Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40 – 75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DIY

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN BODY MASS INDEX (BMI)) Oleh:

Christina Gabriella Rawing

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

INTISARI

Hipertensi dapat diartikan sebagai kondisi tekanan darah secara persisten

dengan tekanan sistolik ≥140mmHg dan tekanan diastolik ≥90mmHg. Peningkatan

tekanan darah terjadi dengan adanya pertambahan umur. Faktor lain yang mempengaruhi hipertensi adalah Body Mass Index (BMI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun terhadap faktor risiko umur dan BMI. Jenis rancangan penelitian cross-sectional.

Responden peneliti sebanyak 813 responden berumur 40-75 tahun. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara multistage random sampling,

pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling di enam Padukuhan pada Kecamatan Kalasan. Uji proporsi dilakukan dengan uji chi-square dan uji hipotesis dilakukan dengan uji T independent. Hasil penelitian menunjukan

responden dengan tekanan darah ≥140mmHg 43,9%; masyarakat tidak sadar

hipertensi 25,5%; masyarakat yang melakukan terapi 12,6%; dan responden yang memiliki tekanan darah terkendali 0,5%. Faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi adalah umur. Responden yang umur 60-75 tahun memiliki risiko 2,76 terkena hipertensi dibanding responden dengan umur 40-59 tahun (95% CI 2,01 - 3,77). Tidak terdapat pengaruh antara BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian, namun terdapat pengaruh antara BMI terhadap umur dengan OR 0,50 (95% CI 0,37 - 0,68) dan diet dengan OR 0,59 (95% CI 0,42 - 0,83).

Kata kunci : Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Umur,


(2)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40 – 75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DIY

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN BODY MASS INDEX (BMI)) Oleh:

Christina Gabriella Rawing

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

ABSTRACT

Hypertension is systolic blood pressure increasing ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥90 mmHg. One of the risk factors of hypertension is age. And another factor is Body Mass Index. The purpose of this research is to evaluate based on the level of prevalence, awareness, treatment, and blood pressure controlling respondents were aged 40 – 75 years towards age and body mass index. The type of research used in this study was observational with cross sectional analytical design.

Respondents were aged 40-75 years with total of 813 respondents. Sampling was done by cluster random sampling in six hamlets. Hypothesis test was done by unpaired t test and the proportion test was done by Chi Square test. The results for

respondents with blood pressure ≥140/90 mmHg is 43,9%; respondents who are

aware of hypertension is 25,5%; respondents who do therapy is 12,6%; and respondents whose blood pressure controlled is 0,5%. Factor which influence the prevalence of blood pressure ≥140/90 mmHg is age with OR 2,76 (95% CI: 2,01 -3,77). There is no influence between BMI towards the prevalence, awareness, treatment and blood pressure controlling, but there is influence between BMI towards age with OR of 0,50 (95% CI 0,37 – 0,68) and diet with OR of 0,59 (95% CI 0,42 – 0,83).

Keywords: Prevalence, Awareness, Treatment, Blood Pressure Control, Age, Body Mass Index.


(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40 – 75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DIY

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN BODY MASS INDEX (BMI))

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Christina Gabriella Rawing NIM: 128114019

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40 – 75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DIY

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN BODY MASS INDEX (BMI))

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Christina Gabriella Rawing NIM: 128114019

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini kepada Yesus Kristus Ayah, Mama, Adikku dan keluarga tercinta Teman-teman FSM A 2012 dan FKK A 2012 Almamaterku

Mintalah maka akan diberikan kepada mu, carilah

maka kamu akan mendapatkan, ketuklah maka pintu

akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang

meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari,

mendapatkan, dan setiap orang yang mengetok

baginya pintu dibukakan”


(8)

v

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan kurniaNya

sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi yang berjudul “Prevalensi

Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40 – 75 tahun berdasarkan Kajian Faktor Risko Umur dan Body Mass Index (BMI) di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan dalam menyelesakan penulisan skrpsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian. 2. Bapak Camat Kecamatan Kalasan, Bapak Kepala Desa Tirtomartani dan

Bapak Kepala Desa Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta telah memberikan ijin pengambilan data pada masyarakat di Kecamatan Kalasan.

3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan saran dan bimbingan dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

4. Orang tua tercinta Bapak Yohanes Anthonius Rawing dan Ibu Margaretha Randungan telah memberikan seluruh doa, motivasi, dan dukungan moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.


(9)

vi

5. Carolina Giovanni dan Celinna Gracella sebagai kakak dan adik yang selalu memberikan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Teman – teman seperjuangan Edward, Venny, Sina, Monika, Nonitha, Tika, dan Tiwi atas kebersamaan dan kerjasama selama ini.

7. Kevien Arditanoyo sebagai pasangan dan sahabat yang selalu mendukung dan memberi motivasi dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.

8. Teman-teman FSM A, FKK A, KOTI, Keluarga Gembira, dan Cubiters yang telah mendukung proses penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik secara langsung maupun tidak angsung turut membantu penulisan dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Yogyakarta, 8 November 2015


(10)

(11)

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENGANTAR ... .1

A. Latar Belakang ... .1

B. Rumusan masalah ... .4

C. Keaslian penelitian ... .5

D. Manfaat penelitian ... .6

E. Tujuan penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... .6

2. Tujuan khusus ... .6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... .8

A. Definisi Hipertensi ... .8

B. Kesadaran Hipertensi... .9

C. Terapi Hipertensi ... .10

D. Pengendalian Tekanan Darah ... .13

E. The Rule of Halves ... .14


(13)

x

G. Landasan teori ... .17

H. Hipotesis ... .19

BAB III. METODE PENELITIAN... .20

A. Jenis dan Rancangan penelitian... .20

B. Variable Penelitian ... .20

C. Definisi Operasional ... .21

D. Subjek Penelitian ... .24

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... .26

F. Ruang Lingkup Penelitian ... .27

G. Teknik Pengambilan Sampel ... .27

H. Instrumen Penelitian ... .28

I. Tata Cara Penelitian ... .28

J. Analisis Data Penelitian... .33

K. Pembuktian Hipotesis ... 34

L. Kesulitan Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah ... 42

B. Pengaruh faktor usia dan Body Mass Index terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A.Kesimpulan ... 57

B.Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 65


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alogaritma Terapi Farmakologi dalam Penanganan

Hipertensi ... 12 Gambar 2. Rule of Halves ... 14 Gambar 3. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan

Kalasan, Sleman, DIY ... 26 Gambar 4. Bagan ruang lingkup penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman,

DIY ... 26 Gambar 5. Alur Tata Cara Penelitian ... 28 Gambar 6. Pembuktian Hipotesis ... 35 Gambar 7. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden

Tekanan Darah Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Berdasarkan


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Penelitian Terdahulu yang Memiliki Persamaan Topik

Penelitian ... 5 Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah ... 9 Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Berdasarkan Kondisi Pasien Menurut

ESH dan ESC 2013 ... 13 Tabel IV. Klasifikasi BMI Untuk Populasi Asia ... 17 Tabel V. Definisi Operasional Penelitian... 21 Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman,

DIY ... 36 Tabel VII Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan,

Sleman, DIY ... 41 Tabel VIII. Terapi Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY... 44 Tabel IX. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS),

Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY .... 46 Tabel X. Perbedaan Faktor BMI Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik

(TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 48 Tabel XI. Pengaruh Faktor Body Mass Index Terhadap Prevalensi Hipertensi

Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 49 Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan BMI Terhadap Kesadaran Pada


(16)

xiii

Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan BMI Terhadap Terapi Hipertensi Pada Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 52 Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan BMI Terhadap Pengendalian Tekanan

Darah Pada Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 53 Tabel XV. Pengaruh faktor BMI Terhadap Umur, Jenis Kelamin dan Diet

pada Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 54 Tabel XVI. Penilaian Pengaturan Diet Dengan CRF ... …..55


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 65

Lampiran 2. Ethical Clerance ... 66

Lampiran 3. Informed Consent ... 67

Lampiran 4. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 70

Lampiran 5. Validasi Timbangan Berat Badan ... 73

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah ... 75


(18)

xv INTISARI

Hipertensi dapat diartikan sebagai kondisi tekanan darah secara persisten

dengan tekanan sistolik ≥140mmHg dan tekanan diastolik ≥90mmHg.

Peningkatan tekanan darah terjadi dengan adanya pertambahan umur. Faktor lain yang mempengaruhi hipertensi adalah Body Mass Index (BMI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun terhadap faktor risiko umur dan BMI. Jenis rancangan penelitian cross-sectional.

