN SANTUNAN DENGAN BIAYA RILL YANG TIMBUL AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS ... 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57


(8)

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan ... 6

Tabel 2.1 Perubahan Nama Perusahaan ... 12

Tabel 2. 2 Profil Perusahaan PT. Jasa Raharja (Persero) ... 18

Tabel 3. 1 Jenis Santunan PT. Jasa Raharja ... 34

Tabel 3. 2 Laporan Data Kecelakaan ... 50

Tabel 3. 3 Laporan Biaya Perawatan yang Diajukan ... 51

Tabel 3. 4 Laporan Data Kecelakaan ... 52

Tabel 3. 5 Laporan Biaya Perawatan yang Diajukan ... 53

                     


(9)

vii   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Jasa Raharja (Persero) ... 21


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dalam era globalisasi ini, bidang ekonomi telah menempatkan diri dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pembangunan tersebut dilakukan dengan menggunakan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. oleh sebab itu perkembangan tersebut mendorong masyarakat baik secara individu atau kelompok untuk senantiasa berkompetisi dalam kaitannya dengan kehidupan khususnya dalam kegiatan perekonomian yang pada akhirnya menuntut tingkat mobilitas yang semakin tinggi.

Adanya mobilitas masyarakat yang sangat tinggi berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam pemenuhannya masyarakat sangat menginginkan kemudahan didalam semua aspek, oleh karena itu masyarakat melakukan berbagai upaya didalam memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya dalam penggunaan transportasi. Transportasi merupakan sarana yang sangat membantu masyarakat dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Salah satu alat transportasi adalah transportasi darat yang identik dengan lalu lintas di jalan raya


(11)

2  

perlu senantiasa dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan nasional demi kesejahteraan masyarakat.

Dengan meningkatnya kebutuhan akan transportasi, jumlah dari kendaraan bermotor juga semakin bertambah, hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya peristiwa kecelakaan lalu lintas. didukung dengan fasilitas jalan raya yang tidak bertambah dan kurangnya tingkat kedisiplinan berlalu lintas maka potensi tingkat kecelakaan lalu lintas tersebut semakin bertambah sampai saat ini. Pada peristiwa kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan jatuhnya korban baik luka ringan maupun luka berat bahkan hingga meninggal dunia. Jika peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi maka akan membutuhkan biaya pengobatan maupun pemakaman.

Pada dasarnya, setiap warga negara harus mendapatkan perlindungan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas. Pemerintah telah memberikan jaminan sosial melalui Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan wajib kecelakaan penumpang menurut pasal 3 ayat (1) huruf :

a. Tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan untuk menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan.


(12)

b. Penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota dibebaskan dari pembayaran iuran wajib.

c. Iuran wajib tersebut pada sub a di atas digunakan untuk mengganti kerugian berhubung dengan:

I. kematian

II. cacat tetap, akibat dari kecelakaan penumpang, dan

III. Penggantian biaya perawatan biaya rumah sakit bagi korban yang mengalami cidera luka-luka

Demikian juga dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, pada pasal 2 ayat (1) Pengusaha/pemilik alat angkutan lalu lintas jalan diharuskan memberi sumbangan wajib setiap tahun. Pada ayat (2) berbunyi Jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Adapun pihak yang mengelola dana tersebut adalah PT. Jasa Raharja (Persero). [Undang Undang Nomor 33 dan 34 Tahun 1964 ]

PT. Jasa Raharja (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diamanahkan untuk mengelola program asuransi sosial sesuai dengan undang-undang no.33 tahun 1964 Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1965 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dan Undang Undang No. 34 tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1965 tentang dana kecelakaan lalu lintas jalan, senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat agar santunan yang diberikan kepada korban kecelakaan alat angkutan umum dan kecelakaan lalu lintas jalan dirasakan meningkat. Kedua undang-undang tersebut mengamanahkan kepada jasa raharja untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk membayar santunan melalui dua sumber, yakni pertama


(13)

4  

pengutipan iuran wajib atau (premi) dari setiap penumpang alat angkutan umum baik di darat, laut ,udara, sungai, danau dan penyebrangan yang besarannya sudah di satukan dengan harga tiket. Kedua, pengutipan SWDKLLJ atau Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (premi) dari para pemilik kendaraan bermotor yang di bayarkan oleh pemilik kendaraan pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK setiap tahunnya di kantor SAMSAT seluruh Indonesia.

Dalam pemberian dana santunan kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas telah dilindungi dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 1964, dimana besaran dana santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36/PMK.010/2008 tentang Besaran Santunan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik Indonesia. [Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36 dan 37 Tahun 2008]

Namun terjadinya peningkatan laju inflasi perekonomian serta biaya kesehatan membuat besaran dana santunan yang diberikan kepada korban kecelakaan lalu lintas memerlukan penyesuaian kembali. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis laporan tugas akhir dengan judul “Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 Dan 37 /PMK.010/2008.


(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah apakah besaran dana santunan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan RI No.36 dan 37 /PMK.010/2008) sudah memadai untuk mengurangi beban ekonomi korban kecelakaan lalu lintas yang membantu kelangsungan hidup korban dan ahli waris korban ?

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian

a. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran dana santunan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK.010/2008) sudah memadai untuk mengurangi beban ekonomi korban kecelakaan lalu lintas yang membantu kelangsungan hidup korban dan ahli waris korban.`

b. Manfaat penelitian a. Bagi peneliti

Adapun manfaat dari penelitian adalah :

1. Menambah pengetahuan peneliti dalam bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun aplikasi.

2. Menambah pengetahuan penulis tentang Kelayakan Besaran Dana Santunan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.36 dan 37 /PMK.010/2008.


(15)

6  

b. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kantor bagian pelayanan untuk meningkatkan pelayanan dalam memberikan bantuan santunan kepada setiap korban maupun ahli waris yang mengalami musibah kecelakaan lalu lintas.

c. Bagi Peneliti yang akan datang Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat terhadap kajian tersebut.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di PT. Jasa Raharja (Persero) pada Kantor Perwakilan Tk. I Medan, Jl.Bambu 2 NO 96 Medan. Dalam kegiatan survey ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan kelayakan dana santunan. Untuk lebih jelasnya jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini

No Kegiatan

Minggu ke

1 2 3 4 5 6 1 Persiapan

2 Pengumpulan data


(16)

Dalam kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan riset Pada PT. Jasa Raharja Kantor Perwakilan TK. 1 Medan selama beberapa minggu terhitung dari tanggal 03 Maret – 11 April 2014.

2. Sumber Data

Sumber data yang menjadi pedoman bagi penulis dbagi dalam dua sumber, yaitu :

a. Data Primer, yaitu :

data yang diperoleh dengan cara mendatangi langsung ke objek penelitian, dimana data yang diperoleh dari lapangan, wawancara dan tanya jawab.

b. Data Sekunder, yaitu :

data yang diperoleh dari sumber-sumber lain dalam bentuk laporan atau publikasi yang diambil dari perusahaan maupun dari luar perusahaan, seperti : buku-buku, surat kabar dan media lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan membaca buku, majalah dan bacaan lainnya yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Data yang dikumpulkan peneliti merupakan data sekunder, yaitu data yang paling mendekati pada permasalahan yang diteliti.


(17)

8  

Penelitian langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Data ini merupakan data primer yang diperoleh melalui :

1. Wawancara, yaitu : Tanya jawab yag dilakukan oleh peneliti terhadap pihak yang berwenang untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu : Data yang diperoleh dari perusahaan secara langsung.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif. Metode Deskriptif adalah Metode analisa dengan terlebih dahulu mengumpulkan data, menyusun, menggunakan, mengklarifikasikan, serta menginterpretasikan data sehingga memberikan gambaran jelas bagaimana Kelayakan Besaran Dana Santunan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK.010/2008.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut:


(18)

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam Bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian, serta memaparkan Metode Penelitian yang terdiri dari Jadwal dan Lokasi Survei, Sumber dan Teknik Pengumpulan data, Metode Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. PROFIL INSTANSI

Dalam Bab ini diuraikan mengenai Sejarah Ringkas, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Job Discription, dan Kegiatan Usaha.

BAB III. PEMBAHASAN

Dalam Bab ini membahas tentang penelitian yang dilakukan penulis pada Kantor PT. Jasa Raharja (Persero) pada Bagian pelayanan berkaitan dengan kelayakan Besaran Dana Santunan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK.010/2008.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini menjelaskan kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan kemudian menguraikan saran yang relevan dengan kesimpulan.


