Urban Riversight memberikan fasilitas pemandangan hijau yang tidak biasa ditengah kota dan juga membuat tingkat kehidupan sosial para masyarakat
urban akan lebih tinggi karena disediakan lahan untuk berekreasi yang juga menjadi sarana interaksi
antar user yang sangat jarang ditemui pada apartemen atau kehidupan kota lainnya yang
tidak begitu mengenal tetangga mereka sehingga terkesan kehidupan urban lebih mobile.
Sifat masyarakat urban tersebut yang patut dihilangkan agar terciptanya hubungan
harmonis dan sehat. Strategi lansekap akan dilengkapi dengan terintegrasinya Sky
Gardens sebagai fitur utama ke hunian. Untuk area hunian lantai atas akan diberikan ruang terbuka yang tak perlu mengkhawatirkan ketinggian bangunan yang juga dapat
melakukan interaksi sosial, ruang gerak bebas, dan menciptakan ventilasi alami. Roof
garden akan membantu mengurangi pengaruh suhu panas perkotaan, dan menyediakan platform wadah untuk menampung air hujan yang berguna untuk irigasi di roof garden
saat musim kemarau tiba.
1.2. Pencitraan Kembali Sungai Deli di Kota Medan
Lokasi kasus proyek C bertempat di Jl. Mangkubumi memiliki tapak yang sangat unik. Keunikan tapak ini dapat dilihat dari site yang dibelah oleh sungai Deli sehingga
seolah – olah terdapat dua site dalam satu lokasi tapak. Lokasi tapak juga berkontur
karena dekat dengan Sungai Deli.
LOKASI TAPAK A
B
Gambar 1.1 Foto satelit tapak
Universitas Sumatera Utara
Lokasi tapak dapat dicapai dari Jl. Letjend. Suprapto, Jl. Badur, Jl. Mangkubumi dan Jl. Palang Merah. Lokasi tapak didominasi oleh kawasan komersil seperti ruko
– ruko, bank, supermarket, rumah sakit Martha Friska dan Stella Maris, apotek Kimia
Farma, sekolah Harapan dan sekolah Immanuel, tempat makan indoor seperti Pizza Hut
dan tempat makan outdoor seperti wajir dsb, sehingga proyek apartemen di daerah ini
cukup menjanjikan dikarenakan apartemen juga termasuk katageori komersil. Sehingga calon penghuni juga dapat menikmati fasilitas umum disekitar site dengan jarak tempuh
yang sama sekali tidak jauh. Kawasan ini sangat lengkap akan fasilitas umum yang memadai.
Namun kondisi dari tapak sendiri cukup memprihatinkan dikarenakan banyaknya pemukiman ilegal di sepanjang bibir sungai Deli yang menyebabkan tercemarnya sungai
Deli yang sangat tidak baik untuk kesehatan. Penyebab dari munculnya penghuni liar seperti ini karena ketersediaan lahan di tengah kota Medan sangat minim, sedangkan
mereka sendiri merupakan warga desa yang merantau ke kota sehingga peristiwa ini malah membuat kawasan muka sungai menjadi kawasan yang kumuh dan kotor karena
banyak limbah rumah tangga yang dibuang di sungai. Sehingga sungai di labelkan oleh masyarakat adalah tempat yang kotor, kumuh sudah melekat erat di benak masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat kota Medan. Padahal ada aturan membangun di pinggir sungai yaitu mengikuti aturan GSS
Garis Sempadan Sungai sebesar 15 M dari bibir sungai.
Lain halnya dengan penghuni lingkungan pinggir sungai saat ini yang
sama sekali tidak mematuhi aturan
Gambar 1.2. Jl. Badur
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Menurut sumber yang tinggal di pinggir sungai, kondisi sungai yang sudah jauh dari kata higienis karena tumpukan sampah sedalam hampir 2
– 3 meter akibat penumpukan sampah yang bertahun
– tahun. Sehingga tidak mungkin di hindari akan
terjadinya banjir yang secara tak langsung menimpa masyarakat kota Medan sendiri. Namun
sampah ini juga tak hanya berasal dari masyarakat pemukiman kumuh, namun dari
masyarakat di sekitar sungai deli juga terkadang membuang sampah sembarangan. Pada sisi Utara site hanya tapak kosong tidak berpenghuni. Area ini merupakan
area yang tingkat kriminalitas yang tinggi karena ada transaksi narkoba yang berlangsung di sekitar area tersebut. Pada sisi tapak yang berorientasi ke Jl. Badur terdapat kantor
Bhayangkari Sumatera Utara dan bangunan perumahan. Jalan di Jl. Badur Cuma memiliki lebar +- 4 m yang jarang di lalui kendaraan. Dengan pedestrian yang jauh dari
standar. Pejalan kaki mengalami kesulitan saat melintasi Jl. Badur. Kondisi jalan tidak 100 bagus namun tidak terlalu parah untuk dilalui kendaraan. Sebaliknya, pada sisi
tapak yang berorientasi ke Jl. Mangkubumi dengan lebar jalan +- 7 m yang sering dilalui oleh kendaraan dikarenakan terdapat banyak ruko dan supermarket juga kegiatan
komersil yang terdapat di sekitar Jl. Mangkubumi. Namun pedestrian di area ini juga
kurang baik
namun tidak
separah pedestrian Jl. Badur. Sirkulasi utama
kendaraan terdapat
di Jl.
