Responden Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Lama Jabatan Responden Berdasarkan Pendidikan

No Nama Pendidikan Jenis Kelamin Jabatan Usia 6 Budi Martanta S1 Pria Staf Keuangan 46 tahun 7 Ig. Widodo SMA Pria Staf Kesejahteraan 49 tahun 8 Agus Widodo SMA Pria Sekretaris TPK ADD 2016 52 tahun 9 S. Yori Manaan D3 Pria Ketua 1 LPMD 60 tahun 10 Drs. Edy Riyanta S1 Pria Ketua 2 LPMD 55 tahun 11 L. Maryanto S1 Pria Anggota LPMD 59 tahun 12 Muhajir D3 Pria Anggota LPMD 56 tahun 13 Surami, A.Ma.Pd. D3 Pria Ketua BPD 67 tahun 14 Slamet Aliyadi D3 Pria Anggota BPD 65 tahun 15 Supardi, S.Pd. S1 Pria Anggota BPD 52 tahun 16 Drs. H.R. Soedjianto S1 Pria Wakil Ketua BPD 66 tahun 17 Tumijo D3 Pria Dukuh Pedak 48 tahun 18 H. Durori SMA Pria Dukuh Kauman 60 tahun 19 Sutardi SMA Pria Dukuh Kwalangan 43 tahun 20 H. Maryadi SMA Pria Dukuh Ngeblak 53 tahun 21 Siam SMP Wanita Dukuh Gedongsari 57 tahun 22 Tulus Sunardi SMA Pria Dukuh Bergan 60 tahun 23 Tatang Subagyo SMA Pria Dukuh Gesikan IV 52 tahun 24 Kabirun SMA Pria Dukuh Gesikan III 49 tahun 25 Amin Margiyatna D3 Pria Dukuh Bajang 47 tahun Sumber: Data Diolah

1. Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah orang Persentase 20 - 30 Tahun 1 4 31 - 40 Tahun 1 4 41 - 50 Tahun 8 32 51 - 60 Tahun 12 48 61 - 70 Tahun 3 12 Total 25 100 Sumber: Data Diolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden tertinggi dalam penelitian ini berusia 51 – 60 tahun sebanyak 12 responden. Lainnya 8 responden berusia 41 – 50 tahun, 3 responden berusia 61 – 70 tahun, 1 responden berusia 20 – 30 tahun, dan 1 responden 31 – 40 tahun.

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase Pria 24 96 Wanita 1 4 Total 25 1 Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel 5.3 dapat kita ketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Dalam penelitian ini hanya terdapat 1 responden wanita dan sisanya sebanyak 24 orang responden laki-laki.

3. Responden Berdasarkan Lama Jabatan

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Jabatan Lama Jabatan Jumlah orang Persentase 1 - 5 Tahun 6 24 6 - 10 Tahun 4 16 11 - 15 Tahun 7 28 16 - 20 Tahun 2 8 ≥ Tahun 6 24 Total 25 100 Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel 5.4 dapat kita ketahui bahwa persentase tertinggi 28 persen untuk responden dengan lama jabatan 11 – 15 tahun yaitu sebanyak 7 orang. Berikutnya masing-masing 24 persen untuk responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan lama jabatan 1 – 5 tahun dan lebih dari 21 tahun masing-masing sebanyak 6 orang, 16 persen untuk responden dengan lama jabatan 6 – 10 tahun sebanyak 4 orang, dan terakhir 8 persen untuk responden dengan lama jabatan 16 – 20 tahun sebanyak 2 orang.

4. Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase SMP 1 4 SMA 8 32 D3 6 24 S1 10 40 Total 25 100 Sumber: Data Diolah Berdasarakan tabel 5.5 dapat kita ketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir sebagian besar responden adalah strata 1 atau S1, yakni sebesar 40 persen atau sebanyak 10 orang. Lainnya sebanyak 8 responden berpendidikan SMA, 6 responden berpendidikan D3, dan 1 responden berpendidikan SMP. B. Deskripsi Hasil Kuesioner Deskripsi ini berisi data penelitian atau hasil dari kuesioner yang telah disebarkan tentang variabel yang digunakan. Deskripsi hasil kuesioner memuat jumlah jawaban ya, jawaban tidak, dan jumlah tidak dijawab. Berikut ini merupakan deskripsi hasil kuesioner secara rinci: Tabel 5.6 Data Hasil Kuesioner Transparansi Variabel Pertanyaan Ya Persen tase Tidak Persen tase Tidak Jawab Persen tase Perenca naan ADD 1. Apakah ada musyawarah rencana penggunaan dana Alokasi Desa ? 25 100 2. Adakah akses untuk masyarakat terhadap informasi mengenai rencana penggunaaan Alokasi Dana Desa ? 25 100 3. Apakah tersedia informasi yang tepat dan akurat mengenai jumlah Alokasi Dana Desa ? 24 96 1 4 Pelaksa naan ADD 4. Apakah proses pelaksaan ADD dilakukan secara terbuka ? 25 100 5. Apakah tersedia informasi mengenai laporan berkala penggunaan Dana Alokasi Desa ? 25 100 Variabel Pertanyaan Ya Persen tase Tidak Persen tase Tidak Jawab Persen tase 6. Apakah masyarakat dapat mengakses informasi mengenai laporan berkala penggunaan Alokasi Dana Desa ? 25 100 7. Apakah ada Partisipasi masyarakat dalam pelaksaan Alokasi Dana Desa ? 25 100 Pertang gungjaw aban ADD 8. Apakah ada keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan ADD ? 24 96 1 4 9. Apakah tersedia informasi mengenai laporan pertanggungjaw aban ADD ? 25 100 10. Apakah masyarakat dapat mengakses informasi mengenai laporan pertanggungjaw aban ADD ? 25 100 Variabel Pertanyaan Ya Persen tase Tidak Persen tase Tidak Jawab Persen tase 11. Apakah ada keterbukaan informasi mengenai dokumen hasil pelaksanaan ADD ? 24 96 1 4 12. Apakah masyarakat dapat mengakses informasi mengenai dokumen hasil pelaksaan ADD ? 25 100 Sumber: Data Diolah Tabel 5.7 Data Hasil Kuesioner Akuntabilitas Variabel Pertanyaan Ya Persen tase Tidak Persen tase Tidak Menja wab Persen tase Perenca naan ADD 13. Apakah ada laporan mengenai rincian dana dan kegiatan penggunaan dana ADD kepada masyarakat ? 25 100 14. Apakah Tim pelaksana turut hadir dalam rapat rencana penggunaan dana ADD ? 24 96 1 4 Variabel Pertanyaan Ya Persen tase Tidak Persen tase Tidak Jawab Persen tase Pelaksa naan ADD 15. Apakah tim pelaksana terlibat dalam pelaksanaan penggunaan ADD oleh masyarakat desa ? 23 92 1 4 1 4 Pertang gungjaw aban ADD 16. Apakah ada laporan berkala oleh tim pelaksana mengenai penerimaan ADD dan realisasi belanja ADD ? 25 100 17. Apakah ada laporan akhir oleh tim pelaksana mengenai perkembangan pelaksanaan, masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD ? 25 100 Sumber: Data Diolah Dari data hasil kuesioner di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden menyetujui telah diterapkannya prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses pengelolaan ADD. Dari tabel 5.6, kita dapat melihat bahwa sebagian besar responden setuju adanya musyawarah perencanaan ADD dan masyarakat bisa mengakses informasi mengenai dana dan rencana penggunaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ADD. Hal ini ditunjukkan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya untuk pertanyaan atau item nomor 1 dan 2, dan sebesar 96 persen menjawab ya untuk pertanyaan atau item nomor 3. Pada pertanyaan nomor 3, hanya satu orang responden yang menjawab tidak. Responden yang juga merupakan seorang Dukuh tersebut menyatakan jika tidak tersedia informasi yang tepat dan akurat mengenai jumlah Alokasi Dana Desa. Namun karena sebagian besar responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 1, 2, dan 3, maka masih bisa kita simpulkan bahwa sebagian besar responden setuju prinsip transparansi diterapkan dalam perencanaan ADD. Selanjutnya, dapat kita ketahui bahwa semua responden setuju bahwa proses pelaksanaan ADD dilakukan secara terbuka, tersedia informasi mengenai laporan berkala penggunaan ADD, masyarakat dapat mengakses laporan berkala tersebut, dan masyarakat juga berpartisipasi dalam pelaksanaan ADD. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 4, 5, 6, dan 7. Sebagian besar responden juga setuju bahwa prinsip transparansni juga diterapkan dalam pertanggungjawaban ADD. Dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden setuju bahwa ada keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan ADD, tersedia informasi mengenai laporan pertanggungjawaban dan dokumen hasil pelaksanaan ADD, dan masyarakat dapat mengakses laporan pertanggungjawaban dan dokumen hasil pelaksanaan ADD tersebut. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 96 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8 dan 11, serta sebesar 100 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 9, 10 dan 12. Pada pertanyaan nomor 8 dan 11, masing- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masing terdapat jawaban tidak yang berasal dari satu orang responden yang sama, yang juga merupakan seorang Dukuh. Responden tersebut berpendapat bahwa tidak ada keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan ADD, dan tidak ada keterbukaan informasi mengenai dokumen hasil pelaksanaan ADD. Namun, karena sebagian besar responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8, 9, 10, 11, dan 12, maka masih bisa kita simpulkan bahwa sebagian besar reponden setuju prinsip transparansi telah diterapkan dalam proses pertanggungjawaban ADD. Selanjutnya, dari tabel 5.7 kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar responden setuju prinsip akuntabilitas juga telah diterapkan dalam tiap proses pengelolaan ADD. Sebagian besar responden setuju bahwa ada laporan mengenai rincian dana dan kegiatan penggunaan ADD pada masyarakat, tim pelaksana turut hadir dalam rapat rencana penggunaan dana ADD, tim pelaksana terlibat dalam pelaksanaan ADD, ada laporan berkala oleh tim pelaksana mengenai penerimaan dan realisasi belanja ADD, serta ada laporan akhir oleh tim pelaksana megenai perkembangan pelaksanaan, masalah yang dihadapi, dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 13, 16, dan 17, sebesar 96 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 14, dan sebesar 92 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 15. Pada pertanyaan nomor 14 dan 15, masing-masing terdapat satu orang responden yaitu salah satu anggota LPMD yang tidak menjawab. Selain itu, juga terdapat satu orang responden yang merupakan salah satu anggota BPD yang menjawab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak pada pertanyaan nomor 15. Namun, karena sebagian besar responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 13, 14, 15, 16, dan 17, maka masih bisa kita simpulkan bahwa sebagian besar reponden setuju prinsip akuntabilitas telah diterapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban ADD. C. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Perencanaan ADD di Desa Wijirejo Dalam tahap perencanaan Alokasi Dana Desa, terutama untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, pemerintah desa Wijirejo mengutamakan adanya partisipasi dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh peneliti. Dalam variabel perencanaan ADD, sebagian besar responden mengatakan bahwa ada musyawarah rencana penggunaan dana desa, dan masyarakat memperoleh akses terhadap informasi rencana penggunaan ADD. Selain itu, sebagian besar responden setuju bahwa ada laporan mengenai rincian dana dan kegiatan penggunaan ADD pada masyarakat, tim pelaksana turut hadir dalam rapat rencana penggunaan dana ADD. Pelaksanaan prinsip partisipasi dengan konsep pemberdayaan tersebut telah dibuktikan dengan beberapa hasil wawancara berikut: “Kita untuk perencanaan tidak menggunakan sistem top-down tapi sistem buttom-up dari bawah ke atas sesuai dengan amanat di Undang-Undang No 6 yaitu bahwa penggalian gagasan itu dimulai dari bawah dari RTDusun, dan lain-lain. Makanya kita dalam kegiatan penggalian usulan untuk 3 bidang yaitu pembangunan, pemberdayaan, dan pembinaan kita mulai dari bawah yaitu di tingkat dusun.” Hasil wawancara dengan HS, pada tanggal 20 Januari 2017 “Dalam perencanaan jelas kita jaring aspirasi dari bawah, mulai dari rembug dusun rembug warga, setelah itu hasilnya kita bawa ke desa