Uji Angka Kapang Khamir

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai Angka Kapang Khamir dan identifikasi bakteri Salmonella spp. pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Kelurahan Tonggalan Klaten Tengah. Penelitian ini di ambil pada tanggal 19 Oktober 2015 pada pukul 06.00 WIB. Hal ini dilakukan dengan alasan apabila sampel yang diambil pagi hari memperoleh nilai AKK melebihi range, maka pada sampel jamu yang dijual di siang hari akan mempunyai nilai AKK yang lebih tinggi dari nilai AKK pada sampel jamu di pagi hari. Seharusnya pengambilan sampel pada siang hari juga perlu dilakukan karena nilai AKK yang diperoleh pada pengambilan sampel di pagi hari tidak melebihi range, namun karena keterbatasan peneliti maka pengambilan sampel pada siang hari tidak dilakukan.

A. Uji Angka Kapang Khamir

Pengamatan angka kapang khamir dilakukan pada hari ke-5. Karena pada hari ke-5 merupakan puncak pertumbuhan dari kapangkhamir. Penampakan kapang khamir yang tumbuh merupakan koloni tunggal berwarna putih, berbentuk bulat, yang mempunyai serabut seperti kapas Radji, 2010. Perhitungan AKK dilakukan dengan menggunakan metode plate count yaitu menghitung jumlah sel yang mampu membentuk koloni pada pembenihan yang sesuai Cara perhitungan nilai AKK yang telah diinkubasi selama 5 hari, tercantum pada Lampiran 3. Tabel II. Nilai AKK Jamu Pahitan Brotowali Penjual A Inkubasi 5 Hari Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK kolonig Cawan 1 Cawan 2 Total A 1 10 -1 2 2 20 10 -2 10 -3 10 -4 2 10 -1 1 1 10 10 -2 10 -3 10 -4 3 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 Rata-Rata AKK penjual A 10 Tabel III. Nilai AKK Jamu Pahitan Brotowali Penjual B Inkubasi 5 Hari Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK kolonig Cawan 1 Cawan 2 Total B 1 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 2 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 3 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 Rata-Rata AKK penjual B Tabel IV. Nilai AKK Jamu Pahitan Brotowali Penjual C Inkubasi 5 Hari Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK kolonig Cawan 1 Cawan 2 Total C 1 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 2 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 3 10 -1 10 -2 10 -3 10 -4 Rata-Rata AKK penjual C Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh mikroba yang menandakan tidak adanya kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan. Nilai AKK yang dapat dihitung dari cawan petri yaitu 0-20 koloni. Pada Tabel II, Tabel III, dan Tabel IV yang merupakan tabel nilai AKK sampel jamu pahitan brotowali menunjukkan tidak ada satupun hasil yang melebihi range perhitungan. Hal ini sesuai dengan analisis hasil pengujian AKK menurut PPOMN 2006 lampiran C yang menyatakan bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka KapangKhamir perkiraan. Berdasarkan hasil uji AKK yang ditunjukkan pada Tabel II, III, IV menyatakan bahwa nilai AKK dari 3 penjual jamu di Kelurahan Tonggalan, Klaten Tengah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional yang menyatakan bahwa AKK tidak lebih dari 10 3 kolonigram. Nilai AKK yang tidak melebihi batas keamanan dapat menghindarkan konsumen dari berbagai penyakit yang merugikan karena jumlah kapangkhamir yang tinggi bersifat patogen. Menurut Jawetz 1996, salah satu khamir yang bersifat patogen adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan infeksi mulut atau sariawan, sedangkan salah satu kapang yang bersifat patogen berasal dari kelas Deuteromycetes genus Aspergillus yang menghasilkan aflatoksin yang bersifat karsinogenik dan hepatotoksik terhadap tubuh. Nilai AKK yang tidak melebihi batas dipengaruhi oleh cara pembuatan jamu pahitan brotowali, bahan baku yang digunakan, serta cara penyimpanan bahan baku ataupun jamu yang diproduksi. Setelah proses pemasakan, jamu tidak langsung dimasukkan ke dalam botol tetapi didiamkan terlebih dahulu supaya tidak terlalu panas dan tidak menimbulkan uap air yang menyebabkan kelembapan botol meningkat. Menurut Gandjar 2006, kelembapan merupakan tempat yang baik bagi kapangkhamir tumbuh sehingga kelembapan tinggi dapat memicu pertumbuhan kapang khamir. Menurut Sedarmayanti 2011, Standar deviasi merupakan ukuran dispersi yang cukup stabil apabila digunakan untuk membandingkan dengan range. SD dapat digunakan untuk mengukur dispersi relatif data terhadap rata-ratanya dan koefisien variasi digunakan untuk membandingkan dua kelompok data yang memiliki rata-rata dan satuan yang digunakan berbeda atau dengan kata lain SD dan CV digunakan untuk menentukan akurasi dan kepresisian data yang didapat dari penelitian ini. Standar deviasi SD yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu 10 dan koefisien variasi CV yang diperoleh yaitu 100 untuk sampel A. Nilai SD dan CV yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil pengujian sampel A memiliki keterulangan data kurang baik karena data yang didapat berjauhan nilainya. Sedangkan untuk sampel B dan C memiliki keterulangan data yang baik karena ketiga replikasi dari sampel B dan C masing-masing tidak menunjukkan pertumbuhan koloni. Data yang diperoleh untuk sampel A dapat disebabkan oleh kehomogenan sampel saat diuji kurang baik sehingga nilai AKK yang diperoleh tidak menunjukkan keterulangan data yang baik. Menurut Sastroasmoro 2010, untuk menyatakan kevalidan hasil suatu pengukuran dipengaruhi oleh bias pengukuran; makin besar bias, makin kurang valid pengamatannya. Bias pengukuran terbagi menjadi beberapa jenis yaitu bias prosedur, recall bias, bias akibat pengukuran kurang sensitif insensitie measurement bias, bias deteksi, dan bias ketaatan.

B. Identifikasi Bakteri Salmonella spp.