No Nama
Pendidikan Jenis
Kelamin Jabatan
Usia
6 Budi Martanta
S1 Pria
Staf Keuangan 46 tahun
7 Ig. Widodo
SMA Pria
Staf Kesejahteraan
49 tahun 8
Agus Widodo SMA
Pria Sekretaris TPK
ADD 2016 52 tahun
9 S. Yori Manaan
D3 Pria
Ketua 1 LPMD 60 tahun
10 Drs. Edy Riyanta
S1 Pria
Ketua 2 LPMD 55 tahun
11 L. Maryanto
S1 Pria
Anggota LPMD 59 tahun
12 Muhajir
D3 Pria
Anggota LPMD 56 tahun
13 Surami, A.Ma.Pd.
D3 Pria
Ketua BPD 67 tahun
14 Slamet Aliyadi
D3 Pria
Anggota BPD 65 tahun
15 Supardi, S.Pd.
S1 Pria
Anggota BPD 52 tahun
16 Drs. H.R.
Soedjianto S1
Pria Wakil Ketua
BPD 66 tahun
17 Tumijo
D3 Pria
Dukuh Pedak 48 tahun
18 H. Durori
SMA Pria
Dukuh Kauman 60 tahun
19 Sutardi
SMA Pria
Dukuh Kwalangan
43 tahun 20
H. Maryadi SMA
Pria Dukuh Ngeblak
53 tahun 21
Siam SMP
Wanita Dukuh
Gedongsari 57 tahun
22 Tulus Sunardi
SMA Pria
Dukuh Bergan 60 tahun
23 Tatang Subagyo
SMA Pria
Dukuh Gesikan IV
52 tahun 24
Kabirun SMA
Pria Dukuh Gesikan
III 49 tahun
25 Amin Margiyatna
D3 Pria
Dukuh Bajang 47 tahun
Sumber: Data Diolah
1. Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah orang
Persentase
20 - 30 Tahun 1
4 31 - 40 Tahun
1 4
41 - 50 Tahun 8
32 51 - 60 Tahun
12 48
61 - 70 Tahun 3
12 Total
25 100
Sumber: Data Diolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden tertinggi dalam penelitian ini berusia 51
– 60 tahun sebanyak 12 responden. Lainnya 8 responden berusia 41
– 50 tahun, 3 responden berusia 61 – 70 tahun, 1 responden berusia 20
– 30 tahun, dan 1 responden 31 – 40 tahun.
2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persentase
Pria 24
96 Wanita
1 4
Total 25
1
Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel 5.3 dapat kita ketahui bahwa jumlah responden
laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Dalam penelitian ini hanya terdapat 1 responden wanita dan sisanya
sebanyak 24 orang responden laki-laki.
3. Responden Berdasarkan Lama Jabatan
Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Jabatan
Lama Jabatan Jumlah orang
Persentase
1 - 5 Tahun 6
24 6 - 10 Tahun
4 16
11 - 15 Tahun 7
28 16 - 20 Tahun
2 8
≥ Tahun 6
24 Total
25 100
Sumber: Data Diolah Berdasarkan tabel 5.4 dapat kita ketahui bahwa persentase tertinggi
28 persen untuk responden dengan lama jabatan 11 – 15 tahun yaitu
sebanyak 7 orang. Berikutnya masing-masing 24 persen untuk responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan lama jabatan 1 – 5 tahun dan lebih dari 21 tahun masing-masing
sebanyak 6 orang, 16 persen untuk responden dengan lama jabatan 6 – 10
tahun sebanyak 4 orang, dan terakhir 8 persen untuk responden dengan lama jabatan 16
– 20 tahun sebanyak 2 orang.
4. Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah orang
Persentase
SMP 1
4 SMA
8 32
D3 6
24 S1
10 40
Total 25
100
Sumber: Data Diolah Berdasarakan tabel 5.5 dapat kita ketahui bahwa tingkat pendidikan
terakhir sebagian besar responden adalah strata 1 atau S1, yakni sebesar 40 persen atau sebanyak 10 orang. Lainnya sebanyak 8 responden
berpendidikan SMA, 6 responden berpendidikan D3, dan 1 responden
berpendidikan SMP. B.