(19)

10   

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

PT. JASA RAHARJA (PERSERO) MEDAN

A. SEJARAH PT. JASA RAHARJA

Berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk melakukan nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda dengan diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda. Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang asuransi kerugian, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asuransi kerugian Belanda berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian Belanda yang dikenakan Nasionalisasi.

Adapun perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi dimaksud sebagai berikut:

1. Perusahaan Firma Bekouw & Mijnssen di Jakarta. 2. Perusahaan Firma Blom & van Der Aa di Jakarta. 3. Perusahaan Firma Sluyters di Jakarta.

4. Perusahaan N.V. Assurantie Maatschappij Jakarta di Jakarta. 5. Perusahaan N.V. Assurantie Kantor Langveldt-Schroder di Jakarta.

6. Perusahaan N.V. Zee-en Brandassurantie Maatschappij van 1851 c.s. di Jakarta.

7. Perusahaan N.V. Javasche Verzekerings Agenturen Maatschappij di Jakarta.

8. Perusahaan N.V. Nederlandsche Lloyd di Jakarta.


(20)

9. Perusahaan N.V. Maskapai Asuransi dan Administrasi Umum Nusantara Llyod di Jakarta.

10. Perusahaan N.V. Assurantie Kantor O.W.J. Schlenceker di Jakarta. 11. Perusahaan N.V. Kantor Asuransi “Kali Besar” di Jakarta.

12. Perusahaan Jakarta Assurantie & Administratie Kantor di Jakarta.

13. Perusahaan Yayasan Onderlinge Landmolestverzekerings Fonds (O.L.F) di Jakarta.

14. Perusahaan PT Maskapai Asuransi Arah Baru (Arba) di Jakarta.

Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960, namun berlaku surut sampai tanggal 3 Desember 1957.

Selanjutnya, beberapa perusahaan yang telah dinasionalisasi tersebut ditetapkan dengan status badan hukum Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara yang seluruh modalnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia.

Sebagai perusahaan negara, berdasarkan Pengumuman Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/B.U.M.II. tanggal 9 Februari 1960, kemudian nama perusahaan-perusahaan tersebut diubah sebagai berikut :


(21)

12  

Tabel 2.1 Perubahan Nama Perusahaan

No. NAMA LAMA NAMA BARU

1. 1. Firma Blom & Van Der Aa di Jakarta 2. Firma Bekouw & Mijnssen di Jakarta. 3. Firma Sluyters & Co

4. N.V. Assurantie Maatschappij Jakarta di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA BHAKTI”

2. N.V. Assurantie Kantoor Langveldt-Schroder di Jakarta

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA DHARMA” 3. 1. N.V. Zee-en Brandassurantie

Maatschappij van 1851 c.s. di Jakarta. 2. N.V. Javasche Verzekerings Agenturen

Maatschappij di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA CHANDRA”

4. 1. N.V. Nederlandsche Lloyd di Jakarta. 2. N.V. Maskapai Asuransi dan

Administrasi Umum Nusantara Llyod di Jakarta.

3. NV Brandwaarberg Maatschaapij B.M.I van 1863

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA CHANDRA”

5. 1. N.V. Assurantie Kantor O.W.J. Schlenceker di Jakarta.

2. N.V. Kantor Asuransi “Kali Besar” di Jakarta

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA MULYA”

6. Jakarta Assurantie & Administratie Kantor di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA DJASA” 7. PT Maskapai Asuransi Arah Baru (Arba) di

Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA SAKTI”


(22)

No. NAMA LAMA NAMA BARU

8. Yayasan Onderlinge Landmolestverzekerings Fonds (O.L.F)

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA BHARATA”

Sumber: www.jasaraharja.co.id (2014)

Tahun 1961

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya, keempat PNAK tersebut yang semula berdasarkan Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.12631/B.U.M. II. tanggal 9 Februari 1960 yang nama perusahaannya disebut dengan “Ika” menjadi “Eka”. Berdasarkan Peraturan Pemerintah itu pula, keempat PNAK tersebut yaitu Eka Bhakti, Eka Dharma, Eka Mulya dan Eka Sakti pada tanggal 1 Januari 1961 dilebur untuk menjadi satu perusahaan dengan nama PNAK Eka Karya. Dengan peleburan tersebut, maka segala hak dan kewajiban, kekayaan, pegawai dan usaha keempat perusahaan tersebut beralih kepada PNAK Eka Karya. Namun dalam Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.29495/B.U.M.II tanggal 31 Desember 1960, penyebutan nama perusahaan-perusahaan tersebut kembali menggunakan “Ika” termasuk perusahaan yang baru didirikan tersebut yaitu “Ika Karya”. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena Pengumuman Menteri Keuangan tersebut diterbitkan mendahului diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya yaitu pada tanggal 24 Maret 1961.


(23)

14  

PNAK Eka Karya yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, agen atau koresponden di dalam dan/atau di luar negeri, bergerak dalam bidang usaha perasuransian yaitu:

1. mengadakan dan menutup segala macam asuransi termasuk reasuransi, kecuali pertanggungan jiwa.

2. memberi perantaraan dalam penutupan segala macam asuransi.

Tahun 1965

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965 PNAK Eka Karya dilebur menjadi perusahaan baru dengan nama “Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja” dan seluruh kekayaan, pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya dialihkan kepada PNAK Jasa Raharja. Sebagaimana PNAK Eka Karya, PNAK Jasa Raharja pun berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, sedangkan untuk agen atau koresponden hanya diperkenankan di dalam negeri.

Berbeda dengan PNAK Eka Karya yang memberikan pertanggungan yang bersifat umum untuk segala jenis asuransi, maka PNAK Jasa Raharja didirikan dengan kekhususan memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang. Beberapa bulan sejak pendirian PNAK Jasa Raharja, tepatnya tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri


(24)

Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan No. B.A.P.N. 1-3-3 yang menunjuk PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai Undang-Undang Nomor 33 dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964.

Tahun 1970

Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang. Pasal 2 ayat 2 dari UU tersebut menyatakan bahwa PERUM adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960.

Tahun 1978

Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Umum Asuransi Kerugian “Jasa Raharja”, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No.34 tahun 1964, Jasa Raharja mendapat mandat tambahan untuk menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond.


(25)

16  

Penunjukan tersebut menjadikan Jasa Raharja sebagai pionir penyelenggara surety bond di Indonesia, di saat perusahaan asuransi lain umumnya masih bersifat fronting office dari perusahaan surety di luar negeri sehingga terjadi aliran devisa ke luar negeri untuk kepentingan tersebut. Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.

Tahun 1980

Pada perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum Jasa Raharja semakin berkembang sehingga diperlukan pengelolaan usaha yang lebih terukur dan efisien, maka pada tahun 1980 berdasarkan PP No.39 tahun 1980 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi Kerugian “Jasa Raharja” menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja.

Tahun 1981

Anggaran Dasar Jasa Raharja yang semula diatur dalam Peraturan Pemerintah pendiriannya, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (PERSERO) pengaturannya harus dipisahkan. Anggaran Dasar Jasa Raharja tersebut selanjutnya dituangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981. Dengan adanya perubahan nomenklatur kementerian, pada tahun ini pula, Pemerintah melalui


(26)

Menteri Keuangan memperbaharui penunjukan Jasa Raharja dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan No: 337/KMK.011/1981 tanggal 2 Juni 1981 tentang Penunjukan Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja untuk Menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Tahun 1994 – Sekarang

Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai penjabaran UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur antara lain ketentuan yang melarang Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan asuransi lain selain program asuransi sosial.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 hingga saat ini Jasa Raharja melepaskan usaha asuransi non wajib dan surety bond untuk lebih fokus dalam menjalankan program asuransi sosial yaitu menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang sebagaimana diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964.


(27)

18  

Tabel 2.2 Profil Perusahaan PT. Jasa Raharja (Persero)

Nama: PT JASA RAHARJA (Persero)

Bidang Usaha : Asuransi Sosial

Pemilik: 100% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia Dasar Hukum : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965

tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja

2. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-750/MK/IV/11/1970 tanggal 18 Nopember 1970 tentang Pernyataan

mengenai Perusahaan Negara (P.N.) Asuransi Kerugian Djasa Rahardja sebagai Usaha Negara seperti yg dimaksud dalam ayat (2) Pasal Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1980

tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi Kerugian Jasa Raharja Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Modal Perseroan: Rp. 500.000.000.000

Modal Disetor: Rp. 250.000.000.000

Akte Pendirian: Akta Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, yg telah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Akta Nomor 18 tanggal 2 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Yulius

Purnawan, SH. MSi., Notaris Jakarta.