Responden peneliti sebanyak 813 responden berumur 40-75 tahun. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara multistage random sampling,

pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling di enam Padukuhan pada Kecamatan Kalasan. Uji proporsi dilakukan dengan uji chi-square dan uji hipotesis dilakukan dengan uji T independent. Hasil penelitian

menunjukan responden dengan tekanan darah ≥140mmHg 43,9%; masyarakat

tidak sadar hipertensi 25,5%; masyarakat yang melakukan terapi 12,6%; dan responden yang memiliki tekanan darah terkendali 0,5%. Faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi adalah umur. Responden yang umur 60-75 tahun memiliki risiko 2,76 terkena hipertensi dibanding responden dengan umur 40-59 tahun (95% CI 2,01 - 3,77).

Tidak terdapat pengaruh antara BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian, namun terdapat pengaruh antara BMI terhadap umur dengan OR 0,054 (95% CI 0,37 - 0,68) dan diet dengan OR 0,59 (95% CI 0,42 - 0,83).

Kata kunci : Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Umur,


(19)

xvii

ABSTRACT

Hypertension is systolic blood pressure increasing ≥140 mmHg and

diastolic blood pressure ≥90 mmHg. One of the risk factors of hypertension is age. And another factor is Body Mass Index. The purpose of this research is to evaluate based on the level of prevalence, awareness, treatment, and blood pressure controlling respondents were aged 40 – 75 years towards age and body mass index. The type of research used in this study was observational with cross sectional analytical design.

Respondents were aged 40-75 years with total of 813 respondents. Sampling was done by cluster random sampling in six hamlets. Hypothesis test was done by unpaired t test and the proportion test was done by Chi Square test. The results for

respondents with blood pressure ≥140/90 mmHg is 43,9%; respondents who are

aware of hypertension is 25,5%; respondents who do therapy is 12,6%; and respondents whose blood pressure controlled is 0,5%. Factor which influence the prevalence of blood pressure ≥140/90 mmHg is age with OR 2,76 (95% CI: 2,01 -3,77). There is no influence between BMI towards the prevalence, awareness, treatment and blood pressure controlling, but there is influence between BMI towards age with OR of 0,50 (95% CI 0,37 – 0,68) and diet with OR of 0,59 (95% CI 0,42 – 0,83).

Keywords: Prevalence, Awareness, Treatment, Blood Pressure Control, Age,


(20)

1

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

Hipertensi merupakan keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah berkala melebihi batas normal dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, dan gagal ginjal (Wahdah, 2011). Hipertensi memberikan gejala yang berlanjut pada organ tubuh dan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan tejadinya penyakit jantung koroner (Departemen Kesehatan RI, 2012). The Eight Report of The Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII) menyatakan seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik

≥140mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (James, Oparil, Carter, Cushmanm and Himmelfarb, 2013).

Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena penderita tidak dapat merasakan gejalanya. Vasokontriksi pembuluh darah yang berlangsung lama mengakibatkan kerusakan permanen pada organ tubuh vital. Pasien baru akan menyadari terserang hipertensi ketika sudah menimbulkan komplikasi pada jantung, terjadi penyumbatan darah, dan dapat berakibat kematian (Baradero, Dayrit, danSiswadi, 2008).

Hipertensi tidak terkontrol akan berdampak pada penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung iskemik, stroke, serta dapat menyebabkan gagal ginjal. Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali


(21)

lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Hipertensi bukan merupakan penyakit dengan faktor tunggal, ada banyak faktor yang bisa memicu kasus hipertensi. Faktor-faktor tersebut adalah kegemukan, pola makan yang tidak sehat, stress, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan merokok, serta aktivitas fisik yang kurang (Baradero, 2008).

Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko mayor untuk serangan jantung, gagal jantung, serta stroke. American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa presentasi penderita serangan jantung yang mengidap penyakit hipertensi adalah 69% (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Kasus hiprtensi di dunia, 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (± 7 juta pertahun). Di Negara maju seperti Amerika, penderita hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol 34%. Di Benua Eropa, penderita yang diobati hanya 27%, sedangkan 70% tidak terkontrol (AHA, 2008).

Berdasarkan data WHO (2013), sekitar 40% dari orang dewasa berumur >25 tahun telah didiagnosis dengan hipertensi. Terjadi kenaikan kasus hipertensi dengan jumlah 600 juta tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi terdapat didaerah Afrika dengan 46% orang dewasa >25 tahun sedangkan prevalensi hipertensi terendah terdapat di amerika sebesar 35%. Secara keseluruhan negara berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang rendah dari kelompok lainnya.

Prevalensi hipertensi di Indonesia tinggi sehingga hipertensi menjadi masalah kesehatan yang sering dijumpai di Indonesia. Hasil studi


(22)

berkesinambungan dari Monitoring Trends and Determinants of Cardiovaskuler Disease (MONICA) Jakarta menunjukan terdapat peningkatan prevalensi hipertensi pada populasi Indonesia dari 16,9% pada tahun 1993 menjadi 17,9% pada tahun 2000 (Lilyasari, 2007). Berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan di Bangka Belitung sebesar 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan sebesar 30,8%, dan Kalimantan Timur 29,6%. Prevalensi di Yogyakarta sendiri sebesar 25,7%.

Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kejadian hipertensi. Di Indonesia angka kelebihan berat badan pada

penduduk umur ≥18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun lebih

tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih tinggi pada kelompok masyarakat berpendidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Pegawai. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi sebesar 26,9% dibanding laki-laki sebesar 16,3% (Riskesdas, 2010).

Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Lansia adalah seseorang yang berumur >60 tahun. Pada masa lansia terjadi penururnan fungsi tubuh secara alamiah. Penururnan fungsi internal pada umumnya terjadi pada sistem kardiovaskular, pernapasan, saraf, dan sensori. Pada pembuluh jantung tekanan menurun dan efisensi kerja jantung tinggal 80%. Kekuatan otot jantung melemah. Kasus yang sering terjadi adalah terganggunya sistem jantung dan predaran darah


(23)

(Maryam, 2008).

Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi DIY dengan prevalensi hipertensi pada tahun 2012 sebesar 1.639 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012, hipertensi menjadi penyakit tidak menular tertinggi di Kabupaten Sleman dengan 10.893 kasus (22,8%). Kecamatan Kalasan adalah salah satu dari 17 kecamatan dalam Kabupaten Sleman. Pada tahun 2011, Kecamatan Kalasan memiliki jumlah kasus hipertensi tertinggi yaitu sebesar >1.400 kasus. Apabila pengetahuan dan pemahaman tentang faktor risiko serta manajemen hipertensi tidak diimplementasikan sejak umur dewasa menengah, maka hipertensi dapat menjadi ancaman terjadinya komplikasi penyakit (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013).

B. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?

b. Apakah terdapat pengaruh perbedaan faktor risiko kesehatan umur dan

Body Mass Index (BMI) terhadap perbedaan prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?


(24)

C. Keaslian peneliti

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi yang pernah dilakukan, dijabarkan pada Tabel I.

Table I. Penelitian Terdahulu yang Memiliki Persamaan Topik Penelitian

Jurnal Metode Hasil Perbedaan

Body Mass Index and Risk of Incident Hypertension Over The Life Course: The Johns Hopkin Precursors

(Hasan M. Shibab.,

and Lucy A. Meoni, 2012)

Metode

Cohort study

Pria yang mengalami

overweight (BMI > 25) risiko meningkat (OR = 1,57, 95% CI (1,20 – 2,07) dan pria yang normal memiliki nilai OR = 0,91 95% CI (0,43 – 1,92)

Metode penelitian Jumlah responden 508 pria berumur 45 tahun

Hubungan Indeks Masa Tubuh, Aktivitas Fisik, Rokok, Konsumsi Buah, Sayur dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pulau Kalimantan

(Anggraini, 2014).

Metode

cross-sectional

Responden yang menderita hipertensi sebanyak 54,2%. Dari total responden yang hipertensi sebanyak 66% berumur >60 tahun, 56,4% tinggal di perkotaan, 55,9% memiliki pendapatan menengah keatas, 67,9%

overweight, 52,9% merokok, 54,6% kurang konsumsi buah.

Jumlah responden 5889 responden pada umur >45 tahun

Association between body mass indexand blood pressure across the populations in Africa and Asia

(Tesfaye, Nawi, Minh, 2007).