Letjend. Suprapto. Jalan ini memiliki dua arah
Gambar 1.4 Jl. Mangkubumi Gambar 1.3 area site A
Universitas Sumatera Utara
kendaraan. Begitu juga dengan kedua jalan di samping kiri – kanan site yaitu di Jl. Badur
dan Jl. Mangkubumi. Pencapaian ke tapak site dapat dengan menggunakan mobil pribadi, sepeda motor pribadi dan juga dengan menggunakan kendaraan umum yang
dilalui di jl. Letjend. Suprapto. Kemacetan juga kadang terjadi kalau menjelang sore karena jadwal pulang kerja karyawan yang bersamaan dengan jam pulang murid
– murid di sekolah.
Vegetasi yang terdapat di area tapak sangat minim, tidak banyak tanaman
hijau di daerah Jl. Badur yang memberi kesan gersang tidak terawat sehingga
vegetasi hanya terdapat di rumah pribadi saja, apalagi dengan iklim di Medan cukup panas sehingga pejalan kaki akan merasa tidak
nyaman saat berjalan di Jl. Badur. Sama halnya pada area site yang berorientasi di Jl. Mangkubumi yang tidak banyak pohon seingga cuaca panas bias langsung dirasakan.
Beda dengan Jl. Mangkubumi di persimpangan Jl. Letjend Suprapto yang terdapat banyak tanaman sehingga terlindungi dari terik dan panasnya suhu matahari. Akan tetapi
vegetasinya juga masih kurang tertata dan masih terlihat tidak ada harmoni sama sekali. Namun di sepanjang pinggiran sungai memiliki banyak pohon dan tanaman sehingga
kesan rimbun dan sejuk dapat dirasakan saat berada dipinggir
sungai namun sama halnya dengan vegetasi yang berada di
Jl. Mangkubumi, tidak tertata sehingga terkesan seperti semak
– belukar. Namun terdapat
Gambar 1.5 Sosialisasi antar penghuni pinggir Sungai Deli
Gambar 1.6 Interaksi sosial penghuni di muka sungai
Universitas Sumatera Utara
banyak tanaman di sekitar Jl. Letjend. Suprapto lebih tepatnya vegetas berupa pohon terdapat di depan PTP. Nusantara IV. Taman terdekat dari area site ini yaitu Taman
Ahmad Yani yang berseberangan di depan sekolah Harapan.
1.3. Sosialisasi antar Manusia , Ekonomi dan Undang-Undang Peraturan pada Tapak dan Area Sekitarnya.
Sosialisasi adalah suatu proses penanaman atau kebiasaan dengan nilai dan aturan yang di turunkan dari generasi ke generasi dalam suatu kelompok ataupun sebuah
masyarakat. Karena pada generasi – generasi berikutnya, mereka menanamkan proses
sosialisasi yang diajarkan dan membentuk suatu peran – peran yang berbeda dan akan
dijalankan oleh per individu. pada kasus proyek C, masyarakat disekitar site yang terletak di jl. Mangkubumi atau untuk lebih spesifik lagi, site ini terbagi oleh dua kelurahan.