sebagai perencanaan desa. Lalu perencanaan desa kita susun dan hasilnya kita bawa ke masyarakat, nah kalo ada masukan misalnya ada yang belum pas, nanti masih bisa disesuaikan. Lalu hasil perencanaan yang sudah final kita rembug di Musdes, dan hasil Musdes ini adalah perencanaan yang akan kita laksanakan.” Hasil wawancara dengan B, pada tanggal 23 Januari 2017 Mekanisme perencanaan ADD secara kronologis dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Masyarakat di setiap dusun mengadakan Musyawarah Dusun di masing- masing dusun. Musyawarah Dusun dihadiri oleh BPD Badan Perwakilan Desa, TPK Tim Pelaksana Kegiatan, POKGIAT LPMD Kelompok Kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa masing-masing dusun, perwakilan wanita dan panitia dusun perwakilan dr dusun biasanya berjumlah 7 orang yang bertanggung jawab terhadap usulan di masing- masing dusun. Musyawarah Dusun bertujuan untuk mensosialisasikan jumlah dana yang dialokasikan ke setiap dusun dan menyerap serta menampung aspirasi atau usulan-usulan masyarakat yang diusulkan dan ditampung di setiap RT. b. BPD mengadakan Musyawarah Desa yang dihadiri oleh semua pengurus BPD, semua Pamong Desa termasuk dukuh-dukuh, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh-tokoh Perempuan, Perwakilan Kaum Rentan, dan semua pengurus LKD Lembaga Kemasyarakatan Desa yang terdiri dari LPMD, PKK, KARANG TARUNA DESA, dan RT. Musyawarah Desa bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat dari semua pedukuhan dan membentuk Tim Perumus menyusun skala prioritas desa berdasarkan usulan prioritas tiap pedukuhan. c. LPMD mengadakan MUSRENBANGDES Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa. Musrenbangdes dihadiri oleh Tokoh Masyarakat, pamong Desa, dan seluruh LKD. Musyawarah ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pembangunan desa di tahun anggaran sebelumnya, mencermati dan menetapakan program tahun berjalan serta menentukan dan menetapkan program tahun anggaran selanjutnya berdasarkan pada RPJMDes, membahas daftar skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan, membahas RAPBDes, dan membentuk Tim Perwakilan Desa untuk Musyawarah Pembangunan Tingkat Kecamatan. d. Sekretaris Desa membuat Rencana Anggaran Belanja RAB berdasarkan Rencana program atau usulan yang telah disepakati bersama dalam Musrenbangdes. e. TIM RKPDes yang terdiri dari perwakilan Pamong Desa, perwakilan setiap LKD, perwakilan BPD, dan TPK menetapkan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa RKPDes tahun berjalan. Selanjutnya, RAB yang telah dibuat dimasukkan ke dalam RKPDes. f. RKPDes dimasukkan ke APBDes g. Penetapan TPK Dalam mekanisme perencanaan ADD yang disatukan dengan perencanaan program pembangunan desa, pemerintah desa Wijirejo selalu mengikutsertakan perwakilan masyarakat untuk berperan di dalam setiap tingkatan perencanaan. Hal ini membuat partisipasi masyarakat desa Wijirejo sangat tinggi dalam proses perencanaan ADD dan perencanaan program pembangunan desa. Hal ini didukung dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “Semua warga bisa mengikuti proses perencanaan dengan antusias. Partisipasinya sangat tinggi. Bentuk partisipasinya berupa usulan lewat MusDus dan MusDes.” Hasil wawancara dengan FA, pada tanggal 20 Januari 2017 Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan beberapa partisipan lain sebagai berikut: “Partisipasi baik. Masyarakat antusias. Masyarakat mulai berperan dimulai dari MusDus di setiap pedukuhan dengan bentuk partisipasi berupa usulan.” Hasil wawancara dengan NTW, pada tanggal 20 Januari 2017 “Partisipasi masyarakat sangat tinggi, karena perencanaan diambil dari masyarakat. Apa yang menjadi kebutuhan mereka itulah yang kita laksanakan. Tidak hanya partisipasi usulan saja, tapi mereka ikut berperan dalam pelaksanaan nantinya...” Hasil wawancara dengan B, pada tanggal 23 Januari 2017 Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ADD merupakan hal utama yang diperhatikan oleh pemerintah desa Wijirejo. Hal ini karena usulan masyarakat merupakan sarana bagi pemerintah desa untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga pembangunan desa yang dilaksanakan adalah berdasarkan pada kebutuhan masyarakat. Namun, tidak semua usulan masyarakat serta-merta