Metode

cross-sectional

BMI, jenis kelamin, dan umur ditemukan secara signifikan mempengaruhi tekanan darah. Di Indonesia orang yang kelebihan berat badan 7 kali lebih berisiko terkena hipertensi (OR 7,64 95% CI (3,88 – 15,00)

Jumlah subjek 1944 subjek

Sepanjang penelusuran peneliti, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan Umur dan Body Mass Index


(25)

D. Manfaat peneliti

a. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai refrensi mengenai pengaruh antara faktor umur dan BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun.

b. Manfaat praktis : Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintahan daerah setempat terkait pengaruh antara faktor umur dan BMI kepada responden hipertensi sehingga membantu dalam meningkatkan kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

E. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di kecamatan kalasan, Sleman, DIY.

2. Tujuan khusus

1.) Mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, serta pengendalian tekanan darah pada responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

2.) Melakukan evaluasi pengaruh perbedaan faktor umur dan BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian


(26)

tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.


(27)

8

BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA A. Definisi Hipertensi

Tekanan darah adalah pengukuran kekuatan dinding arteri pada jantung saat memompa darah melalui tubuh anda. Pembacaan tekanan darah diberikan dalam dua angka. Angka bagian atas disebut tekanan darah sistolik. Angka yang di bawah disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah normal adalah ketika tekanan darah lebih rendah dari 120/80 mmHg. Hipertensi adalah istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan tekanan darah tinggi (Crowin, 2000).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri secara persisten, tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells and Posey, 2014). Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan komplikasi seperti stroke dan gagal ginjal. Penderita hipertensi memiliki risiko terkena serangan jantung. Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC), dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik dan diastolik terukur sebesar 140 mmHG dan/atau 90 mmHg (Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, Bohm et al., 2013).

Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut Guidelines ESH and ESC 2013, dijabarkan pada Tabel II. sebagai berikut.


(28)

Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg)

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg) Optimal <120 dan/atau <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84 Batas tinggi normal 130-139 dan/atau 85-89 Kelas I Hipertensi 140-159 dan/atau 90-99 Kelas II Hipertensi 160-179 dan/atau 100-109 Kelas III Hipertensi ≥180 dan/atau ≥110

Sistolik Hipertensi ≥140 dan/atau <90

(Mancia et al., 2013) Mekanisme terjadinya hipertensi adalah terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Peningkatan sekresi hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan urin yang dieksresikan sedikit sehingga terjadi peningkatan osmolaritas dan menyebabkan urin menjadi pekat. Urin yang pekat dapat diencerkan dengan cara peningkatan volume cairan ekstraseluler dengan menarik cairan pada bagian intraseluler. Hal ini menyebabkan peningkatan volume.

B. Kesadaran Terhadap Hipertensi

Kesadaran dan pengetahuan mengenai hipertensi adalah faktor penting dalam mencapai tekanan darah yang terkendali (Alexander, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini ditunjukan melalui hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada umur >18 tahun ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, diantaranya hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai faktor risiko serta penyakit komplikasi dari hipertensi merupakan salah satu alasan yang


(29)

menyebabkan rendahnya prevalensi kesadaran hipertensi. Masyarakat belum menyadari betapa pentingnya melakukan kontrol tekanan darah di pusat kesehatan terdekat. Sehingga sebagian kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis (Departemen Kesehatan RI, 2009).

C. Terapi Hipertensi

Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh hipertensi. Perubahan gaya hidup yang sesuai adalah landasan untuk mencegah hipertensi. Studi klinis menunjukan bahwa menurunkan tekanan darah dengan menjaga gaya hidup setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal hipertensi.

Terapi non-farmakologi yang digunakan untuk menunjang terapi farmakologi yang diberikan, antara lain mengurangi makanan yang mengandung lemak, mengurangi asupan garam dan MSG, menghilangkan kebiasaan merokok dan minum alkohol , membiasakan diri untuk berolahraga rutin setiap hari, dan mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran (Sacks, 2010).

Olahraga dapat membakar lemak sehingga tidak menimbulkan penumpukan lemak yang berlebihan, olahraga juga dapat memperlancar peredaran darah. Olahraga yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah aerobik, jalan santai, meditasi, dan yoga. Istirahat yang cukup dapat mengurangi kelelahan dan ketegangan otot. Istirahat dianjurkan dengan berbaring terlentang sehingga dapat melancarkan aliran darah ke otak dan dapat mengurangi stress (Muhammadun, 2010).


(30)

Menurut The Task Force for The Management of Arterial Hypertension of The European Society of Hypertension and of the European Society of Cardiolog

(2013), pasien dengan hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran, produk susu rendah lemak, makanan tinggi serat, biji-bijian, protein yang berasal dari tanaman, dan mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh dan tinggi kolesterol. ESH dan ESC menganjurkan untuk melakukan diet mediterania. Sejumlah studi dan meta-analisis telah melaporkan bahwa diet mediterania memberikan efek perlindungan untuk kardiovaskular.

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) menyarankan untuk mengurangi atau membatasi penggunaan garam berlebih, dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran. Pola makan DASH di susun berdasarkan energi yang dibutuhkan perhari yaitu 2000 kalori/hari (U.S Department of Health and Human Services, 2006).

Modifikasi gaya hidup dapat mengurangi tekanan darah, meningkatkan khasiat dari obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Asupan natrium yang disarankan tidak lebih dari 1.600 mg, asupan natrium tersebut memiliki efek yang setara dengan mengkonsumsi terapi obat tunggal (The Seventh Report of the Joint National Committee, 2003).

Ada beberapa obat antihipertensi yang digunakan baik obat tunggal atau kombinasi bila diperlukan yaitu, diuretik thiazid, ACE inhibitor, Angiotensin II Channel Blocker (ARB), Calcium Chanel Blocker (CCB). JNC 7 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik sendiri atau dikombinasikan dengan salah


(31)

satu dari kelas lain (ACEI, ARB, CCB, dan β-blockers receptors) (Depkes, 2006).

Gambar 1. Alogaritma Terapi Farmakologi dalam Penanganan Hipertensi (Dipiro et al., 2008)

ESH dan ESC menganjurkan penggunaan diuretik (termasuk tiazid,

chlorthalidone dan indapamide), ACE inhibitor, β-blocke, CCB, dan ARB cocok untuk pengobatan antihipertensi baik sebagai monoterapi atau dalam kombinasi. Semua kelas obat antihipertensi memiliki kelebihan dan juga kontraindikasi sehingga dibutuhkan pertimbangan pemilihan terapi berdasarkan kondisi tertentu.


(32)

Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Berdasarkan Kondisi Pasien Menurut ESH dan ESC 2013

Kondisi Obat

Kerusakan organ tanpa gejala

- LVH ACEi, CCB, ARB

- Atherosklerosis tanpa gejala CCB, ACEi - Microalbuminuria ACEi. ARB - Renal dysfunction ACEi, ARB Clinical CV Event

- Previous stroke Agen lain yang efektif menurunkan tekanan darah

- Angina pectoris β-Blocker, CCB

- Heart failure Diuretik, β-blocker, ACEi, ARB - Aortic aneurysm β-blocker

- Atrial fibrillation ACEi, ARB, β-blocker

- ESRD ACEi, ARB

- Peripheral artery CCB, ACEi Penyakit lain

- ISH Diuretik, CCB

- Metabolic syndrome ACEi, ARB, CCB - Diabetes mellitus ACEi, ARB, CCB

- Pregnancy β-blocker, CCB

(Mancia et al, 2013). D. Pengendalian Tekanan Darah

Pengendalian tekanan darah adalah hal yang sangat penting, karena penderita hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal (Junaidi, 2010). Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas hidup, melakukan tindak lanjut, dan pengelolaan hipertensi secara tepat, dan melakukan terapi rutin agar tekanan darah dapat terkontrol dan mencegahterjadinya komplikasi seperti stroke (WHO, 2015). Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), salah satu hal yang diperhatkan dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh terhadap instruksi tenaga kesehatan.


(33)

Pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat. Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya 50%, hal ini lebih rendah dibandingkan degan tingkat kesadaran masyarakat Amerika yang mencapai 69%. Dari angka tersebut tekanan darah yang terkendali dengan baik masih dibawah 10% (Bustan, 2007).

E. Rule of Halves

Tekanan darah tinggiadalah salah satu frekuensi terbesar dalam faktor risiko kardiovaskular. Rule of Halves adalah suatu teori penyajian dalam statistik yang mencangkup sebagian dari populasi berada di suatu sisi median dan sebagiannya di sisi lain (Deepa, 2003).