(28)

Kegiatan Usaha: Melaksanakan Asuransi Kecelakaan penumpang alat angkutan umum dan asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga sebagaimana diatur UU No. 33 dan 34 tahun 1964 berikut

peraturan pelaksanaannya.

Jaringan Kantor: Jasa Raharja memiliki 28 kantor cabang, 61 kantor perwakilan, 45 Kantor Pelayanan Jasa Raharja (KPJR) dan 1.013 Kantor Bersama Samsat, yang tersebar diseluruh Indonesia

Kantor Pusat: Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-2 Kuningan-Jakarta 12920

Telp. (021) 5203454, Fax. (021) 5220284

Website : www.jasaraharja.co.id Email : pusat@jasaraharja.com

Sumber : www.jasaraharja.co.id (2014)

B. Visi Dan Misi PT. Jasa Raharja (Persero) Visi

Menjadi perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan mengutamakan penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan kebutuhan masyarakat.

Misi

a. Catur Bakti Ekakarsa Jasa Raharja.

b. Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.


(29)

20  

c. Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara.

d. Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi kesinambungan Perusahaan.

e. Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan gambaran sistematis yang menunjukkan kedudukan, wewenang, tanggung jawab dan tugas yang berbeda-beda dalam organisasi. pengorganisasian berguna untuk mempersatukan orang-orang dan sumber daya yang ada agar berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. organisasi di bentuk untuk dapat menghasilkan suatu yang efektifitas dan efisiensi kerja, sehingga terdapat suatu koordinasi yang baik diantara tiap-tiap bagian yaitu dengan adanya suatu kesatuan pemerintah perintah dan tanggung jawab.

Adapun struktur organisasi PT. Jasa Raharja (persero) menganut sistem departemensasi yaitu dengan mengadakan pembagian bidang-bidang pada beberapa bagian, sedangkan operasiaonalnya dianut sistem branch office (kantor cabang) dengan prinsip desentralisasi manajemen.


(30)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Jasa Raharja

Sumber : PT. Jasa Raharja (Persero) perwakilan TK.1 Medan (2014)

KEPALA PERWAKILAN TK. I  MEDAN

KASIR 

BIDANG TEKNIK 

SAMSAT CORNER  MEDAN FAIR 

SAMSAT GERAI 

TEMBUNG 

SAMKEL MEDAN 

UTARA I 

SMAKEL DT MU 

SAMKEL MEDAN 

SELATAN II 

BIDANG 

PELAYANAN 

BID. UMUM & 

KEUANGAN 

SAMSAT CORNER 

SAN PLAZA  

SAMSAT DRIVE  TRHU 

SAMKEL MEDAN 

UTARA II 

SMAKEL MEDAN 

SELATAN II 

SAMKEL GERAI  DELI TUA 


(31)

22  

D. Job Description

Berikut ini adalah uraian tugas dari PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan TK. I MEDAN.

1. Kepala Perwakilan

Tugas pokok kepala perwakilan adalah sebagai berikut :

a) Memimpin, memotivasi dan membina pegawai bawahannya.

b) Merencanakan dan mengamankan Sumber Daya Manusia (SDM), alat dan sarana fisik dalam unit kerja yang dipimpinnya.

c) Melakukan kerja sama dengan unit-unit kerja yang lain dalam perusahaan. d) Mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan di dalam unit kerja yang

dipimpinnya.

e) Membantu kelancaran kerja atasan.

f) Menyusun rencana kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Perwakilan. g) Mengendalikan pungutan atau pemasaran Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan

Wajib (SW) di perwakilan.

h) Mengendalikan pelayanan klaim di perwakilan. i) Mengendalikan pengelolaan keuangan di perwakilan.

j) Memimpin pemeliharaan saran fisik dan barang material di perwakilan. k) Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai bidang usaha Jasa

Raharja.

Kewenangan kepala perwakilan a) Menilai konduite bawahannya.


(32)

b) Merekomendasikan status pegawai bawahannya kepada kepala atasan langsung.

c) Menandatangani cek sebatas yang ditentukan direksi.

d) Menyetujui pembayaran klaim UU NO. 33 dan 34 /1964 yang terjamin. e) Mengatur dan mengembangkan SDM serta menggunakan alat/sarana fisik

yang berada di bawah pimpinannya sejauh dalam usaha memenuhi tanggung jawabnya.

f) Mengeloala penggunaan dana untuk kelancaran operasional bidang usaha jasa raharja di kantor perwakilan sebatas yang di setujui oleh kantor cabang.

2. Bagian Kasir

Tugas Bagian Kasir adalah sebagai berikut :

a) Betanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran uang kas perusahaan. b) Membuat laporan harian kas/bank dan membuat memorial berikut buktinya. c) Bertanggung jawab penggunaan cek, materai, perangko serta laporannya. d) Mengirim laporan mingguan ke kantor cabang dan mengarsip berkas

keuangan.

e) Melakukan konsolidasi dan membuat laporan hasil usaha (LHU). f) Melaksanakan kearsipan dinamis.

Kewenangan bagian kasir adalah sebagai berikut :

a) Menerima dan mengeluarkan uang dari kas perusahaan sesuai ketentuan. b) Menandatangani dan menguangkan cek.


(33)

24  

3. Penanggung Jawab Pelayanan dan Operasi

Tugasnya adalah sebagai berikut :

a) Menerima dan meneliti berkas klaim dari klaiment dan petugas samsat. b) Melaksanakan entry data, menyelesaikan berkas dan mengirim berkas

keluar daerah.

c) Melakukan survey dan surat menyurat bidang klaim.

d) Membuat laporan pengajuan, penyelesaian, pembayaran dan out standing klaim serta disket ke kantor cabang.

e) Mengarsip berkas-berkas klaim.

f) Menerima pembayaran Iuran Wajib dari Perusahaan Otobitas (PO). g) Membuat LHP Iuaran Wajib dan menyetorkan ke kas Perusahaan . h) Melaksanakan penagihan ke PO-PO.

i) Membuat laporan penerimaan dan tunggakan setiap bulan.

j) Bertanggung jawab atas penerimaan dan penyaluran stock resi terpadu dan kuitansi bermotor.

k) Melaksanakan kearsipan dinamis.

4. Bagian pelaksanaan administrasi bidang tehnik

Tugasnya adalah sebagai berikut:

a) Mengendalikan tertib Admistrasi Iuaran Wajib di kantor Perwakilan. b) Melakukan pengutipan Iuran Wajib Kendaraan Bermotor Umum

(IWKBU).

c) Menyampaikan hasil penerimaan IWKBU kepada cabang setiap laporan mingguan dan bulanan.


(34)

d) Mengentri data penerimaan IWKBU.

e) Membuat laporan harian penerimaan IWKBU.

f) Memegang, membuat dan meneliti pencatatan stock resi IWKBU.

g) Meneliti dan mengoreksi laporan harian, mingguan dan bulanan IWKBU dari samsat.

h) Mengupdate data outstanding IWKBU.

i) Membuat laporan bulanan (Bordero UU.33/ 1964).

j) Berkunjung ke PO-PO untuk memantau dan menggali potensi. k) Membuat data potensi IWKBU.

l) Membuat laporan IWKBU, SWDKLJ dan stock resi setiap bulan. m) Melaksanakan kegiatan cheking setiap bulan di wilayah kerja kantor

perwakilan.

n) Membuat perencanaan kerja bulanan.

5. Penanggung Jawab Keuangan dan Umum

Tugasnya adalah sebagai berikut :

a) Pelaksanaan Administrasi bidang keuangan dan menjaga kelancaran penerimaan dan pengeluaran uang di kantor perwakilan.

b) Membantu kepala perwakilan menyusun RKAP perwakilan. c) Bertanggung jawab atas kegiatan bidang SDM.

d) Memelihara dan menjaga barang-barang inventaris kantor. Kewenangannya adalah sebagai berikut:

a) Bertanggung jawab atas kelancaran penerimaan dan pengeluaran perusahaan.


(35)

26  

b) Terselenggaranya Administrasi bidang SDM dengan baik. c) Terpeliharanya sarana dan prasarana perusahaan.

6. Penanggung Jawab Samsat

Tugasnya adalah sebagai berikut :

a) Menetapkan dan menerima hasil Iuran Wajib –Sumbangan Wajib Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan (IW-SWDKLLJ) serta membuat laporan Hasil Penjualan (LHP) IW-SW.

b) Menyetor hasil penerimaan ke bank.

c) Membuat laporan bulanan Sisa Stock Resi, KD, Keandalan data mutasi Ranmor, out standing dan pengesahan STNK.

d) Mencatat dan meneliti data mutasi laka lantas dari Polres Wilayah Kerja. e) Bertanggung jawab atas investasi perusahaan di Samsat dan kendaraan

Dinas.