diterima dan langsung disetujui, karena pembuatan rencana program pembangunan desa harus disesuaikan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jumlah dana ADD yang dialokasikan untuk program pembangunan desa. Maka dari itu, dalam rangka mengakomodir segala usulan atau masukan dari masyarakat, dibuatlah skala prioritas. Skala prioritas merupakan cara yang digunakan pemerintah desa Wijirejo untuk menentukan program pembangunan desa berdasarkan kebutuhan masyarakat yang paling mendesak. Semua usulan yang diterima akan diseleksi bersama dalam musyawarah dan diurutkan berdasarkan persentase kegunaannya bagi masyarakat dan yang paling mendesak untuk segera dipenuhi. Pertama, skala prioritas dibuat pada saat Musyawarah Dusun di tiap-tiap dusun yang berguna untuk menentukan program pembangunan dusun. Skala prioritas tingkat dusun ini dibuat oleh Tim Dusun di masing-masing dusun. Skala prioritas yang dibuat di tiap dusun bertujuan untuk menyeleksi semua usulan dari masyarakat di tiap-tiap RT. Selanjutnya, hasil skala prioritas tiap-tiap dusun ini akan dibawa ke Musyawarah Desa. Usulan dari masing-masing dusun yang disalurkan oleh para peserta musyawarah desa lalu dibuat juga skala prioritasnya untuk menentukan program pembangunan desa. Dalam musyawarah desa, yang bertugas untuk menentukan skala prioritas adalah Tim Perumus. Tim Perumus bertugas untuk menentukan skala prioritas desa berdasarkan pada skala prioritas dari tiap-tiap dusun. Hal ini didukung dengan pernyataan beberapa partisipan sebagai berikut: “Semua usulan kita terima dengan baik, lalu kita buat skala prioritas yang dibuat berdasarkan kebutuhan lalu diurutkan dari yang paling mendesak.” Hasil wawancara dengan M pada tanggal 23 Januari 2017 “Karena kita jelas tidak bisa mengakomodir semua masukan, maka untuk meminimalisir permasalahan usulan di tingkat dusun, kita membuat Tim di setiap dusun yang biasanya berjumlah 7 orang, untuk bertanggungjawab terhadap usulan di masing-masing dusun, lalu mereka menentukan skala prioritas kebutuhan masing-masing dusun. Hasil skala prioritas tersebut yang akan menjadi bahasan di MusDes.” Hasil wawancara dengan HS, pada tanggal 20 Januari 2017 “Setelah ada usulan, dibentuk TIM perumus. Lalu tim perumus menyusun skala prior itas menurut prioritas dari tiap pedukuhan.” Hasil wawancara dengan YM, pada tanggal 19 Januari 2017 Informasi tersebut menunjukkan adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat Desa Wijirejo dalam tahap perencanaan ADD.

D. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Pelaksanaan ADD

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 4 15

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

5 30 102

EFISIENSI USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA WIJIREJO KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL

0 4 99

EVALUASI PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Studi Kasus di Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul Tahun 2015)

9 33 151

PERAN PERANGKAT DESA UNTUK MENGEMBANGKAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD GOVERNANCE Peran Perangkat Desa Untuk Mengembangkan Prinsip Transparansi Dalam Good Governance Pada Pemerintahan Desa(Studi Kasus Di Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Suko

0 2 16

PERAN PERANGKAT DESA UNTUK MENGEMBANGKAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD GOVERNANCE Peran Perangkat Desa Untuk Mengembangkan Prinsip Transparansi Dalam Good Governance Pada Pemerintahan Desa(Studi Kasus Di Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoh

0 5 17

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA Implementasi Prinsip Good Governance Di Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen).

0 4 15

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA Implementasi Prinsip Good Governance Di Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen).

0 2 10

Penerapan prinsip good government governance dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban alokasi dana desa .Studi kasus desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul

3 8 125

Analisis Pertanggungjawaban Alokasi Dana Anggaran Dengan Pendekatan Good Governance Pada Desa Talang Buluh Kecamatan Talang Kclapa Kabupaten Banyuasin

0 0 97