Rule of Halves pada hipertensi menyatakan bahwa hanya setengah dari pasien yang mengalami hipertensi yang menyadarinya, setengah dari pasien hipertensi yang sadar mendapatkan terapi, dan setengah dari pasien hipertensi yang mendapatkan terapi adalah pasien dengan hipertensi yang terkontrol.

Gambar 2. Rule of Halves F. Faktor Penyebab Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor risiko yang dapat mengakitbatkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin,


(34)

konsumsi garam yang berlebihan, Body Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, asupan makanan, kebiasaan olahraga, penyakit degeneratif seperti diabetes, dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Kartikasari, 2012).

a. Umur

Pertambahan umur menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, karena pada umur lanjut terjadi peningkatan aktivitas simpati dan resistensi perifer serta penurunan sensitivitas pada fungsi fisiologis. Pada umur >45 tahun, dinding arteri mengalami penebalan yang diakibatkan oleh penumpukan zat kolagen di lapisan otot. Pengaturan metabolisme zat kapur akan mengalami gangguan, sehingga banyak zat kapur yang ditemukan di dalam darah (hypercalemia) (Kumar, Abbas, and Fausto, 2005).

Endapan zat kapur pada pembuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi aliran darah hal ini yang memicu peningkatan tekanan darah. Pada umur >45 tahun, elastisitas arteri mengalami penurunan dan cenderung kaku sehingga untuk memenuhi kebutuhan darah pada jaringan, jantung akan memompa lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat (Kumar et al., 2005).

Hipertensi di pengaruhi oleh umur. Pada individu dengan umur ≥60 tahun

lebih berisiko mengalami kenaikan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Pier (2013), menunjukan bahwa setiap peningkatan 10 tahun diikuti dengan peningkatan tekanan darah sebanyak 10 mmHg. Penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin sehingga dapat mencegah


(35)

penyakit kardiovaskuler (Fagard, 2011).

Survei pada tahun 2011-2012 ditemukan hasil, pada umur 40 – 59 tahun prevalensi hiperetensi sebanyak 32,4%, kesadaran akan hipertensi 83,0%, responden yang melakukan terapi sebanyak 73,7%, dan responden yang memiliki tekanan darah terkendali sebanyak 57,8%. Pada responden umur 60 – 75 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65%, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1%, responden yang melakukan terapi sebanyak 82,2%, dan responden yang memiliki terkendali sebanyak 50,5% (Nwankwo, 2013).

b. Body Mass Index (BMI)

Data Riskesdas tahun 2007 menunjukan faktor risiko yang paling utama dalam menyebabkan hipertensi adalah kegemukan. Peningkatan berat badan dapat meningkatkan kebutuhan darah untuk suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dalam sirkulasi pembuluh darah. Orang yang memiliki berat badan melebihi normal akan lebih mudah terkena hipertensi (Tiengo A, 2001). Penambahan berat badan dihubungkan dengan pertambahan jaringan lemak yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Hal ini mengganggu suplai oksigen ke seluruh organ tubuh (Chataut, 2011).

(1)

(Chataut, 2011).

Tekanan darah berkorelasi dengan BMI sehingga hipertensi dikaitkan dengan kelebihan berat badan akibat pola makan yang buruk (Tee, Teoh, Aiman,


(36)

Aiful, Har, Tan et al, 2010). Definisis operasional overweight didasarkan atas Body Mass Index (BMI) yang mempunyai korelasi kuat dengan lemak tubuh. BMI merupakan ekuasi antara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). BMI dikategorikan menjadi lima klasifikasi. Terdapat perbedaan kategori antara WHO dan Asia pasifik.

Tabel IV. Klasifikasi BMI Untuk Populasi Asia

Klasifikasi BMI (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5 – 22,9

Overweight ≥23

At risk 24 – 24,9 Obese I 25 – 29,9

Obese II >30

(WHO, 2004)

Kelebihan berat badan disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh secara berlebihan. The World Health Organization (WHO) merekomendasikan BMI sebagai dasar pengukuran kelebihan berat badan pada anak dan remaja berumur >2 tahun. Ini merupakan cara termudah untuk memperkirakan kelebihan berat badan serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh.

G. Landasan Teori

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten melebihi batas normal dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, dan gagal ginjal (Departemen Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan ESH dan ESC (2013), dapat dikatakan hipertensi ketika memiliki tekanan darah sistolik ≥140mmHg atau tekanan diastolik ≥90mmHg. Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Pengetahuan mengenai faktor risiko dan penyakit komplikasi yang akan terjadi dapat mempengaruhi kesadaran seseorang mengenai hipertensi. Seseorang


(37)

yang sadar memiliki risiko terkena hipertensi sebaiknya segera mendapatkan terapi dan saran oleh tenaga kesehatan untuk menekan tekanan darah dan memperbaiki kualitas hidupnya (Departemen Kesehatan RI, 2012).

Rule of Halves pada dasarnya dapat digunakan dalam penelitian bidang hipertensi. Rule of Halves ini menyatakan bahwa setengah dari populasi hipertensi belum terdiagnosis oleh pelayanan kesehatan, setengah dari poplasi yang terdiagnosis menderita hipertensi menerima terapi (farmakologi dan/atau nonfarmakologi), dan hanya setengah dari populasi yang menerrima terapi memiliki pengendalian tekanan darah (Danon-Hersch, 2009).

Pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan salah faktor penting, hal ini dapat dilakukan melalui beberapa hal misalnya mengurangi pola hidup yang dapat meningkatkan tekanan darah dan pengecekan tekanan darah secara berkala dan rutin baik di rumah maupun di tempat layanan kesehatan yang ada di dekat tempat tinggal yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tekanan darah dapat terkendali (Kartikasari, 2012). Faktor risiko kesehatan dan faktor sosio-demografi yang ingin dievaluasi melalui penelitian ini adalah umur dan Body Mass Index (BMI).

Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Pada umur >45 tahun secara fisiologis tubuh akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh. Pada umur >45 tahun, elastisitas arteri mengalami penurunan dan cenderung kaku sehingga untuk memenuhi kebutuhan darah pada jaringan, jantung akan memompa lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat (Kumar et al.,


(38)

Peningkatan berat badan merupakan salah satu faktor risiko penyebab kejadian hipertensi. Pasien yang memiliki berat badan yang berlebih dapat meningkatkan kebutuhan darah untuk suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dalam sirkulasi pembuluh darah. Orang yang memiliki berat badan melebihi normal (overweight) akan lebih mudah terkena hipertensi (Tiengo A,2001).

H. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan faktor umur sebagai risiko kesehatan dan faktor BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.


(39)

20

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional, dengan rancangan analitik cross-sectional. Penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Penelitian dengan pendekatan analitik cross-sectional dilakukan dengan cara peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu (Storm, 2006). Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan adalah multistage random sampling untuk menentukan lokasi dan cluster random sampling untuk menentukan responden.

Variabel yang dianalisis adalah prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi dengan faktor umur dan faktor

Body Mass Index (BMI). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur menggunakan panduan pertanyaan dalam case report form (CRF) dan dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui tekanan darah responden dan menghitung BMI.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Umur


(40)

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun.

3. Variabel pengacau

Aktivitas fisik diluar olahraga, dan lifestyle (gaya hidup). C. Definisi Operasional

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian BMI BMI ≥23 kg/m2 dikategorikan

mengalami kegemukan (Overweight). Dihitung dengan menggunakan rumus :

Klasifikasi BMI berdasarkan kriteri asia pasifik WHO (2004).

Kategorikal 1= ≥23 kg/m2 (mengalami kegemukan/

overweight) 2= <23 kg/m2 (Tidak mengalami kegemukan/

overweight)

Umur Responden penelitian berumur 40 – 75 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan melalui wawancara.

Kategorikal 1 = 60 – 75 tahun 2 = 40 – 59 tahun


(41)

Lanjutan Tabel. V

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

JJenis kelamin Responden penelitian adalah

laki-laki dan perempuan.

Kategorikal 1 = Laki-laki 2 = Perempuan

Merokok Responden yang setiap hari

merokok, dan dahulu pernah merokok sekurangnya satu tahun, dan keluarga dan tempat kerja ada yang merokok. (Central of Disease Control and Prevention, 2015).

