maupun risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga
nasabah tidak mampu lagi melunasi kreditnya. d.
Kesepakatan dua belah pihak. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit
diberikan. e.
Balas jasa merupakan keutungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Pada bank konvensional balas jasa dikenal dengan “bunga”.
Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan
keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
C. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT
Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum kredit diputuskan untuk disetujui. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank
dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit. Adapun tahap prosedur pemberian kredit secara umum terbagi atas beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan Kredit
Tahap persiapan kredit adalah tahap dimana dilakukan semua pekerjaan kegiatan sampai dengan kemungkinannya untuk memasuki tahap analisa.
Surat permohonan beserta lampirannya yang telah disampaikan calon
Universitas Sumatera Utara
debitur segera dipelajari oleh petugas bank. Untuk selanjutnya dengan segala peraturan yang telah ditetapkan bank maka diadakanlah
pemeriksaan ke lokasiperusahaan pemohon kredit yang biasanya disebut pemeriksaan “on the spot”.
b. Tahap AnalisaPenilaian Kredit
Dengan menggunakan segala bahan dan keterangan yang tersedia maka dapatlah melakukan kegiatan analisis dari permohonan kredit tersebut.
Dalam hal ini dikenal beberapa formulasi, seperti pendekatan 5C, 5P, 3R, 7 Aspek Perusahaan, yang tergantung dari kebijakan masing-masing bank.
c. Tahap Pemutusan
Pemutusan kredit adalah apakah suatu permohonan kredit dikabulkan ataukah ditolak berdasarkan hasil rapat kredit. Keputusan kantor cabang
mengenai suatu permohonan kredit, baik berupa penolakan ataupun persetujuan pemberian kredit harus segera diberitahukan secara tertulis
kepada pemohon kredit. d.
Tahap Pengikatan Jaminan Bagi pemohon yang permohonan kreditnya disetujui, maka oleh bank
dibuat akte kredit yang harus ditandatangani oleh pihak nasabahdebitur yang berwenang dan oleh pihak bank. Untuk itu nasabah dikenakan biaya-
biaya material dan provisi kredit sejumlah tertentu. Bersamaan ditandatanganinya akad kredit tersebut, maka barang-barang jaminan yang
diberikan oleh nasabah berarti telah dikuasai secara yuridis sesuai dengan sifat barang yang dijaminkan.
Universitas Sumatera Utara
e. Tahap Realisasi
Setelah adanya keputusan dari pihak bank bahwa permohonan kredit disetujui, maka segera diberitahukan secara tertulis kepada debitur
walaupun sebelumnya telah diberitahukan secara lisan ataupun telepon. Setiap ada perubahan dalam keputusan kredit baik mengenai suku bunga,
jangka waktu, dan sebagainya harus pula diberitahukan secara tertulis. Segala macam akte yang telah dibuat disimpan dalam satu map yang
disebut “map perjanjian kredit”. Map ini akan dikirim ke kantor pusat besar baik untuk kredit atas wewenang cabang maupun kantor pusat bank
yang bersangkutan, dimana akte kredit akad kredit tersebut diberi materai secukupnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f. Tahap Pengawasan
Pengawasan terhadap kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya harus dilakukan sejak saat disetujuinya sesuai permohonan kredit sampai
dengan pelunasannya. g.
Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir yang merupakan rangkaian
upaya yang dilakukan oleh bank dalam menyelesaikan kredit yang diragukan atau macet setelah usaha pembinaan dan penyelamatan kredit.
Oleh karena itu, bank harus mengambil tindakan dalam mengatasi kredit tersebut, seperti:
1. Rescheduling, yaitu penundaan pembayaran yang disesuaikan dengan
rencaya pembiayaan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
2. Injection, yaitu dengan cara memberikan kredit tambahan, dengan
tujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang bersifat sementara. 3.
Likuidasi, yaitu penyelesaian atas pinjaman dengan jalan menjual barang-barang jaminan.
4. Campuran mixed, yaitu kombinasi dari rescheduling, injection dan
likuidasi. 5.
Restructuring, yaitu dengan mengadakan perubahan pada sistem pembayaran, misalnya nasabah hanya membayar pokok saja terlebih
dahulu, bunganya dibayar dibelakang. Sedangkan untuk penyelesaiannya, ada dua cara umum yang digunakan,
yaitu melalui jalur hukum, seperti melalui Pengadilan Negeri umumnya oleh bank-bank swasta dan melalui Badan Urusan Piutang Lelang Negara BUPLN
bagi bank-bank pemerintah.
D. SYARAT- SYARAT PEMBERIAN KREDIT