Kewenagannya adalah sebagai berikut :

Menerima uang dari Bendahara Samsat dan menyetorkan ke bank.

7. Bagian Pelaksana Administrasi Keuangan

Tugasnya adalah sebagai berikut : a) Menerima Iuaran Wajib dari PO.

b) Membuat LHP Iuaran Wajib dan menyetorkan ke kas perusahaan. c) Melaksanakan penagihan ke PO-PO.


(36)

e) Bertanggung jawab atas penerimaan dan penyaluran stock resi terpadu dan kuitansi bermotor.

f) Melaksakan kearsipan.

Kewenangannya adalah sebagai berikut: a) Mengentri LHP IWKBU.

b) Penetapan tarif IWKBU.

8. Bagian pelaksanaan administrasi pelayanan

Tugasnya adalah sebagai berikut:

a) Menerima dan meneliti berkas klaim dari kliment dan petugas Samsat. b) Melaksanakan entri data dan menyelesaikan berkas.

c) Melakukan survey dan surat menyurat bidang klaim. d) Mengarsip berkas-berkas klaim.


(37)

28  

E.Kegiatan Usaha

Tugas Pokok Jasa Raharja (Persero) memberikan santunan kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas sesuai ketentuan Undang-Undang No.33 dan 34 tahun 1964, dengan cara Jasa Raharja (Persero) menghimpun dan memupuk dana masyarakat melalaui iuran dan sumbangan wajib dari penumpang alat angkutan umum darat, laut dan udara serta sumbangan wajib dari pemilik kendaraan bermotor. untuk selanjutnya menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang berwujud santunan Jasa Raharja, terhadap korban kecelakaan lalu lintas.

PT. Jasa Raharja (Persero) dalam melaksanakan kegiatannya berdasar atas Iuran Wajib yang dijamin oleh Undang-Undang No.33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang jo. Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Sumbangan wajib yang dijamin oleh Undang-undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Dengan demikian maka PT. Jasa Raharja adalah Perusahaan Asuransi.


(38)

Berjalannya suatu sistem, prosedur atau aktifitas yang dilakukan dalam pekerjaan kantor pada bidang pelayanan PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan TK.1 Medan dalam rangka penyelesaian santunan kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, penulis juga mengamati kelayakan besaran santunan yang di berikan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan TK. I Medan kepada korban dan ahli waris kecelakaan lalu lintas.

Beranjak dari pengertian santunan yang merupakan sesuatu yang dipakai untuk mengganti kerugian karena kecelakaan, kematian dan sebagainya (biasanya berbentuk uang), maka analisis yang dilakukan penulis terhadap pekerjaan kantor pada PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan TK. I Medan berkaitan dengan Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK.010/2008 dalam bidang pelayanan yang dapat dilihat dari :

A. PENGERTIAN ASURANSI DAN JENIS SANTUNAN a. Pengertian Asuransi

Menurut Abbas Salim, Asuransi adalah suatu kemampuan untuk menetapkan kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti. Sedangkan menurut Menurut Muhammad Muslehuddin, istilah asuransi menurut pengertian riilnya adalah iuran bersama untuk meringankan beban individu kalau-kalau beban tersebut


(39)

30  

membebankannya. Asuransi sosial adalah merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang di bentuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh golongan masyrakat. salah satu asuransi soasial di indonesia adalah asuransi kecelakaan lalu lintas. Santunan yang di berikan kepada para korban atau ahli waris korban yang bersangkutan. Santunan di berikan dalam bentuk biaya ganti rugi untuk perawatan medis, santunan cacat, atau santuna kematian. Pembiyaan asuransi kecelakaan bersumber dari iuran wajib melalui pengusaha atau pemilik angkutan umum.

b. Jenis Santunan

Santunan adalah sesuatu yang dipakai untuk mengganti kerugian karena kecelakaan, kematian dan sebagainya (biasanya berbentuk uang). Adapun pengertian klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Sedangkan kecelakaan (accident) adalah peristiwa tak terduga yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak diinginkan, yang menyebabkan hilang dan atau rusaknya sesuatu objek pertanggungan, atau yang menyebabkan cedera seseorang. Dalam hal asuransi sosial yang di kelola oleh Jasa Raharja, kerugian yang dapat diberikan santunan adalah kerugian yang berhubungan dengan alat pengangkutan. Alat pengangkutan yang dimaksud adalah alat angkutan penumpang umum di darat, sungai/danau/laut dan udara serta kendaraan bermotor.


(40)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dan Sumbanga Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Pasal 2

1) Korban Kecelakaan alat angkutan Lalu Lintas Jalan atau ahli warisnya berhak atas santunan.

2) Besar santunan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) di tentukan sebagai berikut:

a) Ahli waris dari korban yang meninggal dunia berhak memperoleh santunan sebesar Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).

b) Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan yang besarnya di hitung berdasarkan angka presentase sebagaimana ditetapkan dalam pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 dari besar santunan meninggal dunia sebagai mana yang diatur dalam huruf (a).

c) Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak berhak memperoleh santunan berupa pergantian biaya perawatan dan pengobatan dokter paling besar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Pasal 3

Dalam hal korban dunia akibat kecelakaan alat angkutan Lalu Lintas jalan tidak memiliki ahli waris, kepada pihak yang menyelenggarakan penguburan diberikan penggantian biaya penguburan sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah).


(41)

32  

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37 /PMK.010/2008 Tentang Besaran Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/ Penyebrangan, laut dan Udara.

Pasal 2

1) Penumpang yang menjadi korban akibat kecelkaan selama berada berada di dalam angkutan penumpang umum di darat, sungai/danau, ferry/penyebrangan dan di laut atau ahli warisnya berhak memperoleh santunan.

2) Besar santunan sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut:

a) Ahli waris dari penumpang yang meninggal dunia berhak memperoleh santunan sebesar Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah ).

b) Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan yang dihitung berdasarkan angka presentase sebagaimna ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dari besar santunan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

c) Penumpang yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak memperoleh penggantian biaya perawatan dan pengobatan dokter paling besar RP 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).


(42)

Pasal 3

1) Penumpang yang menjadi korban akibat kecelakaan selama berada di dalam angkutan penumpang umum di udara atau ahli warisnya berhak memperoleh santunan.

2) Besar santunan sebagaimana di maksud pada ayat (1) di tentukan sebagai berikut :

a) Ahli waris dari penumpang yang meinggal dunia berhak memperoleh santunan sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

b) Penumpang yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan yang dihitung berdasarkan angka presentase sebagaimnan ditetapkan dalam pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang ketentuan-ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dari besar santunan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

c) Penumpang yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak memperoleh pergantian biaya perawatan dan pengobatan dokter paling besar Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah)

Pasal 4

Dalam hal penumpang yang meninggal dunia akibat kecelakaan selama berada di dalam alat angkutan umum di darat, sungai/danau, ferry/penyebrangan, laut dan udara tidak mempunyai ahli waris, kepada pihak yang menyelenggarakan penguburan diberikan penggantian biaya penguburan sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah).


(43)

34  

Besarnya santunan UU No.33 & 34 tahun 1964, ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jenis Santunan PT. Jasa Raharja (Persero)

Jenis Santunan

Angkutan Umum

Darat/Laut Udara Meninggal Dunia Rp 25.000.000,- Rp 50.000.000,-

Catat Tetap (maksimal) Rp 25.000.000,- Rp 50.000.000,-

Biaya Rawatan (maksimal) Rp 10.000.000,- Rp 25.000.000,-

Biaya Penguburan Rp 2.000.000,- Rp 2.000.000,-

Sumber : PT. Jasa Raharja Persero (2014)

B.PROSEDUR SANTUNAN DAN PENYELESAIAN SANTUNAN 1. Standar Prosedur Operasi Pelayanan Santunan

1.1 Prosedur Administrasi Awal

1.1.1 Mendapatkan data awal kecelakaan

a. Petugas JR (kewenangan ini melekat pada Petugas Mobile

Service / Petugas Samsat / Petugas yang ditunjuk)

mendapatkan data awal kecelakaan dari berbagai instansi yang berwenang, antara lain:

1) Kepolisian (kecelakaan darat). 2) Syah Bandar (kecelakaan laut).


(44)

4) Polsuska (kecelakaan kereta api).