Kategorikal 1 = Merokok 2 = Tidak merokok

Diet Responden yang setiap hari mengatur konsumsi garam saat memasak sehingga tidak terlalu asin,jarang mengkonsumsi jeroan, daging, lemak, santan, mie instan, saos, kecap, gorengan dan sering mengkonsumsi buah, sayur, dan susu rendah lemak setiap hari. Pengelompokan dibagi menjadi kelompok mengatur pola makan dan kelompok yang tidak mengatur pola makan, berdasarkan U.S Departement oh Health and Human Service

(2006).

Kategorikal 1 = Tidak mengatur pola makan

2 = Mengatur pola makan

Pengaturan aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik secara rutin apabila melakukan olahraga (jalan kaki, jogging, atau berlari) minimal 1 kali seminggu. Dikatakan tidak rutin apabila <1 kali seminggu atau tidak pernah melakukan olahraga (American Heart Association, 2014).

Kategorikal 1 = Rutin 2 = Tidak rutin

Pengaturan pekerjaan

Kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari oleh responden yang menghasilkan pendapatan. Pekerjaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu pekerjaan yang aktif (petani atau buruh) dan kurang aktif ( ibu rumah tangga atau pengangguran)

(Tsumi, Kayaban, Tsumi, dan Igarashi, 2001).

Kategorikal 1 = Responden yang lebih banyak bekerja menggunakan pikiran

2 = Responden yang lebih banyak bekerja menggunakan fisik.


(42)

Lanjutan Tabel. V

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

Pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden. Data dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ≤SMP dan > SMP. Pengelompokan tersebut berdasarkan peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar (2008).

Kategorikal 1 = ≥SMP 2 = <SMP

Penghasilan Penghasilan yang diperoleh

responden selama bekerja dalam satu bulan. Batas UMR adalah Rp. 1.200.000,00. Apabila responden berkeluarga jumlah UMR menjadi Rp. 2.400.000,- (Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta, 2015).

Kategorikal 1 = ≤UMR 2 = >UMR

Prevalensi Persentase responden yang

memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg dan tekanan darah <140/90 mmHg. Standar pengukuran tekanan darah penelitian ini adalah berdasarkan klasifikasi menurut ESH and ESC Guidelines 2013.

Kategorikal 1 = Tekanan darah ≥140/90 mmHg

2 = Tekanan darah <140/90 mmHg dengan/tidak mengkonsumsi obat hipertensi

Kesadaran Keadaan responden penelitian

dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jikapernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap hipertensi.

Kategorikal 1 = Sadar hipertensi 2 =Tidak sadar hipertensi


(43)

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

Terapi Keadaan responden yang sadar

hipertensi yang sedang melakukan terapi secara farmakologi dan/atau non-farmakologi.

Kategorikal 1 = Terapi (Masih

mengkonsumsi obat atau non obat

antihipertensi) 2 = Tidak Terapi (Tidak pernah mengkonsumsi obat atau non obat

antihipertensi)

Pengendalian Tekanan darah yang

dikendalikan <140/90 mmHg sesuai target ESH dan ESC.

Kategorikal 1 = Terkendali 2 = Tidak terkendali

D. Subyek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa yang berumur 40

– 75 tahun di Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Jetis, Padukuhan Dhuri, Padukuhan Sambirejo, dan Padukuhan Pundung, Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kriteria inklusi adalah semua penduduk dewasa yang berumur 40 - 75 tahun. Kriteria ekslusi adalah responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya, dan responden yang tidak bersedia menandatangani inform consent.

Jumlah responden berasal dari enam padukuhan diperoleh responden penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 816 responden. Respoden yang masuk dalam kriteria ekslusi sebanyak 3 responden, sehingga jumlah reponden pada penelitian ini adalah 813 responden. Jumlah responden yang


(44)

ditetapkan pada penelitian ini sebanyak 800 yang didapat dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui prevalesinya, rumus yang digunakan:

=

(2)

Keterangan :

Zα = deviat baku alfa P = proporsi yang diteliti Q = 1 – P

D2 = presisi

(Dahlan, 2009).

Zα menunjukan konversi dari luas daerah di bawah kurva normal pada tingkat kepercayaan terhadap simpangan baku. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 sehingga Zα yang digunakan adalah 1,96. Pada penelitian yang tidak diketahui proporsi sebelumnya dapat menggunakan nilai P sebesar 50%. Nilai 50% dipilih karena perkalian P dan Q akan maksimal. Presisi adalah kesalahan peneliti yang masih bisa diterima. Dalam penelitian ini menggunakan nilai presisi 10% yang berarti selisih nilai yang akan diperoleh dengan nilai yang sebenarnya yang masih bisa diterima adalah sebesar 10%.

Jumlah responden dibulatkan menjadi 100 responden untuk mempermudah pengambilan data. Perhitungan pengambilan respoden berdasarkan

“Rule of Halves”, jumlah responden yang ingin diambil pada terapi 100 orang,


(45)

*Pembacaan dimulai dari kanan (terapi hipertensi)

Gambar 3. Bagan perhitungan besar sampel penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 4. Bagan ruang lingkup penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY


(46)

Penelitian dilakukan pada enam Padukuhan yaitu Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Jetis, dan Padukuhan Pundung dengan tambahan dua padukuhan cadangan yaitu, Padukuhan Sambirejo, dan Padukuhan Dhuri, di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Penelitian berlangsung pada bulan Mei – Juni 2015. Pengambilan data dilakukan dengan door to door dan mengumpukan responden di satu tempat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan

Pengendalian Tekanan Darah Responden 40 – 75 Tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-demografi). Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 8 orang. Setiap padukuhan diteliti oleh 8 orang dengan faktor risiko kesehatan dan faktor Sosio-Demografi yang berbeda-beda, yaitu : umur, BMI, jenis kelamin, diet, olahraga, merokok, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Peneliti hanya fokus pada faktor umur dan faktor BMI sebagai faktor risiko kesehatan.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan lokasi kelurahan dan padukuhan penelitian dilakukan secara multistage random sampling. Multistage random sampling adalah teknik

sampling yang dilakukan secara bertingkat dengan membagi populasi menjadi beberapa bagian (Juliandi, 2014). Pengambilan sampel (sampling) pada setiap padukuhan dilakukan dengan cara cluster random sampling. Cluster random


(47)

sampling adalah teknik pengambilan sampel secara berkelompok (Schwarz, 2015). Dalam penelitian ini satu padukuhan di sebut sebagai satu cluster.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan berupa

Case Report Form (CRF), informed consent, leaflet, alat pengukur tinggi badan, timbangan berat badan dan sphygmomanometer digital. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan berfungsi untuk mengukur Body Mass Index

(BMI). Sphygmomanometer digital digunakan untuk pengukuran tekanan darah.

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 5. Alur Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari lokasi dukuh yang sudah terpilih sebagai responden melalui teknik pemilihan dukuh simple random sampling.


(48)

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance bertujuan untuk memenuhi etika penelitian, karena dalam penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada kepala Kesatuan Bangsa untuk mendapatkan surat pengantar kepada kepala Bappeda. Setelah mendapatkan surat pengantar dari Bappeda, dilanjutkan kepada kantor kecamatan dan kepala dukuh di masing-masing padukuhan.

3. Pembuatan Case Report Formed (CFR), inform consent, dan leaflet

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah peneliti menjelaskan secara singkat mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, umur dan menandatanganinya.

4. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan kalibrasi, yaitu dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional (Departemen Kesehatan Republik Indonsia, 2011).

Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan tiga tekanan darah probandus menggunakan sphygmomanometer digital dan sphygmomanometer raksa. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan


(49)

tekanan darah probandus menggunakan sphygmomanometer digital dan raksa pada tiga probandus. Hasil pengukuran yang diperoleh dilakukan uji t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% dengan tujuan untuk melihat apakah terdpat perbedaan bermakna pada hasil pengukuran. Hasil valid jika tidak terdapat perbedaan bermakna atau nilai p yang diperoleh ≥0,05.

Uji reabilitas dilakukan percobaan pada tiga probandus masing-masing sebanyak tiga kali, dengan jarak waktu 5 menit setiap pengukuran (Lampiran 4). Tujuan reliabilitas adalah untuk mengetahui hasil pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apaila dilakukan pada orang yang sama di waktu yang berbeda. Pada hasil valididtas dan reabilitas yang dilakukan diketahui instrumen yang digunakan memiliki validitas dan reabilitas yang baik. Kalibrasi juga dilakukan untuk timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk mendapatkan hasil yang valid (Lampiran 5).

