dikirim melalui link physical maupun logical, atau melalui sebuah network node
tertentu. Throughput biasanya diukur dalam bit per detik bits atau bps, dan terkadang dalam paket data per detik atau paket data
per satuan waktu. Semakin tinggi nilai throughput, maka jaringan memiliki performa yang lebih baik [10].
Rumus untuk menghitung throughput adalah : Throughput
=
2. Delay
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay di dalam jaringan dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Paketisasi Delay
Delay ini disebabkan oleh waktu yang diperlukan oleh proses
pembentukkan paket, delay ini hanya terjadi pada sisi source. b.
Queue Delay Delay
ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh node dalam menangani transmisi paket pada jaringan.
c. Propagation Delay
Delay ini disebabkan oleh proses perjalanan informasi selama di
dalam media transmisi, misalnya coax atau tembaga.
Berikut ini tabel kategori jaringan berdasar nilai delay versi Tiphon [10]: Tabel 2.2 Kategori jaringan berdasar nilai delay
Kategori Delay
Sangat Baik 0-74 ms
Baik 75-124 ms
Buruk 125-224 ms
Sangat Buruk 225 ms
3. Packet delivery ratio
Packet delivery ratio adalah ratio antara banyaknya paket yang diterima
oleh tujuan dengan banyaknya paket yang dikirim oleh sumber. Rasio dari angka paket data yang berhasil terkirim ke tujuan di-generate oleh
sumber CBR Constant Bit Rate. Rasio paket yang dikirim menjelaskan tingkat kehilangan loss rate. Hal ini dapat menunjukkan kelengkapan
dan akurasi dari protokol routing [12].
Rumus untuk menghitung packet delivery ratio : PDR
=
x 100
Berikut ini tabel kategori jaringan berdasar nilai packet loss versi Tiphon [11] :
Tabel 2.3 Kategori jaringan berdasar nilai packet loss Kategori
Packet loss Sangat Baik
Baik 3
Buruk 15
Sangat Buruk 25
28
BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM
III.1 Parameter Simulasi
Penelitian ini ditentukan oleh parameter-parameter jaringan yang bersifat konstan dan akan dipakai terus dalam setiap pengujian yang
dilakukan. Parameter tersebut akan dicantumkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Parameter-parameter jaringan AODV
Parameter Nilai
Tipe Kanal Wireless Channel
Model Propagasi Two Ray Ground
Tipe Network Interface Wireless
Tipe MAC IEEE 802.11
Tipe Antrian Drop Tail
Model Antena Omni Directional
Maks. Paket dalam Antrian 50
Protokol Routing AODV
Dimensi Topografi X 500
Dimensi Topografi Y 500
Waktu Simulasi Berhenti 200
Tabel 3.2 Parameter-parameter jaringan DSDV
Parameter Nilai
Tipe Kanal Wireless Channel
Model Propagasi Two Ray Ground
Tipe Network Interface Wireless
Tipe MAC IEEE 802.11
Tipe Antrian Drop Tail
Model Antena Omni Directional
Maks. Paket dalam Antrian 50
Protokol Routing DSDV
Dimensi Topografi X 500
Dimensi Topografi Y 500
Waktu Simulasi Berhenti 200
Kedua jaringan tersebut dibentuk simulasi dengan tingkat kepadatan jaringan rendah dengan 10 node dalam posisi random, kemudian
25 node, dan 80 node, dengan perintah : .setdest –v versi –n jumlah node
–p waktu pause –s kecepatan –t waktu simulasi –x panjang area File output.
Simulasi ini menggunakan cbrgen dalam pembentukan koneksi yang merupakan sebuah tool yang disediakan oleh NS 2 untuk membuat
sebuah koneksi secara otomatis. Setelah jaringan terbentuk dan jumlah koneksi sudah dibuat dengan cbrgen sehingga node dapat terkoneksi secara
random .
Langkah selanjutnya menjalankan simulasi pada network simulator 2. Simulasi pada NS dapat dilakukan dengan mengetik perintah ns run pada
cygwin. Simulasi ini akan menghasilkan output berupa trace file dan NAM
file. File trace merupakan pencatatan seluruh event yang terjadi pada sebuah
simulasi yang dibangun. Untuk NAM file merupakan sebuah gambaran animasi dari sebuah jaringan yang dibentuk. NAM file dapat digunakan
untuk mempermudah dalam melihat topologi jaringan yang dihasilkan beserta pergerakan node.
Kemudian trace file ini diolah untuk mendapatkan throughput, delay,
dan PDR dengan bantuan program awk. Hasil dari throughput, delay,
dan PDR akan diperlihatkan dalam bentuk grafik, baik untuk simulasi pada protokol routing DSDV dan AODV. Semua hasil
perhitungan throughput, delay, dan PDR ini juga akan dikelompokan berdasarkan lompatan atau sering dikenal dengan istilah number of hop.
Pada penelitian ini terdapat beberapa parameter yang digunakan, salah satunya luasan area yang digunakan yaitu 500 x 500 meter. Penentuan
luas area ini melalui tahap uji coba tersendiri, dengan menghitung jarak maksimal jangkauan atar satu node dengan node yang lain yaitu berjarak
250 meter. Dari hasil itu, luasan area yang digunakan ditentukan 500 x 500 meter. Luasan area ini berpengaruh juga terhadap jumlah node yang dipakai.
Pada penelitian ini terdapat tiga tingkat kepadatan jaringan yaitu, rendah
yang diwakili dengan 10 node , sedang dengan 25 node dan padat dengan 80 node.
Angka tersebut diambil dengan cara membuat matrik pada luasan area yang digunakan simulasi, yang pertama diperoleh node dengan jumlah 10.
Proses selanjutnya menyisipkan node baru pada matrik yang sudah ada, sehingga diperoleh node dengan jumlah 25. Masih sama dengan sebelumnya
matrik akan disisipkan kembali sehingga akan diperoleh jumlah node 80. Parameter lain yang digunakan adalah model antena Omni
Directional. Sebenarnya terdapat dua model antena yaitu Omni dan Direct.
Kedua antena ini memiliki perbedaan yang mendasar pada cara penyebaran gelombang sinyal. Pada antena Omni gelombang sinyal disebarkan
membentuk lingkaran sedang untuk antena direct menyebarkan gelombang sinyal hanya satu arah. Oleh karena itu, Omni Directional merupakan antena
yang cocok digunakan pada simulasi ini. Parameter selanjutnya adalah jumlah maksimal paket dalam
antrian, pada penelitian ini dipilih nilai 50 paket. Angka tersebut dipilih dengan melaui proses uji coba tersendiri, yaitu dengan melihat rata-rata
pembagian paket saat mengirimkan file sebesar 512 bytes. Rata-rata file akan dibagi menjadi + 150 paket. Sehingga dipilihlah maksimum paket
dalam antrian 50, karena kecil kemungkinan dalam mengirim paket terdapat antrian yang jumlahnya melebihi 1 per 3 dari jumlah paket yang dikirimkan.
Berikut merupakan format wireless trace file dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Wireless trace file
Event Abbreviation
Flag Type
Value
Wireless Event
S : Send R : Receive
D : Drop F : Forward
-t Double
Time For Global Setting -Hs
Int Hop source node ID
-Hd Int
Hop destination Node ID, -1, -2 -Ni
Int Node
ID -Nx
Double Node
X Coordinate -Ny
Double Node
Y Coordinate