Kedua kelurahan itu ialah kelurahan Aur dan kelurahan Hamdan. Permukiman pada area site ini terbagi dua yaitu, yaitu pemukiman di muka
sungai legal dan pemukiman kumuh di pinggiran sungai Deli ilegal. Sehingga hasil survey, hanya terdata pusat perkantoran, pertokoan, pusat hiburan, restaurant, hotel yang
didominasi etnis Cina, dan masyarakat yang bermukim di sekitar muka sungai, bukan pinggiran sungai. Berdasarkan hasil survey di Kelurahan Hamdan Lingkungan X,
didominasi oleh masyarakat beretnis Aceh dan memiliki jumlah penduduk berkisar ±1769 jiwa dengan jumlah KK berkisar ± 467 kepala keluarga. Di lingkungan ini, masyarakat
didominasi oleh penganut agama Islam diikuti oleh penganut agama Kristen, Buddha dan Hindu yang mana daerah ini juga memiliki fasilitas umum untuk beribadah. Fasilitasny
meliputi satu mesjid dan satu musholla.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan hasil survey pada Kelurahan Aur Lingkungan IX, didominasi oleh masyarakat beretnis Minang dan diikuti oleh etnis lain yaitu Jawa, Melayu dan yang
terakhir etnis Aceh dengan mata pencaharian yang cukup beragam antara lain sebagai pegawai swasta, pedagang, PNS dan buruh. Pada Lingkungan IX memiliki jumlah
penduduk berkisar ± 758 jiwa dengan jumlah KK berkisar ± 170 kepala keluarga. Namun dari hasil survey, kedua kelurahan yaitu Kelurahan Hamdan dan Aur tidak dapat
memberikan data penduduk yang bermukim di pinggir sungai karena pemukiman tersebut dianggap pemukiman liar dengan kata lain pemukim ilegal.
Keberadaan pemukiman liar ini dinilai melanggar Peraturan Daerah Perda Nomor 10 2009 tentang Izin Mendirikan Bangunan IMB. Aturan Perda Nomor 102009
tersebut mengatakan bahwa untuk membangun atau mendirikan bangunan di sekitar daerah aliran sungai DAS, memiliki batas minimal yang berjarak 25 meter dari bibir
pinggir sungai tertinggi ref: Google. Namun melihat dari hasil survey ke lapangan aturan yang di atur oleh Perda tidak dilaksanakan sehingga pemukiman kumuh dipinggir
sungai tidak bisa terelakkan. Hasil wwancara kami dengan penduduk yang bermukim di pinggir sungai Deli mengatakan bahwa merek berasal dari berbagai daerah di sekitar di
Sumatra Utara. Untuk mata pencahariannya masyarakat yang bermukim di pinggir sungai didominasi oleh pekerjaan Kuli dan pedagang warung atau kaki lima.
Melihat pada survey yang penulis lakukan disekitar pinggir sungai, kehidupan masyarakat di pinggir sungai memiliki pengaruh yang cukup besar dengan sungai Deli.
Karena mereka melakukan kontak langsung dengan sungai Deli seperti anak – anak yang
mandi di sungai dan ibu – ibu yang mencuci baju dan piring di sungai. Padahal tingkat
kebersihan sungai Deli sangatlah rendah. Seperti banyaknya sampah dan pembuangan limbah riol kota langsung ke site ini. Namun untuk kebutuhan minum dan memasak
mereka menggunakan air galon dan membayar iuran sewa rumah panggung kayu mereka
Universitas Sumatera Utara
setiap tahunnya yang menurut dari sumber berkisar Rp. 1 Juta per tahunnya. Angka yang penulis rasa tidak pantas untuk pemukiman dipinggir sungai yang bahkan tidak masuk
dalam daftar pemukiman resmi di Kelurahan Aur ataupun Kelurahan Hamdan. Untuk listrik mereka memakai jasa PLN. Namun ada beberapa atau mungkin sebagian besr dari
mereka mencuri listrik PLN dari tiang PLN. Penulis melakukan wawancara dengan salah satu masyarakat yang menjadi
sumber. Berdasarkan pernyataan nara sumber, pemukim pada tepi sungai Jl. Mangkubumi lebih didominasi etnis atau bersuku India. Berbeda dengan masyarakat di tepi sungai Jl.
Badur yang di dominasi dengan suku Jawa dan Melayu. Dapat disimpulkan, sosialisasi antar masyarakat disekitar site cukup tinggi. Terutama bagi masyarakat yang bermukim di
pinggir sungai. Keramaian dapat di dilihat pada waktu sore hari. Seperti masyarakat yang sering bercengkrama didepan rumah mereka. Sosialisasi antar pemukim dan dengan
pedagang di sekitar pinggiran sungai. Namun saat siang kemacetan pun sering terjadi pada jl. Mangkubumi sehingga untuk mencari lahan parkir pun tidak mudah ditambah
lagi dengan jumlah pendatang yang ingin ke tempat perdagangan disekitar site. Sehingga jl. Mangkubumi yang memiliki dua arah menjadi satu arah. Namun sangat disayangkan
sosialisasi masyarakat di permukiman jl. Mangkubumi tidak begitu baik. Komunikasi yang tercapai disini hanyalah komunikasi antara pembeli dan pedagang. Akan tetapi,
masyarakat disekitar lahan juga memiliki beberapa ormas seperti IPK dan Karang Taruna.