5. Penetapan dan seleksi calon responden

Dilakukan melalui 2 kriteria, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah responden pria/wanita berumur 40 – 75 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi adalah responden pria/wanita berumur 40 – 75 tahun yang cacat fisik (tidak bisa mendengar dan tidak bisa bicara), memiliki penyakit tertentu (penyakit jantung atau stroke), dan tidak bersedia menandatangani inform consent. Penetapan calon seleksi dilakukan dengan cara door to door. Penelitian mendatangi responden dan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia mengikuti penelitian ditanyakan kesediaanya untuk


(50)

mengikuti wawancara berdasarkan CRF dan mendatangani inform consent. Peneliti melakukan wawancara singkat mengenai nama dan umur, untuk menentukan kriteria inklusi dan ekslusi responden.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Responden yang telah menandatangani informed consent diukur tekanan darahnya pada bagian lengan kiri atas disejajarkan dengan jantung, dan posisi duduk tegak. Pengukuran tekanan darah menggunakan

sphygmomanometer digital yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Lengan baju dinaikan, kemudian dipasang manset di lengan dan tidak menempel baju. Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut didahulukan lengan kiri kemudian lengan kanan dengan interval 5 menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10mmHg antara pengukuran ke-1 dan ke-2, dilakukan pengukuran ke-3 (Departemen Kesehatan RI, 2007).

7. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan

Responden yang sudah menandatangani informed consent akan diukur tinggi badan dengan cara berdiri tegak pada tiang kemudian diukur dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan. Responden diukur berat badan dengan alat timbangan berat badan. Alat yang digunakan penelitian dilakukan kalibrasi, tujuan kalibrasi untuk meningkatkan keamanan dan keakurasian informasi mengenai hasil pengukuran yang dilakukan.

8. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa


(51)

informasi dari responden melalui wawancara. Peneliti menggunakan leaflet

untuk menyampaikann informasi terkait hipertensi kepada responden yang sudah diukur tekanan darah. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

9. Pengelompokan data

Data diperoleh melalui wawancara secara langsung antara peneliti dan responden menggunakan CRF. Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Data akan dikumpulkan didalam CRF kemudian diolah secara manual dengan komputerisasi melalui aplikasi Microsoft excel.

Pengelompokan data diawali dengan editing yaitu memeriksa kebenaran dan kelengkapan data yang diperlukan. Data yang diperoleh melalui CRF kemudian dimasukan ke dalam Program Microsoft Excel. Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengecekan ulang yang sudah dimasukan untuk memastikan data bebas dari kesalahan, kemudian dianalisis dengan program komputer.

Tekanan darah yang didapat dibagi menjadi <140/90 mmHg (tidak

hipertensi) dan ≥140/90 mmHg (hipertensi), responden tetap dikatakan hipertensi walaupun hanya salah satu tekanan darah sistolik atau tekanan darah diastolik yang berada diatas normal. Kesadaran dibagi menjadi sadar dan tidak sadar, terapi dibagi menjadi terapi (rutin), dan tidak terapi, pengendalian dibagi menjadi terkendali dan tidak terkendali. Faktor risiko


(52)

hipertensi pada BMI dibagi menjadi overweight ≥23 kg/m2 dan tidak

overweight <23 kg/m2. Kemudian data di kelompokan menurut kategori

masing-masing dan diberikan kode pada masing-masing data dengan menggunakan angka (1 dan 2) sesuai definisi operasional. Kemudian dilakukan coding yaitu data diklasifikasikan menurut kategori masing-masing dan memberikan kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka dan kemudian dianalisis dengan program komputer.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan dan dipindahkan serta dianalisis di Microsoft Excel. Langkah pertama melakukan editing dari data yang sudah terkumpul, dilakukan pemilihan dan pemisahan responden yang menjadi kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang tereklusi tidak digunakan dalam pengelolahan data. Pada penelitian ini responden yang digunakan berjumlah 813 responden.

Uji normalitas untuk melihat distribusi normal suatu data. Jumlah data dalam penelitian ini lebih dari 50 sampel, sehingga menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2014). Data yang terdistribusi normal dihitung frekuensi dan deskripsi data (mean, dan standar deviation) untuk mengetahui jumlah prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian serta faktor risiko umur dan BMI. Data yang dapat dilakukan uji normalitas adalah data rasio. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan. Langkah selanjutnya, menghitung proporsi responden sesuai dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, faktor risiko kesehatan, dan faktor sosio


(53)

demografi.

Data yang dapat menggunakan uji Chi-square adalah kelompok data kategorikal. Uji Chi-square digunakan untuk menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Analisis menggunakan crosstab digunakan untuk mengetahui frekuensi dari variable masing-masing. Data diolah menggunakan

Chi-square. Chi-square merupakan salah satu tes statistik non parametik. Chi-square digunakan dalam pengujian data observasi untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan nyata (Hartono, 2011).

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan. Uji t efektif apabila digunakan menghitung nilai signifikan dengan jumlah variablenya dua (Hartono, 2011). Uji t digunakan dalam analisa pengaruh terkait profil tekanan darah, denyut nadi terhadap faktor risiko kesehatan umur dan BMI. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikan dari faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi dengan menghitung niai OR (95% CI). Apabila nilai p > 0,05 maka hipotesis ditolak, dan apabila nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima. Nilai OR adalah ukuran paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit, dilihat dari angka kejadian pada kelompok berisiko dibanding dengan angka kejadian penyakit pada kelompok yang tidak berisiko.

K. Pembuktian Hipotesis

Data skala yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji T untuk melihat nilai signfikansi. Pada uji chi-square, H0 diterima apabila nilai p >0,05,


(54)

tergantung. Apabila analisis diperoleh nilai p<0,05, maka analisis dilanjutkan denan perhitungan Odds Ratio (OR) untuk mengetahui besar pengaruh faktor risiko umur dan BMI terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian responden 40 – 75 tahun.

Gambar 6. Pembuktian Hipotesis H0 : P1 = P2

H1,2,3,4 :P1 ≠ P2 ; α <0.05

P1 : Proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berumur 60 – 75 tahun atau

memiliki BMI ≥23 kg/m2.

P2 : Proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darahpada responden berumur 45 – 59 tahun atau memiliki BMI <23 kg/m2.

L. Kesulitan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional.

Kelemahan dari desain ini adalah responden penelitian hanya diteliti melalui satu kali observasi, padahal tekanan darah subjek penelitian dapat berubah karena beberapa faktor seperti strees dan kondisi tubuh, Faktor Umur

Prevalensi (H1) Kesadaran (H2) Terapi (H3)

Pengendalian (H4) Faktor BMI


(55)

sehingga tekanan darah responden yang diperoleh adalah tekanan darah satu waktu.

2. Perbedaan bahasa yang digunakan menghambat komunikasi antara peneliti dan responden.

3. Ketidakterbukaan responden saat menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian. Beberapa responden tidak mau menjawab pertanyaan dari peneliti yang bersifat pribadi, seperti penghasilan responden.


(56)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan data penelitian yang terkumpul dengan bantuan komputer sehingga menjadi informasi yang berguna. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan antara faktor risiko kesehatan dan faktor risiko sosio-demografi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.

Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Variabel Responden p

n %

Umur (Tahun)

<0,01* 40 – 59 Tahun 581 71,5

60 – 75 Tahun 232 28,5

Jenis kelamin

<0,01*

Laki-laki 335 41,2

Perempuan 478 58,8

Body Mass Index (BMI)

0,13 < 23 (kg/m2) 371 47,4

≥ 23 (kg/m2) 442 52,6 Merokok

0,12

Ya 429 52,8

Tidak 384 47,2

Diet

<0,01*

Ya 181 22,3

Tidak 632 77,7

Mengatur Aktivitas Fisik

<0,01*

Ya 315 38,7

Tidak 498 61,3

Pendidikan

<0,01*

≤SMP 506 62,2

>SMP 307 37,8

Pekerjaan

<0,01*

Fisik 534 65,7

Pikiran 279 34,3

Penghasilan

<0,01*

UMR 610 75,0

>UMR 203 25,0

Total 813 100


(57)

Pada penelitian ini responden dibagi menjadi 2 kelompok umur, yaitu kelompok umur 40 – 59 tahun dan 60 – 75 tahun. Pada Tabel VI, kelompok responden 40 – 59 tahun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok responden umur 60 – 75 tahun dengan nilai p <0,05 yang berarti ada perbedaan proporsi antara kelompok responden umur 60 – 75 dan kelompok responden umur 40 – 75. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data di Kecamatan Kalasan lebih banyak ditemukan responden kelompok umur 40 – 59 tahun dibanding kelompok umur 60 – 75 tahun.

