1
1. Pendahuluan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri secara persisten yaitu tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90mmHg.
Tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan peningkatan risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti
stroke, serangan jantung dan kerusakan ginjal Dipiro et al., 2014. Pada tahun 2013, hasil riset kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia ≥18 tahun sebesar 26,5. Prevalensi hipertensi di Yogyakarta mencapai 25,7 Depkes RI, 2013. Hasil penjaringan
Pos Yandu lansia Kabupaten Sleman pada tahun 2011, lansia dengan dengan prosentase tertinggi didapatkan kasus hipertensi sebanyak 39,65, diabetes
melitus 5,29, gangguan mental 2,69, anemia 1,98, gagal ginjal 0,14, dan penyakit lain 24,11. Kecamatan Kalasan merupakan salah satu dari 17
kecamatan dalam Kabupaten Sleman yang memiliki jumlah kasus tertinggi yaitu sebanyak 1.400 kasus Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013. Prevalensi
hipertensi di Kecamatan Kalasan sebesar 43,9 Susilo, 2015. Tekanan darah ikut meningkat seiring bertambahnya usia. Survei pada
tahun 2011-2012 menunjukkan pada usia 40-59 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 32,4, kesadaran akan hipertensi 83,0. Pada responden usia 60-75
tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1 Nwankwo, 2013. Obesitas merupakan faktor risiko penyebab hipertensi.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada penduduk usia
ш15 tahun pada laki-laki 13,9 dan perempuan 23,8 Depkes RI, 2015. Berdasarkan WHO 2004, orang dengan obesitas untuk populasi Asia
yaitu BMI ш25 kgm
2
. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hayes, Denny, Keenan, Croft,
dan Greenlund 2008 menunjukkan 30 responden yang menderita hipertensi cenderung menyebutkan bahwa dirinya memiliki status kesehatan yang buruk
dibandingkan dengan yang tidak hipertensi. Hasil penelitian Trevisol 2011 menunjukkan responden dengan hipertensi memiliki kualitas hidup yang rendah
dibandingkan dengan responden yang tidak hipertensi. Pengukuran kualitas hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 dapat menggunakan instrumen kualitas hidup SF-36. Instrumen kualitas hidup
SF-36 merupakan salah satu bentuk kuisioner yang banyak dipakai dalam penelitian mengenai kualitas hidup. Nilai kuisioner SF-36 berkisar 0-100, dengan
nilai 100 sebagai nilai kualitas hidup terbaik Farivar, 2007. Kuisioner SF-36 berisikan 36 pertanyaan dan terdiri dari 8 domain yaitu
fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, vitalitas, fungsi sosial, peranan emosi, dan kesehatan mental. Fungsi fisik mengukur pembatasan aktifitas
fisik karena adanya masalah kesehatan. Peranan fisik mengukur pembatasan aktifitas sehari-hari karena adanya masalah fisik. Rasa nyeri mengukur frekuensi
nyeri dalam tubuh. Kesehatan umum pandangan kesehatan secara umum. Vitalitas mengukur tingkat energi dan kelelahan. Fungsi sosial mengukur pembatasan
aktifitas sosial karena masalah fisik dan emosi. Peranan emosi mengukur pembatasan aktifitas sehari-hari karena masalah emosi dan kesehatan mental
mengukur masalah psikologis individu Khalifeh et al., 2015. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa prevalensi hipertensi
di Kecamatan Kalasan semakin meningkat. Oleh karena itu, dilakukan suatu survei yang bertujuan untuk mengevaluasi kualitas hidup responden hipertensi
berdasarkan faktor usia dan BMI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau masukan bagi instansi kesehatan masyarakat setempat terkait
dengan kualitas hidup responden hipertensi.
2. Metode Penelitian