Deskripsi Hasil Kuesioner
Deskripsi ini berisi data penelitian atau hasil dari kuesioner yang telah disebarkan tentang variabel yang digunakan. Deskripsi hasil kuesioner memuat
jumlah jawaban ya, jawaban tidak, dan jumlah tidak dijawab. Berikut ini merupakan deskripsi hasil kuesioner secara rinci:
Tabel 5.6 Data Hasil Kuesioner Transparansi
Variabel Pertanyaan
Ya Persen
tase Tidak
Persen tase
Tidak Jawab
Persen tase
Perenca naan
ADD
1. Apakah ada
musyawarah rencana
penggunaan dana
Alokasi Desa ?
25 100
2. Adakah
akses untuk
masyarakat terhadap
informasi mengenai
rencana penggunaaan
Alokasi
Dana Desa ?
25 100
3. Apakah
tersedia informasi yang
tepat dan akurat mengenai
jumlah Alokasi Dana Desa ?
24 96
1 4
Pelaksa naan
ADD
4. Apakah
proses pelaksaan ADD dilakukan
secara terbuka ?
25 100
5. Apakah
tersedia informasi
mengenai laporan berkala
penggunaan Dana
Alokasi Desa ?
25 100
Variabel
Pertanyaan
Ya Persen
tase Tidak
Persen tase
Tidak Jawab
Persen tase
6. Apakah
masyarakat dapat mengakses
informasi
mengenai laporan berkala
penggunaan Alokasi
Dana Desa ?
25 100
7. Apakah ada
Partisipasi masyarakat
dalam pelaksaan Alokasi
Dana Desa ?
25 100
Pertang gungjaw
aban ADD
8. Apakah ada
keterbukaan mengenai hasil
pelaksanaan ADD ?
24 96
1 4
9. Apakah
tersedia informasi
mengenai laporan
pertanggungjaw aban ADD ?
25 100
10. Apakah
masyarakat dapat mengakses
informasi mengenai
laporan pertanggungjaw
aban ADD ?
25 100
Variabel
Pertanyaan
Ya Persen
tase Tidak
Persen tase
Tidak Jawab
Persen tase
11. Apakah ada
keterbukaan informasi
mengenai dokumen
hasil pelaksanaan
ADD ?
24 96
1 4
12. Apakah
masyarakat dapat mengakses
informasi mengenai
dokumen
hasil pelaksaan ADD
?
25 100
Sumber: Data Diolah
Tabel 5.7 Data Hasil Kuesioner Akuntabilitas
Variabel
Pertanyaan
Ya Persen
tase Tidak
Persen tase
Tidak Menja
wab Persen
tase
Perenca naan
ADD
13. Apakah ada
laporan mengenai
rincian dana dan kegiatan
penggunaan dana
ADD kepada
masyarakat ?
25 100
14. Apakah
Tim pelaksana turut hadir
dalam rapat rencana
penggunaan dana ADD ?
24 96
1 4
Variabel
Pertanyaan
Ya Persen
tase Tidak
Persen tase
Tidak Jawab
Persen tase
Pelaksa naan
ADD
15. Apakah tim pelaksana
terlibat dalam pelaksanaan
penggunaan ADD oleh
masyarakat desa ?
23 92
1 4
1 4
Pertang gungjaw
aban ADD
16. Apakah ada
laporan berkala oleh
tim pelaksana
mengenai penerimaan
ADD
dan realisasi belanja
ADD ?
25 100
17. Apakah ada
laporan akhir
oleh tim
pelaksana mengenai
perkembangan pelaksanaan,
masalah
yang dihadapi
dan rekomendasi
penyelesaian hasil
akhir penggunaan
ADD ?