Ditinjau dari jenis kelamin, terdapat perbedaan proporsi kelompok responden laki-laki dan responden perempuan, dengan nilai p<0,05. Perempuan memiliki potensi menderita hipertensi lebih kecil dibanding pria. Hal ini di sebabkan karena perempuan memiliki hormon esterogen. Hormon esterogen memicu terjadinya peningkatan kadar HDL. Peningkatan HDL dapat menjadi faktor pelindung pencegahan terjadinya ateroskelorisis. Namun pada perempuan premenopause mulai terjadi penurunan hormon esterogen yang menyebabkan penurunan kadar HDL. Sehingga perempuan menopause memiliki peluang lebih besar menderita hipertensi (Kumar et al., 2005).

Kebiasaan merokok responden Kecamatan Kalasan sebesar 449 responden (52,8%) hampir sama dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok yang berjumlah 384 responden (47,2%). Tidak ada perbedaan proporsi pada kelompok yang memiliki kebiasan merokok dan kelompok yang tidak merokok. Merokok merupakan faktor penyebab peningkatan tekanan darah tinggi karena


(58)

tembakau mengandung nikotin. Zat nikotin kemudian diserap oleh pembuluh darah, kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh dan sampai ke otak. Otak akan bereaksi dengan cara melepaskan epinefrin (adrenalin) pada kelenjar adrenal (Sheps and Sheldon, 2005). Merokok adalah faktor utama untuk penyakit kardiovaskuler. Merokok dapat menyebabkan peningkatan akut pada blood pressure dan denyut jantung sebagai konsikuensidari stimulus sistem syaraf simpatik pusat (Mancia et al., 2013).

Pada Kecamatan Kalasan, terdapat perbedaan antara kelompok responden yang melakukan diet dan kelompok responden yang melakukan diet, di lihat dari nilai p<0,05. Responden di Kecamatan Kalasan belum memperhatikan asupan garam. Konsumsi garam yang berlebihan akan berakibat penumpukan cairan, sehingga terjadi peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah (Radecki, 2000).

Mekanisme yang menghubungkan asupan dan elevasi tekanan darah mencangkup peningkatan volume ekstraseluler dan resistensi pembuluh datah perifer oleh karena adanya aktivasi simpatik. Pasien dengan hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan setidaknya dua kali seminggu dan 300 – 400 g/hari buah dan sayuran (Mancia et al., 2013).

Tabel VI, menggambarkan jumlah responden yang rajin melakukan aktivitas fisik masih sangat rendah dibandingkan yang tidak melakukan aktifitas fisik. Terdapat perbedaan antara kelompok responden yang rajin melakukan olahraga dan kelompok responden yang kurang melakukan olahraga. Orang yang


(59)

kurang melakukan aktivitas fisik berhubungan dengan faktor kelebihan berat badan. Orang yang jarang melakukan aktivitas fisik cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga jantung bekerja lebih berat.

Penelitian yang sama dilakukan Herwati (2013), menunjukan 82,1% responden tekanan darah tidak terkontrol dan 80,8% dari responden yang tidak terkontrol memiliki kebiasaan berolahraga yang tidak baik. Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga dianjurkan untuk penderita hipertensi karena olahraga terbukti dapat menghindari terjadi penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Apabila penderita hipertensi jarang melakukan olahraga maka penimbunan lemak di dinding pembuluh darah tidak dapat dihindari, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Alison, 2002).

Terdapat perbedaan antara kelompok responden dengan tingkat pendidikan SMP dengan kelompok responden dengan tingkat pendidika >SMP. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi pekerjaan dan penghasilan responden. Sehingga di Kecamatan Kalasan pekerjaan yang paling banyak adalah pekerjaan

outdoor yang melibatkan banyak kekuatan fisik. Penghasilan responden lebih banyak <UMR yaitu sebanyak 610 responden (75,0%).

Hasil penelitian Marice (2010), dengan hasil yang ditunjukan adalah responden yang tidak bersekolah berisiko 1,61 kali terkena hipertensi dibanding dengan yang lulus perguruan tinggi. Hasil penelitian Rebecca (2007) di Kabupaen Sukoharjo menatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat


(60)

pendidikan dan kejadian hipertensi. Responden dengan tingkat pendidikan SMP/SMA mempunyai risiko mengalami hipertensi 0,21 dibanding dengan responden yang berpendidikan <SMP. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan lebih mudah mencari informasi yang luas untuk meningkatan derajat kesehatannya.

Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Karakteristik Mean±SD Median p

Umur 53,9±10,1 52,0 <0,05*

Tekanan Darah Sistolik (TDS) (mmHg) 139,8±23,5 135,0 <0,05*

Tekanan Darah Diastolik (mmHg) 81,4±13,2 80,0 <0,05*

Denyut nadi (denyut/menit) 80,2±12,7 79,0 <0,05*

Body Mass Index (BMI) (kg/m2) 23,6±4,1 23,5 <0,05*

*p<0,05= Tidak berdistribusi normal

Berdasarkan Tabel VII, karakteristik responden di Kecamatan Kalasan tidak terdistribusi normal, ditunjukan dengan nilai p <0,05. Namun, berdasarkan teorema limit pusat (central limit theorem), ukuran sampel 30 atau lebih menyatakan bahwa kurva distribusi sampling akan berpusat pada nilai parameter populasi dan akan memiliki sifat distribusi normal (Gujarati, 2006).

Pada penelitian memiliki jumlah responden yang besar, sehingga data yang diperoleh dan dilakukan uji normalitas dapat dikatakan terdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan untuk melihat kebermaknaan antar kelompok.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), Rerata umur responden di Kecamatan Kalasan termasuk pada kelompok pra usia lanjut (rentang umur pra lanjut adalah 45 – 59 tahun) . Rerata TDS responden mendekati


(61)

140 mmHg, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tekanan darah responden Kecamatan Kalasan tergolong sebagai tekanan darah normal kategori tinggi (Mancia et al., 2013). Rerata BMI pada responden Kecamatan Kalasan >23 kg/m2 hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden Kecamatan Kalasan memiliki kelebihan berat badan. Responden dengan rerata TDS dan BMI seperti yang ditunjukan pada Tabel VII, memiliki risiko mengalami hipertensi. Responden membutuhkan edukasi lebih lanjut mengenai hipertensi dan pencegahannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup responden.

Rerata denyut nadi pada responden Kecamatan Kalasan cukup tinggi, karena denyut nadi normal pada pria adalah 75 denyut/menit dan wanita 80 denyut/menit. Hal ini dapat disebabkan ketika dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi responden sedang mengalami ketegangan sehingga memicu meningkatnya denyut nadi.

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan Rule of Halves͟

sebagai acuan. Rule of Halves͟ mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat dalam pengontrolan tekanan darah disajikan dengan median statistik. Pada populasi responden hipertensi terdapat setengahnya yang menyadari menderita hipertensi, setengah populasi yang menyadari hipertensi melakukan terapi hipertensi dan hanya setengah populasi yang melakukan terapi hipertensi memiliki tekanan darah yang terkendali (Deepa,2003).


(62)

͞Rule of Halves͟ digunakan sebagai standar pengukuran yang dapat menunjukan populasi yang diteliti memiliki kesadaran yang baik atau buruk, pengobatan yang relatif baik atau buruk, dan pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi. Rule of Halves͟juga dapat menjadi informasi mengenai daerah yang membutuhkan tindakan khusus dalam menangani kesadaran yang rendah, terapi yang rendah, dan pengendalian responden hipertensi yang tidak memadai (Varadaraja, 2014).

Gambar 5. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Berdasarkan “Rule of Halves”

Dalam penelitian ini, prevalensi responden dengan tekanan darah 140/90 mmHg dianggap sebagai responden yang menderita hipertensi. Responden hipertensi pada Kecamatan Kalasan berjumlah 357 responden yang merupakan 100% populasi hipertensi. Kesadaran pada penelitian ini adalah responden yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg dan pernah melakukan terapi hipertensi sebelumnya.


(63)

Pada Gambar 5, persentase responden yang sadar adalah 25,4% dan responden yang tidak sadar sebesar 63,3%. Hasil yang diperoleh dalam data penelitian adalah kesadaran responden kurang dari setengah responden penelitian. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran responden di Kecamatan Kalasan masih rendah. Penelitian yang sama dilakukan oleh Varadaraja (2014), menunjukan persentase kesadaran responden hipertensi di S.S Institute of Medical Sciences

sebesar 34,4%. Penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan hasil dengan penelitian tersebut, kesadaran kurang dari 50% tidak sesuai dengan Rule of Halves͟.