5) Serta instansi berwenang lainnya sebagaimana ditetapkan dalam SK Direksi Jasa Raharja.

b. Petugas JR mendokumentasikan data awal kecelakaan dalam Buku Data Awal Kecelakaan.

c. Petugas JR meneliti kelengkapan dan kebenaran data awal kecelakaan.

d. Petugas JR memberikan informasi data awal kecelakaan kepada Petugas Pelaksan Administrasi Pelayanan.

e. Untuk peristiwa Laka Katastrope, Kantor Perwakilan wajib melaporkan peristiwa tersebut kepada Kantor Pusat melalui Kantor Cabang, untuk seterusnya prosedurnya sama seperti prosedur pelayanan santunan.

1.1.2 Menginput data awal kecelakaan

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menerima dan menginput data awal kecelakaan ke dalam DASI JR.

b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menyimpan data awal kecelakaan didalam DASI JR.

1.1.3 Memutakhirkan data kecelakaan ke dalam DASI JR

a. Petugas JR mengambil Laporan Instansi yang Berwenang dan memberikan kepada Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan. Laporan tersebut berasal dari :


(45)

36  

1) Kepolisian (kecelakaan darat). 2) Syah Bandar (kecelakaan laut).

3) Kementerian Perhubungan (kecelakaan udara). 4) Polsuska (kecelakaan kereta api).

5) Serta instansi berwenang lainnya sebagaimana ditetapkan dalam SK Direksi Jasa Raharja.

b. Berdasarkan Laporan Instansi yang Berwenang, Petugas JR memutuskan apakah harus dilakukan survei atas klaimen. Ketentuan mengenai kriteria Klaimen yang harus disurvei diatur dalam SK Direksi Jasa Raharja.

c. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menerimadan menginput Laporan Instansi yang Berwenang kedalam DASI JR.

d. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan juga dapat memutakhirkan data awal kecelakaan dengan mengakses Sistem Informasi Laka Kepolisian.

e. Pemutakhiran data awal kecelakaan tidak atau terlambat dilakukan.

f. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan tidak sesuai dalam memutakhirkan data awal kecelakaan.


(46)

1.1. 4 Melakukan Survei

a. Petugas JR melakukan survei awal untuk informasi kejadian kecelakaan yang harus diteliti dengan survei sebagaimana diatur oleh SK Direksi Jasa Raharja. Petugas JR menginformasikan berkas administrasi yang harus dilengkapi dan prosedur pengajuan santunan kepada Korban/Ahli Waris Korban.

b. Petugas JR membuat Laporan Hasil Survei dan menyerahkan kepada Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan untuk disatukan bersama Laporan Instansi yang Berwenang dan diteruskan ke proses selanjutnya.

1.1.5 Membantu menyiapkan Berkas Santunan

Petugas JR / Pelaksana Administrasi Pelayanan membantu mengisi dokumen dasar berikut:

a. Formulir Pengajuan Santunan.

b. Keterangan Singkat Kejadian Kecelakaan yang merupakan bagian dari dokumen dasar.

Adapun dokumen dasar dan dokumen pendukung meliputi : a.Formulir Pengajuan Santunan.

b. Keterangan Kesehatan Korban akibat kecelakaan. c.Keterangan Singkat Kejadian Kecelakaan.


(47)

38  

e.Laporan Polisi berikut sketsa TKP / Laporan Kecelakaan pihak yang berwenang lainnya.

f.Kuitansi asli biaya perawatan. g. KTP / identitas lain yang berlaku.

h. Akte Kelahiran / Akte Kenal Lahir / Ijazah. i.Surat Nikah / Kartu Keluarga (KK).

j.Keterangan cacat tetap oleh Dokter.

k. Dokumen lainnya yang dianggap perlu (misalnya : Surat Permohonan Ex Gratia yang dilampirkan dengan Surat Penolakan).

1.1.6 Menerima dan Memeriksa Berkas Santunan

a. Petugas JR menerima Berkas Santunan dari Klaimen untuk diteruskan kepada Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan dengan dilampirkan Surat Pengantar Berkas.

b. Petugas JR membuat Tanda Terima Berkas secara manual jika Klaimen menyerahkan Berkas Santunan kepada Petugas JR.

c. Pelaksana Administrasi Pelayanan menerima Berkas Santunan dari Petugas JR / Klaimen / Berkas Santunan (pelimpahan) yang berasal dari Kantor Cabang / Perwakilan / Kantor Pelayanan Tingkat I asal bersama Surat Pelimpahan. d. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan mencatat Berkas


(48)

Perwakilan / Kantor Pelayanan Tingkat I lainnya ke dalam Buku Register.

e. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan mengarsipkan Surat Pelimpahan.

Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan memeriksa kelengkapan Berkas Santunan dokumen dasar dan dokumen pendukung sebagai berikut:

a.Formulir Pengajuan Santunan.

b. Keterangan Kesehatan Korban akibat kecelakaan. c.Keterangan Singkat Kejadian Kecelakaan.

d. Keterangan Ahli Waris.

e.Laporan Polisi berikut sketsa TKP / Laporan Kecelakaan pihak yang berwenang lainnya.

f.Kuitansi asli biaya perawatan. g. KTP / identitas lain yang berlaku. h. Akte Kelahiran / Akte Kenal Lahir. i.Surat Nikah.

j.Kartu Keluarga (KK).

k. Keterangan cacat tetap oleh Dokter.

l.Dokumen lainnya yang dianggap perlu (misalnya : Surat Permohonan Ex-Gratia dan/atau Suplesi).

Jika Berkas Santunan tidak lengkap, maka Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menginformasikan berkas yang harus dilengkapi kepada Klaimen secara langsung atau melalui Petugas JR.


(49)

40  

1.1.7 Memberikan Nomor Berkas Santunan

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan memberi nomor berkas untuk setiap Berkas Santunan yang dinyatakan lengkap. (Baik untuk Berkas Santunan yang diterima langsung oleh Kantor Perwakilan atau Berkas Santunan yang berada di Kantor Pelayanan).

b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan mencatat nomor Berkas Santunan ke dalam Buku Register.

1.1.8 Mencetak Tanda Terima Berkas dari DASI JR

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menginput informasi pengajuan santunan kecelakaan yang sebelumnya telah dicatat sebagai data awal kecelakaan. Informasi tersebut meliputi,diantaranya: nomor berkas, informasi Klaimen, informasi korban, daftar berkas yang diterima, dan data kecelakaan ke dalam DASI JR.

b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan mencetak Tanda Terima Berkas Santunan sebanyak 2 rangkap.

c. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan dan Klaimen menandatangani Tanda Terima Berkas.

d. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menyerahkan lembar ke-1 Tanda Terima Berkas Santunan kepada Klaimen, sedangkan lembar ke-2 digabungkan dengan Berkas Santunan


(50)

yang disimpan dalam map yang sudah diberi nomor Berkas Santunan.

1.2 Prosedur Pemrosesan Berkas Santunan

1.2.1 Menginput data Berkas Santunan ke dalam DASI JR

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menginput data Berkas Santunan ke dalam DASI JR meliputi:

1) Informasi korban kecelakaan dan/atau ahli waris. 2) Mengklasifikasikan jenis santunan.

3) Menginput jumlah santunan yang diajukan berdasarkan kuitansi (atas pengeluaran yang dapat ditanggung) dan/atau Surat Keterangan Kematian.

4) Mengisi daftar dokumen yang dilampirkan dalam Berkas Santunan.

5) Memberikan rekomendasi apakah berkas terjamin atau tidak terjamin.

b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menyimpan data santunan di dalam DASI JR untuk di proses lebih lanjut. c. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menyerahkan


(51)

42  

1.2.2 Memeriksa Kelengkapan Berkas Santunan

a. PJ Pelayanan Klaim memeriksa kelengkapan Berkas Santunan. b. PJ Pelayanan Klaim memberikan persetujuan kelengkapan

Berkas Santunan dalam DASI JR.

c. PJ Pelayanan Klaim menyimpan data santunan di dalam DASI JR untuk diproses lebih lanjut.

1.2.3 Melakukan Verifikasi Keabsahan Berkas Santunan

a. PJ Pelayanan Klaim memeriksa kelengkapan dan keabsahan Berkas Santunan.

b. PJ Pelayanan Klaim dapat mendisposisikan kepada Surveyor untuk melakukan survei lebih lanjut atas berkas yang meragukan.

c. PJ Pelayanan Klaim merekomendasikan apakah berkas terjamin atau tidak terjamin (UU. No. 33 dan/atau 34).

d. PJ Pelayanan Klaim merekomendasikan jumlah santunan. e. PJ Pelayanan Klaim menyimpan data santunan di dalam

DASI JR untuk diproses lebih lanjut.

f. PJ Pelayanan Klaim menyerahkan Berkas Santunan kepada Kepala Perwakilan untuk mendapatkan otorisasi lebih lanjut.