25 100
Sumber: Data Diolah
Dari data hasil kuesioner di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden menyetujui telah diterapkannya prinsip transparansi dan akuntabilitas
dalam setiap proses pengelolaan ADD. Dari tabel 5.6, kita dapat melihat bahwa sebagian besar responden setuju adanya musyawarah perencanaan ADD dan
masyarakat bisa mengakses informasi mengenai dana dan rencana penggunaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ADD. Hal ini ditunjukkan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya untuk pertanyaan atau item nomor 1 dan 2, dan sebesar 96 persen menjawab ya
untuk pertanyaan atau item nomor 3. Pada pertanyaan nomor 3, hanya satu orang responden yang menjawab tidak. Responden yang juga merupakan seorang
Dukuh tersebut menyatakan jika tidak tersedia informasi yang tepat dan akurat mengenai jumlah Alokasi Dana Desa. Namun karena sebagian besar responden
menjawab ya pada pertanyaan nomor 1, 2, dan 3, maka masih bisa kita simpulkan bahwa sebagian besar responden setuju prinsip transparansi
diterapkan dalam perencanaan ADD. Selanjutnya, dapat kita ketahui bahwa semua responden setuju bahwa proses pelaksanaan ADD dilakukan secara
terbuka, tersedia informasi mengenai laporan berkala penggunaan ADD, masyarakat dapat mengakses laporan berkala tersebut, dan masyarakat juga
berpartisipasi dalam pelaksanaan ADD. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 4, 5, 6, dan 7. Sebagian
besar responden juga setuju bahwa prinsip transparansni juga diterapkan dalam pertanggungjawaban ADD. Dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa ada keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan ADD, tersedia informasi mengenai laporan pertanggungjawaban dan dokumen hasil
pelaksanaan ADD,
dan masyarakat
dapat mengakses
laporan pertanggungjawaban dan dokumen hasil pelaksanaan ADD tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan sebesar 96 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8 dan 11, serta sebesar 100 persen responden menjawab ya pada
pertanyaan nomor 9, 10 dan 12. Pada pertanyaan nomor 8 dan 11, masing- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masing terdapat jawaban tidak yang berasal dari satu orang responden yang sama, yang juga merupakan seorang Dukuh. Responden tersebut berpendapat
bahwa tidak ada keterbukaan mengenai hasil pelaksanaan ADD, dan tidak ada keterbukaan informasi mengenai dokumen hasil pelaksanaan ADD. Namun,
karena sebagian besar responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8, 9, 10, 11, dan 12, maka masih bisa kita simpulkan bahwa sebagian besar reponden
setuju prinsip transparansi telah diterapkan dalam proses pertanggungjawaban ADD.
Selanjutnya, dari tabel 5.7 kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar responden setuju prinsip akuntabilitas juga telah diterapkan dalam tiap proses
pengelolaan ADD. Sebagian besar responden setuju bahwa ada laporan mengenai rincian dana dan kegiatan penggunaan ADD pada masyarakat, tim
pelaksana turut hadir dalam rapat rencana penggunaan dana ADD, tim pelaksana terlibat dalam pelaksanaan ADD, ada laporan berkala oleh tim pelaksana
mengenai penerimaan dan realisasi belanja ADD, serta ada laporan akhir oleh tim pelaksana megenai perkembangan pelaksanaan, masalah yang dihadapi, dan
rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. Hal ini dibuktikan dengan sebesar 100 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 13,
16, dan 17, sebesar 96 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 14, dan sebesar 92 persen responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 15.
Pada pertanyaan nomor 14 dan 15, masing-masing terdapat satu orang responden yaitu salah satu anggota LPMD yang tidak menjawab. Selain itu, juga terdapat
satu orang responden yang merupakan salah satu anggota BPD yang menjawab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak pada pertanyaan nomor 15. Namun, karena sebagian besar responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 13, 14, 15, 16, dan 17, maka masih bisa
kita simpulkan bahwa sebagian besar reponden setuju prinsip akuntabilitas telah diterapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
ADD. C.
Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Perencanaan ADD di Desa Wijirejo
Dalam tahap perencanaan Alokasi Dana Desa, terutama untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, pemerintah desa Wijirejo
mengutamakan adanya partisipasi dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh peneliti. Dalam
variabel perencanaan ADD, sebagian besar responden mengatakan bahwa ada musyawarah rencana penggunaan dana desa, dan masyarakat memperoleh akses
terhadap informasi rencana penggunaan ADD. Selain itu, sebagian besar responden setuju bahwa ada laporan mengenai rincian dana dan kegiatan
penggunaan ADD pada masyarakat, tim pelaksana turut hadir dalam rapat rencana penggunaan dana ADD. Pelaksanaan prinsip partisipasi dengan konsep
pemberdayaan tersebut telah dibuktikan dengan beberapa hasil wawancara
berikut:
“Kita untuk perencanaan tidak menggunakan sistem top-down tapi sistem buttom-up dari bawah ke atas sesuai dengan amanat di
Undang-Undang No 6 yaitu bahwa penggalian gagasan itu dimulai dari bawah dari RTDusun, dan lain-lain. Makanya kita dalam
kegiatan penggalian usulan untuk 3 bidang yaitu pembangunan, pemberdayaan, dan pembinaan kita mulai dari bawah yaitu di tingkat
dusun.” Hasil wawancara dengan HS, pada tanggal 20 Januari 2017
“Dalam perencanaan jelas kita jaring aspirasi dari bawah, mulai dari rembug dusun rembug warga, setelah itu hasilnya kita bawa ke
desa sebagai perencanaan desa. Lalu perencanaan desa kita susun dan hasilnya kita bawa ke masyarakat, nah kalo ada masukan
misalnya ada yang belum pas, nanti masih bisa disesuaikan. Lalu hasil perencanaan yang sudah final kita rembug di Musdes, dan hasil
Musdes ini adalah perencanaan yang akan kita laksanakan.” Hasil wawancara dengan B, pada tanggal 23 Januari 2017
Mekanisme perencanaan ADD secara kronologis dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Masyarakat di setiap dusun mengadakan Musyawarah Dusun di masing-
masing dusun. Musyawarah Dusun dihadiri oleh BPD Badan Perwakilan Desa, TPK Tim Pelaksana Kegiatan, POKGIAT LPMD Kelompok
Kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa masing-masing dusun, perwakilan wanita dan panitia dusun perwakilan dr dusun biasanya
berjumlah 7 orang yang bertanggung jawab terhadap usulan di masing- masing dusun. Musyawarah Dusun bertujuan untuk mensosialisasikan
jumlah dana yang dialokasikan ke setiap dusun dan menyerap serta menampung aspirasi atau usulan-usulan masyarakat yang diusulkan dan
ditampung di setiap RT. b.
BPD mengadakan Musyawarah Desa yang dihadiri oleh semua pengurus BPD, semua Pamong Desa termasuk dukuh-dukuh, Tokoh Masyarakat,
Tokoh Agama, Tokoh-tokoh Perempuan, Perwakilan Kaum Rentan, dan semua pengurus LKD Lembaga Kemasyarakatan Desa yang terdiri dari
LPMD, PKK, KARANG TARUNA DESA, dan RT. Musyawarah Desa bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat dari semua pedukuhan
dan membentuk Tim Perumus menyusun skala prioritas desa berdasarkan usulan prioritas tiap pedukuhan.
c. LPMD mengadakan MUSRENBANGDES Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa. Musrenbangdes dihadiri oleh Tokoh Masyarakat, pamong Desa, dan seluruh LKD. Musyawarah ini bertujuan untuk
mengevaluasi hasil pembangunan desa di tahun anggaran sebelumnya, mencermati dan menetapakan program tahun berjalan serta menentukan
dan menetapkan program tahun anggaran selanjutnya berdasarkan pada RPJMDes, membahas daftar skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan, membahas RAPBDes, dan membentuk Tim Perwakilan Desa untuk Musyawarah Pembangunan Tingkat Kecamatan.
d. Sekretaris Desa membuat Rencana Anggaran Belanja RAB berdasarkan
Rencana program atau usulan yang telah disepakati bersama dalam Musrenbangdes.
e. TIM RKPDes yang terdiri dari perwakilan Pamong Desa, perwakilan
setiap LKD, perwakilan BPD, dan TPK menetapkan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa RKPDes tahun berjalan. Selanjutnya, RAB yang
telah dibuat dimasukkan ke dalam RKPDes. f.
RKPDes dimasukkan ke APBDes g.