Terapi hipertensi adalah suatu upaya pengobatan secara farmakologi maupun non-farmakologi yang dilakukan oleh individu yang menderita hipertensi, pengobatan dilakukan secara rutin. Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa responden sadar hipertensi yang melakukan terapi hampir mencapai setengah dari populasi responden sadar hipertensi, yaitu 45 responden (12,6%). Hasil tersebut dapat dikatakan sesuai dengan ͞Rule of Halves͟.

Tabel VIII. Terapi Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Golongan Obat Nama obat Jumlah pengguna Persen (%)

ACEI Captopril 23 51,1

CCB Amlodipin 12 26,7

ARB Valsartan 1 2,2

Lupa nama obat 8 17,8

Non-farmakologi 1 2,2

Masyarakat di Kecamatan Kalasan melakukan terapi hipertensi dengan mengkonsumsi obat golongan ACEi seperti captropil (51,1%), dan mengkonsumsi CCB seperti amlodipin (26,7%). Namun dari tabel tidak dapat disimpulkan


(64)

terkontrol atau tidak karena peneliti hanya mengambil data sekali dan tidak melakukan pengontrolan tekanan darah responden setelah melakukan terapi baik farmakologi atau non-farmakologi.

Masyarakat sering menggunakan bahan dapur untuk menurunkan tekanan darah, seperti daun sirsak. Daun sirsak sering digunakan sebagai pengobatan alternative hipertensi. Kandungan daun sirsak yang diperkirakan memiliki efektivitas menurunkan darah adalah kalium. Ion kalium yang ditemukan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan otot jantung mengalami relaksasi. Kalium juga mengatur keseimbangan cairan tubuh bersama natrium, menghambat pengelauaran renin, berperan dalam vasodilatasu arteriol, dan mengurangi respon vasokontriksi endogen, sehingga menyebabkan tekanan darah turun (Hansel, 2015). Penelitian Nwakoca (2012), menunjukan bahwa pemberian daun sirsak kepada tikus secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah.

Pengendalian hipertensi adalah terkendalinya tekanan darah responden sadar hipertensi yang melakukan terapi rutin menjadi <140/90 mmHg. Gambar 5, menunjukan pengendalian hipertensi di Kecamatan Kalasan sebesar 4 responden (0,5%) dari 45 responden sadar hipertensi yang melakukan terapi secara rutin. Responden yang terkendali tekanan darahnya di Kecamatan Kalasan tidak mencapai setengah dari jumlah responden sadar hipertensi yang melakukan terapi rutin. Hasil penelitian ini kurang sesuai jika dilihat berdasarkan Rule of Halves. Hal ini menunjukan bahwa pengendalian tekanan darah responden hipertensi masih sangat rendah. Penelitian yang dilakukan Varadaraja (2014), menunjukan pengendalian hipertensi yang masih rendah yaitu sebesar 75,9% responden yang


(65)

tekanan darahnya tidak terkendali. Maka penelitian yang dilakukan menunjukan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya.

B. Faktor Risiko Kesehatan Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden di Kecamatan Kalasan.

Faktor risiko hipertensi meliputi faktor risiko kesehatan yaitu, BMI, aktifitas fisik, perilaku merokok, diet, olahraga dan faktor sosio-demografi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pada penelitian ini, peneliti terfokus pada faktor risiko umur dan BMI.

Tabel IX. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI)

Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Variabel Mean±SD p

Umur (tahun)

60 – 75 tahun 40 - 59 tahun

TDS (mmHg) 149,09±24,74 136,16±21,99 0,01*

TDD (mmHg) 80,28±15,26 81,79±12,34 0,17

Denyut nadi (x/menit)

79,41±11,82 80,43±13,03 0,28

BMI (kg/m2) 22,58±4,22 24,00±3,91 0,01*

*adanya perbedaan rerata antar kelompok

Pada Tabel IX. Menunjukan terdapat perbedaan rerata TDS antara kelompok responden umur 60 – 75 dan kelompok responden umur 40 – 59 tahun. Hipertensi berkaitan erat dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko hipertensi. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi bersama dengan bertambanya umur, pada orang Amerika yang berumur >60 tahun sebanyak 65% memiliki tekanan darah tinggi (NIH, 2012). Prevalensi hipertensi lebih tinggi terjadi terutama pada umur >40 tahun (Setiati dan Sutrisna, 2005).


(1)

(2)

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah

SOP Pengukuran Tekanan Darah

Berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2007)

1. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya menghindar kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5- 15 menit sebelum pengukuran.

2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.

3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden.

4. Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan.

5. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada pipa mancet.


(3)

6. Persiapkan manset. Perlu diperhatikan bahwa mancet hendaknya diambil dari kotaknya secara benar dengan mengangkat secara keseluruhan (tidak ditarik salah satu bagiannya).

7. Pasang mancet pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus/ lembut ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan, masukkan ujung mancet melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung bawah mancet terletak kira-kira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet harus terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks.

8. Tarik mancet dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. Tekan kain perekat secara benar pada kain bagian luar mancet. Pastikan mancet terpasang secara nyaman pada lengan kanan responden.

9. Tekan tombol ’start’, pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol.

10. Selanjutnya semua simbol gambar hati “♥” akan berkedip-kedip. sampai denyut tidak terdeteksi dan tekanan udara dalam mancet berkurang, angka sistolik, diastolik dan denyut nadi akan muncul.

11. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan.

12. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada lengan.


(4)

13. Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih >10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10 menit dengan melepaskan mancet pada lengan.

14. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.


(5)

Lampiran 7. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

1. Siapa nama anda? Berapa umur anda? 2. Maaf, apa pendidikan terakhir anda? 3. Apa pekerjaan anda?

4. Maaf, berapa penghasilan anda selama satu bulan?

5. Apakah anda pernah mengukur tekanan darah sebelumnya? Jika ya, berapakah tekanan darah anda yang terakhir?

6. Apakah anda mengetahi jika anda menderita hipertensi?*

7. Berapa lama anda menderita hipertensi? Apakah anda memiliki riwayat penyakit hipertensi atau penyakit lainnya?*

8. Apakah anda pernah melakukan terapi untuk hipertensi? * 9. Apakah anda meminum obat anda secara teratur?*

10.Untuk pola aktivitas apakah anda pernah melakukan olahraga? 11. Berapa kali anda melakukan olahraga selama seminggu? 12. Berapa waktu yang anda habiskan ketika anda berolahraga? 13. Mohon maaf sebelumnya, apakah anda merokok?

14.Jika ya, berapa batang rokok yang anda konsumsi setiap hari? 15.Maaf, Apakah anda mengkonsumsi alkohol?

16.Apakah anda suka mengkonsumsi sayur? Berapa kali anda mengonsumsi sayur setiap hari?

17.Apakah anda suka mengkonsumsi buah? Berapa kali anda mengonsumsi buah setiap hari?

18.Apakah anda suka mengkonsumsi makanan berlemak? Berapa kali anda mengkonsumsi makanan lemak setiap minggu?

19.Apakah anda suka mengkonsumsi makanan yang asin?

20.Kemana anda berobat ketika sakit dan berapa jarak ke tempat tersebut?


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Christina Gabriella Rawing, lahir di Putussibau pada tanggal 2 Januari 1995. Putri kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Anthonius Rawing dan Margaretha Randungan. Penulis menempuh pendidikan di TK Karya Budi pada tahun 1998-2000, SD Karya Budi pada tahun 2000-2006, SMP Negri 1 Putussibau pada tahun 2006-2009, SMA Stella Duce II Yogyakarta pada tahun 2009-2012 dan pada tahun 2012 meneruskan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi Anggota Divisi Dana dan Usaha Pharmacy Performance and Event Cup 2012, Kordinator Divisi TEATER TITRASI 2014, koordinator UKF Paduan Suara Fakultas “VERONICA” pada tahun 2013-2014 dan mengikuti beberapa kegiatan Latihan Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh BEMF Fakultas Farmasi USD 2012-2014. Pada tahun 20154 penulis berhasil menjadi salah satu kelompok PKM-M yang mendapatkan hibah dari DIKTI.


Dokumen yang terkait

Hubungan Body Mass Index(BMI) dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi

1 65 55

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101