(52)

1.2.4 Melakukan Otorisasi Berkas Santunan

a. Kilan memeriksa kelengkapan dan keabsahan Berkas Santunan.

b. Kepala Perwakilan dapat mendisposisikan kepada PJ Pelayanan Klaim untuk melakukan survei lebih lanjut atas berkas yang meragukan.

c. Kepala Perwakilan melakukan otorisasi Berkas Santunan yang terjamin atau pengajuan Ex Gratia.

d. Jika Berkas Santunan tidak terjamin, Kepala Perwakilan mendisposisikan Berkas Santunan kepada PJ Pelayanan Klaim untuk dibuatkan Surat Penolakan.

e. Kepala Perwakilan menandatangani Surat Penolakan untuk kemudian Surat Penolakan tersebut diserahkan kepada Klaimen melalui Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan atau Petugas JR.

f. Jika Berkas Santunan harus dilimpahkan ke Kantor Cabang / Perwakilan lain, maka Kepala Perwakilan mendisposisikan Berkas Santunan kepada PJ Pelayanan untuk membuat Surat Pelimpahan untuk Kantor Cabang / Perwakilan / Kantor Pelayanan Tingkat I yang dituju kemudian mencatatnya ke dalam Buku Register.

g. Kepala Perwakilan menandatangani Surat Pelimpahan untuk kemudian, PJ Pelayanan Klaim mengirimkan Bekas Santunan dan Surat Pelimpahan kepada Kantor Cabang Perwakilan /


(53)

44  

Kantor Pelayanan Tingkat I tujuan dan mengarsipkan Surat Pelimpahan.

h. Kepala Perwakilan menyimpan data santunan di dalam DASI JR untuk diproses lebih lanjut.

1.2.5 Melakukan otorisasi Pembayaran Santunan

a. Kepala Perwakilan melakukan otorisasi pembayaran santunan untuk pengajuan pertama dan Suplesi bagi Berkas Santunan yang terjamin.

b. Kepala Perwakilan akan meminta persetujuan Kacab untuk pengajuan Berkas Santunan Ex Gratia. Persetujuan Kacab atas pengajuan santunan Ex Gratia dilakukan secara online menggunakan aplikasi Dasi JR.

c. Kepala Perwakilan mendisposisikan Berkas Santunan kepada PJ Pelayanan Klaim untuk dibuatkan Kuitansi Pelayanan.

1.2.6 Mencetak Kuitansi Pelayanan

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan mencetak Kuitansi Pelayanan dari DASI JR sejumlah santunan yang disetujui.

b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan memberikan Berkas Santunan, dan Kuitansi Pelayanan kepada Bagian Keuangan untuk dilakukan proses pembayaran santunan (Kegiatan Pengeluaran Klaim Kantor Perwakilan).


(54)

1.2.7 Menandatangani LDPB

a. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menerimaBerkas Santunan, Kuitansi Pelayanan, dan LDPB yang telah diparaf oleh kasir dari kegiatan Pengeluaran di Kantor Perwakilan. b. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan meminta tanda

tangan Pejabat yang berwenang pada LDPB secara berjenjang mulai dari Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan, PJ Pelayanan Klaim, Kepala Perwakilan.

c. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan memberikan Berkas Santunan (Copy) kepada Bagian Keuangan.

d. Petugas Pelaksana Administrasi Pelayanan menyimpan Berkas Santunan (Asli), Kuitansi Pelayanan, dan LDPB.

2. DASAR PENYELESAIAN SANTUNAN 2.1. Syarat Pertanggungan

2.1.1 Undang-Undang Nomor 33 dan 34 Tahun 1964 Sebagai Program Asuransi Sosial atau Pertanggungan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah landasan hukum yang kokoh, baik bagi kepastian hukum perusahaan asuransi dalam menyelenggarakan usaha perasuransian maupun bagi perlindungan para pemegang polis. Pengertian Asuransi atau Pertanggungan menurut pasal (1) ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah : Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk


(55)

46  

memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atau meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1965 merupakan program asuransi dimana setiap penumpang angkutan umum membayar premi yang diistilahkan dengan Iuran Wajib untuk mendapatkan jaminan pertanggungan dari PT. Jasa Raharja (Persero) dari risiko kecelakaan yang mungkin terjadi selama berada dalam alat angkutan mulai saat naik kendaraan sampai turun di tempat tujuan. Jenis Asuransi tersebut, lazimnya dalam industri asuransi diistilahkan dengan Asuransi Kecelakaan Diri yaitu asuransi yang memberikan jaminan atas kemungkinan risiko yang disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa seseorang dengan ruang lingkup yang berlaku secara khusus. Namun demikian, kecelakaan yang dimaksud dalam Asuransi Kecelakaan Diri bersifat luas, mencakup semua jenis kecelakaan sedangkan kecelakaan yang dimaksud dalam UU No.33 Tahun 1964 terbatas pada kecelakaan yang disebabkan pengoperasian langsung dari alat angkutan penumpang umum.

Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 merupakan program Asuransi Tanggung Jawab Hukum Terhadap Pihak Ketiga khusus Bodily Injury (cidera badan). Asuransi tersebut dalam industri asuransi diistilahkan dengan Asuransi Tanggung Gugat adalah yang menjamin kemungkinan kerugian kepada masyarakat karena


(56)

kelalaian / kesalahan yang dilakukan tertanggung, sehingga menimbulkan kerugian (menderita cedera-badan atau kerusakan harta benda) terhadap masyarakat.

2.1.2 Penyelesaian Santunan

Dari sudut pandang perusahaan, terdapat dua tujuan penyelesaian santunan. Pertama adalah untuk memverifikasi kerugian yang dapat ditanggung dan kedua adalah untuk mendapatkan kebenaran dan kecepatan penyelesaian santunan. Tujuan pertama, yaitu verifikasi kerugian yang dapat ditanggung adalah untuk menilai apakah kerugian yang dapat ditanggung tersebut benar-benar terjadi. Dalam konteks ini termasuk menentukan, apakah seseorang atau perusahaan yang bersangkutan terjamin asuransi atau tidak. Tujuan kedua adalah mendapatkan kebenaran dan kecepatan penyelesaian santunan. Apabila suatu pengajuan santunan yang sah ditolak maka fungsi sosial yang menjadi dasar kontrak asuransi untuk melindungi peserta asuransi menjadi gagal.

Pengurusan santunan merupakan tahap utama dalam proses penggantian kerugian. Bagi perusahaan, pengurusan santunan ini harus dilaksanakan secara cermat dan hati-hati serta dalam waktu tertentu, sesuai dengan ketentuan Direksi. Dalam pengurusan santunan, petugas yang menanganinya harus melewati beberapa tahap berikut :

a.Meneliti berkas santunan.

b. Meyakini kebenaran kerugian yang terjadi. c.Meyakini keabsahan kasus kecelakaan terjadi.


(57)

48  

Ketiga tahap tersebut merupakan tahapan minimal yang harus dilaksanakan oleh petugas yang menangani proses penyelesaian santunan. Apabila suatu santunan diberikan tanpa melalui tahapan di atas maka perusahaan akan memiliki peluang yang cukup besar menjadi korban penipuan, yaitu dalam hal adanya pemberian santunan yang tidak sah. Penyampaian berkas santunan kepada perusahaan belum membuktikan adanya kewajiban perusahaan untuk memberi santunan. Penyampaian ini hanya engindikasikan adanya kemungkinan suatu kejadian yang harus diteliti. Dalam upaya untuk meneliti berkas santunan tersebut, petugas yang menangani penyelesaian santunan harus memperhatikan beberapa hal berikut :

a.Menetapkan adanya kecelakaan dan kerugian.

b. Menetapkan bahwa kecelakaan dan kerugian tersebut mendapat jaminan berdasarkan UU No.33 dan 34 Tahun 1964.

c.Menetapkan nilai kerugian dan jaminan yang dapat diberikan.

Pada prinsipnya, penelitian tersebut diutamakan untuk membuktikan kebenaran data yang tercantum pada berkas santunan yang diajukan. Dengan demikian, petugas yang menangani penyelesaian santunan dan meneliti kebenaran data pada berkas santunan tersebut harus secara hati-hati meneliti data tersebut. Hasil dari penelitian ini akan memberikan dua kemungkinan, yaitu ditolak atau diberikan santunan. Proses selanjutnya agar segera diselesaikan sesuai ketentuan.