Universitas Sumatera Utara
Site ini terletak di tengah kawasan perdagangan di kota Medan yang memilki banyak akses menuju fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, rumah ibadah, tempat
hiburan, restaurant dll. Sehingga nilai pergerakan ekonomi pada daerah site ini terbilang tinggi karena banyaknya lahan perdagangan. Akan tetapi nilai ekonomi yang tinggi tidak
menjamin pemukiman di daerah ini hanya pemukiman legal. Malahan pada sekitar site ini tidak terelakkan pemukiman kumuh pun terjadi, contohnya saja pinggiran sungai yang
seharusnya tidak boleh ada yang bermukim malah menjadi tempat untuk berlindung dan didominasi oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai kuli ataupun pedangan kaki
lima. Dapat disimpulkan disini bahwa tingkatan ekonomi pada masyarakat di pinggir
sungai Deli masuk alam kategori rendah. Kebalikannya dengan masyarakat yang bermukim di jl. Mangkubumi yang masuk kategori menengah keatas karena memiliki
pegangan ekonomi yang kuat yang mana mata pencahariannya meliputi PNS, Pegawai
Gambar 1.7 Fasilitas umum sekitaran site
Universitas Sumatera Utara
Swasta, dan Pengusaha. Maka dari itu, lokasi ini akan menjdi lokasi yang baik dan strategis secara pencapaian karena banyaknya akses sarana publik disekitar
site yang mana pembangunan Apartemen untuk kalangan atas pun sangat mendukung untuk site
ini. Berkaca pada peraturan daerah RTRW pasal 14 ayat 3 yang ditetapkan, bahwa
kawasan Medan Maimoon menjadi salah satu pusat pelayanan pusat kota seperti kegiatan bisnis, perdagangan, pusat kegiatan hiburan dan kegiatan komersial. Sehingga kecocokan
site ini untuk membangun apartemen sangat diperlukan mengingat apartemen ini diperuntukkan untuk kalangan menengah atas. Karena apartemen ini juga didukung oleh
fasilitas mall dan kebutuhan masyarkat lainnya. Dengan adanya proyek ini, revitalisasi pemukiman muka sungai akan
menghilangkan pemukiman kumuh yang sekarang terjadi. Dan juga kesadaran masyarakat akan kebersihan sungai juga akan meningkat sehingga tidak ada lagi sampah
di sekitar dan di dalam sungai Deli yang akan menghilangkan citra sungai sebagai aliran air yang kotor, berbau dan tidak higienis. Sehingga fasilitas yng sebelumnya seperti
kantor pemeritah, swalayan, hotel, tempat hiburan, kantor swasta dan area komersil lainnya dapat benar
– benar dinikmati oleh masyarakat kelas atas di sekitar site. Dengan luas site sebesar 2,5 ha, proyek ini mengikuti peraturan dari RTRW yang
menetapkan bahwa syarat pembangunan di site ini harus mengikuti aturan seperti jarak GSB Garis Sempadan Bangunan pada jl. Mangkubumi sebesar 3 m dan jl. Badur
sebesar 5 m dengan KDB Koefisien Dasar Bangunan maksimal 60 sehingga didpatkannya luas site yang boleh dibangun sebesar 1,5 ha. KLB Koefisien Lantai
Bangunan maksimal 12 atau total maksimal tinggi gedung sebanyak 20 lantai yang sudah
Universitas Sumatera Utara
termasuk 2 lantai podium dan 18 lantai apartemen dengan dua tower. Tidak lupa juga GSS Garis Sempadan Sungai sungai Deli sebesar 15 m.
Fungsi podium disini juga berfungsi untuk masyarakat diluar penghuni apartemen yaitu sebagai Mall. Runag terbuka yang besar ifungsikan sebagai arana untuk
berkumpulnya penghuni apartemen seperti area tennis court, jogging track, barbeque
area dan riverwalk yang dapat dinikmati di dua sisi sungai. Sehingga penyatuan kedua site ini menggunakan jembatan. Pada apartemen ini, sungai Deli akan menjadi
pemandangan utama bagi penghuni. Sehingga pencitraan sungai Deli dapat direalisasikan seperti penjernihan air dengan cara mengalihkan arus aliran limbah
– limbah cair industri untuk
mencegah pencemaran
sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II KEHIDUPAN DALAM APARTEMEN