Penetapan TPK Dalam mekanisme perencanaan ADD yang disatukan dengan
perencanaan program pembangunan desa, pemerintah desa Wijirejo selalu mengikutsertakan perwakilan masyarakat untuk berperan di dalam setiap
tingkatan perencanaan. Hal ini membuat partisipasi masyarakat desa Wijirejo sangat tinggi dalam proses perencanaan ADD dan perencanaan program
pembangunan desa. Hal ini didukung dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
“Semua warga bisa mengikuti proses perencanaan dengan antusias. Partisipasinya sangat tinggi. Bentuk partisipasinya berupa usulan
lewat MusDus dan MusDes.” Hasil wawancara dengan FA, pada tanggal 20 Januari 2017
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan beberapa partisipan lain sebagai berikut:
“Partisipasi baik. Masyarakat antusias. Masyarakat mulai berperan dimulai dari MusDus di setiap pedukuhan dengan bentuk partisipasi
berupa usulan.” Hasil wawancara dengan NTW, pada tanggal 20 Januari 2017
“Partisipasi masyarakat sangat tinggi, karena perencanaan diambil dari masyarakat. Apa yang menjadi kebutuhan mereka itulah yang
kita laksanakan. Tidak hanya partisipasi usulan saja, tapi mereka ikut
berperan dalam pelaksanaan nantinya...” Hasil wawancara dengan B, pada tanggal 23 Januari 2017
Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ADD merupakan hal utama yang diperhatikan oleh pemerintah desa Wijirejo. Hal ini karena usulan
masyarakat merupakan sarana bagi pemerintah desa untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga pembangunan desa yang
dilaksanakan adalah berdasarkan pada kebutuhan masyarakat. Namun, tidak semua usulan masyarakat serta-merta diterima dan langsung disetujui, karena
pembuatan rencana program pembangunan desa harus disesuaikan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jumlah dana ADD yang dialokasikan untuk program pembangunan desa. Maka dari itu, dalam rangka mengakomodir segala usulan atau masukan dari
masyarakat, dibuatlah skala prioritas. Skala prioritas merupakan cara yang digunakan pemerintah desa Wijirejo untuk menentukan program pembangunan
desa berdasarkan kebutuhan masyarakat yang paling mendesak. Semua usulan yang diterima akan diseleksi bersama dalam musyawarah dan diurutkan
berdasarkan persentase kegunaannya bagi masyarakat dan yang paling mendesak untuk segera dipenuhi. Pertama, skala prioritas dibuat pada saat
Musyawarah Dusun di tiap-tiap dusun yang berguna untuk menentukan program pembangunan dusun. Skala prioritas tingkat dusun ini dibuat oleh Tim
Dusun di masing-masing dusun. Skala prioritas yang dibuat di tiap dusun bertujuan untuk menyeleksi semua usulan dari masyarakat di tiap-tiap RT.
Selanjutnya, hasil skala prioritas tiap-tiap dusun ini akan dibawa ke Musyawarah Desa. Usulan dari masing-masing dusun yang disalurkan oleh
para peserta musyawarah desa lalu dibuat juga skala prioritasnya untuk menentukan program pembangunan desa. Dalam musyawarah desa, yang
bertugas untuk menentukan skala prioritas adalah Tim Perumus. Tim Perumus bertugas untuk menentukan skala prioritas desa berdasarkan pada skala
prioritas dari tiap-tiap dusun. Hal ini didukung dengan pernyataan beberapa partisipan sebagai berikut:
“Semua usulan kita terima dengan baik, lalu kita buat skala prioritas yang dibuat berdasarkan kebutuhan lalu diurutkan dari yang paling
mendesak.” Hasil wawancara dengan M pada tanggal 23 Januari 2017
“Karena kita jelas tidak bisa mengakomodir semua masukan, maka untuk meminimalisir permasalahan usulan di tingkat dusun, kita
membuat Tim di setiap dusun yang biasanya berjumlah 7 orang, untuk bertanggungjawab terhadap usulan di masing-masing dusun, lalu
mereka menentukan skala prioritas kebutuhan masing-masing dusun. Hasil skala prioritas tersebut yang akan menjadi bahasan di
MusDes.” Hasil wawancara dengan HS, pada tanggal 20 Januari 2017
“Setelah ada usulan, dibentuk TIM perumus. Lalu tim perumus menyusun skala prior
itas menurut prioritas dari tiap pedukuhan.” Hasil wawancara dengan YM, pada tanggal 19 Januari 2017
Informasi tersebut menunjukkan adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat Desa Wijirejo dalam tahap perencanaan ADD.
D. Penerapan Prinsip Good Government Governance dalam Pelaksanaan ADD