(58)

2.1.3 Pola Penyelesaian Santunan

a. Pola Pelaksanaan Penyerahan Santunan

Untuk menunjang kelancaran penyerahan santunan dapat dilakukan dengan cara :

1) Dalam hal pembayaran dilakukan secara tunai sesuai ketentuan Perusahaan, dapat diserahkan langsung kepada korban / ahli waris korban di Kantor Cabang / Perwakilan / Pelayanan atau jika kondisi yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk datang ke kantor, maka santunan tersebut dapat diserahkan di tempat yang memudahkan korban/atau ahli waris korban menerimanya.

2) Pembayaran dapat pula dilakukan melalui Bank (Transfer) berdasarkan Surat Perintah, dengan ketentuan :

i. Kantor Cabang / Perwakilan / Kantor Pelayanan Tingkat I menerbitkan Surat Perintah Transfer.

ii. Kantor Pelayanan Tingkat II menerima salinan Surat Perintah Transfer dari Kantor Cabang / Perwakilan yang membawahi wilayah kerjanya.

3) Pemindahbukuan dalam hal biaya rawatan ditanggulangi pihak Rumah Sakit, sesuai dengan permintaan Pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan.


(59)

50  

C. PERBANDINGAN BESARAN SANTUNAN DENGAN BIAYA RILL YANG TIMBUL AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS

Berikut ini penulis mengambil beberapa sempel berkas pengajuan yang telah di selesaikan pada bulan Februari dan Maret.

PT. JASA RAHARJA (Persero) PERWAKILAN TK. I MEDAN

Tabel 3.2 Laporan Data Kecelakaan Periode Tgl Entry : 01/02/2014 s/d 28/02/2014

TGL DESKRIPSI LOKASI NAMA KORBAN

SIFAT CIDERA

KEJADIAN / SIFAT KECELAKAAN / JK / UMUR

/ JAM / KASUS KECELAKAAN / ALAMAT KORBAN

20/12/2013 22.00

JL. PSR III SIMPG JAGUNG DPN GUDANG NO 390 B. SAMPALI KEC. PS TUAN / TABRAK LARI /

TABRAKAN

WAHYU SETIAWAN [P/18TH] JL. KEMUNING DSN 13 NO 38 DS SAMPALI KEC.PERCUT

SEI TUAN LL 24/11/2013 15.00 JL. BILAL UJUNG.DPN.GG.AMARTA MEDAN / TABRAK LARI / TABRAKAN DEPAN-SAMPING

ERNAWANTO [P/38TH] JL. BILAL UJUNG GG. BUNTU/AMARTA NO 189 D KEL.PULO BRAYAN DARAT 1

KEC. MEDAN TIMUR

LL

29/01/2014 20.00

JL.PALANG MERAH DI DPN PANIN LEFR- MEDAN / NORMAL / TABRAKAN SAMPING-SAMPING

MUHAMMAD SOLEH HARAHAP [P/34TH] JL. AR HAKIM GG. LANGGAR LR BAHAGIA NO 23 MEDAN

LL

5/12/2013 13.30

JL.BERINGIN PSR V DKT PANGLONG INTIAN KEC.PS TUAN / TABRAK LARI / TABRAKAN DEPAN-SAMPING

MALAHAYATI SMT [W/39TH] JL.PINTU AIR GG.LANGGAR

NO 2 KEL. SITIRUSO 1 KEC MEDAN KOTA

LL


(60)

PT. JASA RAHARJA (Persero) PERWAKILAN TK. I MEDAN

Tabel 3.3 Laporan Biaya Perawatan yang Diajukan Periode : 01/02/2014 s/d 28/02/2014

NO NOMOR

BERKAS

NAMA

KORBAN CIDERA

JUMLAH DIAJUKAN JUMLAH DIBAYAR NAMA RUMAH SAKIT 1 2-003-00- 06-06-02-2014 WAHYU

SETIAWAN LL

Rp 11.506.000 Rp 10.000.000 RSU PIRNGADI 2 2-006-00-

06-06-02-2014 ERNAWANTO LL Rp 12.134.000 Rp 10.000.000 RSU IMELDA 3 2-008-01- 06-06-02-2014 MUHAMMAD SOLEH HARAHAP LL Rp 10.816.000 Rp 10.000.000 RSU COLOMBIA ASIA 4 2-009-00- 06-06-02-2014 MALAHAYATI SMT LL Rp 18.861.240 Rp 10.000.000 RSU PERMATA BUNDA


(61)

52  

PT. JASA RAHARJA (Persero) PERWAKILAN TK. I MEDAN

Tabel 3.4 Laporan Data Kecelakaan Periode Tgl Entry : 01/03/2014 s/d 31/03/2014

TGL DESKRIPSI LOKASI NAMA KORBAN

SIFAT CIDERA

KEJADIAN / SIFAT KECELAKAAN / JK / UMUR

/ JAM / KASUS KECELAKAAN / ALAMAT KORBAN

3/2/2014 21.00

JL. SELAMAT KETAREN SMPG JL. TERATAI DKT RM. SILIBAT / NORMAL / TABRAKAN DEPAN-SAMPING

MUHAMMAD IQBAL NASUTION [P/18TH] JL. HALAT GG MAKMUR NO III -

MEDAN

LL

24/10/2013 08.30

JL. BRIG. KATAMSO SIMPG JL. KAMPUNG AUR DKT HARIAN WASPADA MEDAN / TABRAK LARI / TABRAK DEPAN-SAMPING

BENNY SALIM [P/20TH] JL. PERTEMPURAN GG. JERUK 2 NO 52 KEL. PULAU BRAYAN KOTA KEC. MEDAN BARAT

LL

25/12/2013 19.30

JL. MEDAN BATANG KUIS DPN RUMAH NO 40 KEC. PS TUAN / NORMAL / MENABRAK PEJALAN KAKI

M. SATIR RANGKUTI [P/67TH] JL. BESAR TEMBUNG DSN II NO 48 KEL.

TEMBUNG KEC. PS TUAN

LL


(62)

PT. JASA RAHARJA (Persero) PERWAKILAN TK. I MEDAN

Tabel 3.5 Laporan Biaya Perawatan yang Diajukan Periode : 01/03/2014 s/d 31/03/2014

NO NOMOR

BERKAS

NAMA

KORBAN CIDERA

JUMLAH DIAJUKAN JUMLAH DIBAYAR NAMA RUMAH SAKIT 1 2-001-00- 06-06-03-2014 MUHAMMAD IQBAL

NASUTION LL

Rp 10.264.550 Rp 10.000.000 RS.H.ADAM MALIK MEDAN 2 2-007-00- 06-06-03-2014 BENNY

SALIM LL

Rp 12.497.700 Rp 10.000.000 RSU ELISABETH 3 2-025-00- 06-06-03-2014 M.SATIR

RANGKUTI LL

Rp 48.981.841 Rp 10.000.000 RSU COLOMBIA ASIA


(63)

54  

PT. Jasa Raharja (Persero) dalam melaksanakan kegiatannya berdasar atas Iuran Wajib yang dijamin oleh Undang-undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Namun demikian jaminan tersebut belumlah cukup memberikan jaminan perlindungan bagi korban kecelakan untuk mengurangi beban penderitaan korban dan keluarganya.

Berdasarkan sampel data penyelesaian santunan biaya perawatan korban kecelakaan di rumah sakit, dapat di lihat jumlah biaya perawatan yang di ajukan dengan jumlah santunan maksimal yang bisa di bayarkan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Dan dapat di simpulkan rata-rata biaya perawatan yang diajukan lebih besar dari jumlah santunan maksimal penggantian biaya perawatan tersebut. Dimana para korban belum mendapat perlindungan maksimal akibat dari kecelakaan lalu lintas yang dialami demikian pula dengan kasus cacat tetap dan meninggal dunia dalam kondisi ekonomi saat ini penulis berpendapat bahwa jumlah besaran santunan belum layak untuk meringankan beban ekonomi korban maupun ahli waris korban melihat inflasi perekonomian serta biaya kesehatan yang cukup tinggi. Dan santunan biaya penguburan yang di berikan kepada keluarga korban yang tidak memiliki ahli waris, di anggap tidak memadai untuk membiayai prosesi penguburan korban.

Berdasarkan pengamat diketahui bahwa kebanyakan korban lalu lintas adalah masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah dan seyogyanya pemerintah dalam hal ini sebagai mana diatur dalam UUD 1945 di wajibkan memberikan perlindungan pada seluruh warga negaranya. Dalam kesempatan ini


(64)

penulis mencoba memberikan saran agar kiranya pemerintah dalam hal ini menteri keuangan mengubah peraturan yang berkaitan dengan besaran santunan, kiranya santunan kecelakaan lalu lintas bagi korban maupun ahli waris korban dapat ditingkatkan minimal 100% dari jumlah santunan maksimal yang berlaku saat ini. Hal ini dapat membantu meringankan beban ekonomi dan kelangsungan hidup para korban dan ahli waris kecelakaan lalu lintas, dan sekiranya untuk pemerintah memikirkan bahwasana satunan yang di berikan kepada korban masih kurang dan mempertimbangkan untuk menaikan dana santunan kepada korban sesuai dengan kebutuhan korban dalam kecelakaan.


(65)

56   

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis akan mencoba untuk memberikan kesimpulan yang mungkin dapat bermanfaat.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis sebagai berikut :

1. PT. Jasa Raharja (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diamanahkan untuk mengelola program Asuransi Sosial sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun 1964 Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

2. Besaran dana santunan kecelakaan lalu lintas yang di berikan Pemerintah melalui PT. Jasa Raharja (Persero) guna memberikan perlindungan dasar pada korban-korban kecelakaan lalu lintas belum memadai, ditinjau dari segi ekonomi dimana biaya perawatan di rumah sakit cukup tinggi.

3. PT. Jasa Raharja (Persero) diharapkan juga aktif dalam program pencegahan kecelakaan guna mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas.


(66)

B. Saran

      Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi PT. Jasa Raharja (Persero) dalam rangka meningkatkan besaran dana santunan.

Adapun saran-saran tersebut adalah :

1. Agar menteri keuangan sebagai perwakilan dari Pemerintah merevisi besaran dana santunan serta meningkatkannya. guna membantu beban ekonomi serta kelangsungan hidup para korban dan ahli waris korban kecelakaan lalu lintas.

2. Peningkatan besaran dana santunan sebesar 150% dari besaran dana santunan saat ini sesuai dengan yang diusulkan pihak Jasa Raharja kepada Pemerintah di perkirakan relevan mengingat biaya perawatan di rumah sakit dan obat-obatan cukup mahal dan laju inflasi perekonomian menuntut biaya hidup yang tinggi dari masyarakat. 3. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan sudah seharusnya menjadi

tanggung jawab semua pihak, selain itu program-program sosialisasi untuk mengantisipasi kecelakaan dari pihak Jasa Raharja untuk dapat di tingkatkan lagi.


(67)

58  

DAFTAR PUSTAKA

http//www.jasaraharja.co.id 

Muslehuddin Muhammad, 1999. Menggugat Asuransi Modern, PT Lentera Basritama, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Menteri Keuangan No 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan SumbanganWajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Menteri Keuangan No 37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuaran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyebrangan, Laut danUdara.

Salim Abdul, 2000. Asuransi dan Menajemen Resiko, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Umar Husein, 2000. Businis An Introduktion, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.


(1)

53

 

PT. JASA RAHARJA (Persero) PERWAKILAN TK. I MEDAN

Tabel 3.5 Laporan Biaya Perawatan yang Diajukan Periode : 01/03/2014 s/d 31/03/2014

NO NOMOR BERKAS

NAMA

KORBAN CIDERA

JUMLAH DIAJUKAN JUMLAH DIBAYAR NAMA RUMAH SAKIT 1 2-001-00- 06-06-03-2014 MUHAMMAD IQBAL

NASUTION LL

Rp 10.264.550 Rp 10.000.000 RS.H.ADAM MALIK MEDAN 2 2-007-00- 06-06-03-2014 BENNY

SALIM LL

Rp 12.497.700 Rp 10.000.000 RSU ELISABETH 3 2-025-00- 06-06-03-2014 M.SATIR

RANGKUTI LL

Rp 48.981.841 Rp 10.000.000 RSU COLOMBIA ASIA


(2)

PT. Jasa Raharja (Persero) dalam melaksanakan kegiatannya berdasar atas Iuran Wajib yang dijamin oleh Undang-undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Namun demikian jaminan tersebut belumlah cukup memberikan jaminan perlindungan bagi korban kecelakan untuk mengurangi beban penderitaan korban dan keluarganya.

Berdasarkan sampel data penyelesaian santunan biaya perawatan korban kecelakaan di rumah sakit, dapat di lihat jumlah biaya perawatan yang di ajukan dengan jumlah santunan maksimal yang bisa di bayarkan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Dan dapat di simpulkan rata-rata biaya perawatan yang diajukan lebih besar dari jumlah santunan maksimal penggantian biaya perawatan tersebut. Dimana para korban belum mendapat perlindungan maksimal akibat dari kecelakaan lalu lintas yang dialami demikian pula dengan kasus cacat tetap dan meninggal dunia dalam kondisi ekonomi saat ini penulis berpendapat bahwa jumlah besaran santunan belum layak untuk meringankan beban ekonomi korban maupun ahli waris korban melihat inflasi perekonomian serta biaya kesehatan yang cukup tinggi. Dan santunan biaya penguburan yang di berikan kepada keluarga korban yang tidak memiliki ahli waris, di anggap tidak memadai untuk membiayai prosesi penguburan korban.

Berdasarkan pengamat diketahui bahwa kebanyakan korban lalu lintas adalah masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah dan seyogyanya


(3)

55

 

penulis mencoba memberikan saran agar kiranya pemerintah dalam hal ini menteri keuangan mengubah peraturan yang berkaitan dengan besaran santunan, kiranya santunan kecelakaan lalu lintas bagi korban maupun ahli waris korban dapat ditingkatkan minimal 100% dari jumlah santunan maksimal yang berlaku saat ini. Hal ini dapat membantu meringankan beban ekonomi dan kelangsungan hidup para korban dan ahli waris kecelakaan lalu lintas, dan sekiranya untuk pemerintah memikirkan bahwasana satunan yang di berikan kepada korban masih kurang dan mempertimbangkan untuk menaikan dana santunan kepada korban sesuai dengan kebutuhan korban dalam kecelakaan.


(4)

A. Kesimpulan

Dalam bab ini penulis akan mencoba untuk memberikan kesimpulan yang mungkin dapat bermanfaat.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis sebagai berikut :

1. PT. Jasa Raharja (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diamanahkan untuk mengelola program Asuransi Sosial sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun 1964 Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

2. Besaran dana santunan kecelakaan lalu lintas yang di berikan Pemerintah melalui PT. Jasa Raharja (Persero) guna memberikan perlindungan dasar pada korban-korban kecelakaan lalu lintas belum memadai, ditinjau dari segi ekonomi dimana biaya perawatan di rumah sakit cukup tinggi.


(5)

57

 

B. Saran

      Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi PT. Jasa Raharja (Persero) dalam rangka meningkatkan besaran dana santunan.

Adapun saran-saran tersebut adalah :

1. Agar menteri keuangan sebagai perwakilan dari Pemerintah merevisi besaran dana santunan serta meningkatkannya. guna membantu beban ekonomi serta kelangsungan hidup para korban dan ahli waris korban kecelakaan lalu lintas.

2. Peningkatan besaran dana santunan sebesar 150% dari besaran dana santunan saat ini sesuai dengan yang diusulkan pihak Jasa Raharja kepada Pemerintah di perkirakan relevan mengingat biaya perawatan di rumah sakit dan obat-obatan cukup mahal dan laju inflasi perekonomian menuntut biaya hidup yang tinggi dari masyarakat. 3. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan sudah seharusnya menjadi

tanggung jawab semua pihak, selain itu program-program sosialisasi untuk mengantisipasi kecelakaan dari pihak Jasa Raharja untuk dapat di tingkatkan lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

http//www.jasaraharja.co.id 

Muslehuddin Muhammad, 1999. Menggugat Asuransi Modern, PT Lentera Basritama, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Menteri Keuangan No 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan SumbanganWajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Menteri Keuangan No 37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuaran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyebrangan, Laut danUdara.

Salim Abdul, 2000. Asuransi dan Menajemen Resiko, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Umar Husein, 2000. Businis An Introduktion, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.


Dokumen yang terkait

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

2 53 98

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

8 76 98

Sistem Informasi Dana Santunan Kecelakaan PT. Jasa Raharja (Persero)

0 5 1

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBAYARAN SANTUNAN DAN MANFAAT SANTUNAN KEPADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS OLEH PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG LAMPUNG

2 33 83

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) KANTOR PELAYANAN SRAGEN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN

7 87 120

KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN SANTUNAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) TASIKMALAYA.

0 1 2

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS.

0 1 111

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) MEDAN A. SEJARAH PT. JASA RAHARJA - Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Analisa Kelayakan Besaran Dana Santunan Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37 /PMK .010 /2008

0 0 9

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

0 0 20