Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Akademik, peneliti mengantar surat izin tersebut kepada Kepala SMK Prayatna- 1 Medan.
Kemudian setelah mendapat izin dari kepala SMK Prayatna-1 Medan, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari responden. Peneliti menjelaskan tujuan
penelitian ini kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti
mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti
mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada
dilembar kuesioner. Selanjutnya peneliti memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang disusun peneliti.
I. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan
pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya tabulating untuk
mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan
menggunakan tehnik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry
yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel independen, yaitu : pendidikan seks dan variabel dependen, yaitu : perilaku seksual pada remaja.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah
hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji data kategori Chi-Square Test X
2
pada tingkat kemaknaannya adalah 95 p
≤ 0,05. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus. Melalui
perhitungan Chi-Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai alpa 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada
hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan tahun 2011” yang dilaksanakan dari
tanggal 23 Maret sampai dengan 02 April 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 128 orang remaja, maka dapat disajikan hasilnya sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas dan urutan anak yang keberapa dalam keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Karakteristik Responden Jumlah
Persentase Umur
14 Tahun 15 Tahun
16 Tahun 17 Tahun
18 Tahun Total
3 26
64 31
4
128
2,3 20,3
50,0 24,2
3,2
100 Jenis Kelamin
perempuan 128
100 Kelas
I AP 1 I AP 2
II AP 1 II AP 2
Total
31 31
32 34
128
24,2 24,2
25 26,6
100 Anak ke
Satu Dua
2 Total
46 28
54
128
35,9 21,9
42,2
100
Berdasarkan tabel 5.1. di atas sebagian besar umur responden adalah 16 tahun 50,0 dan paling sedikit umur 14 tahun 2,3. Jenis kelamin responden
adalah perempuan sejumlah 128 orang 100, oleh karena jurusan Administrasi Perkantoran ini hanya diminati oleh perempuan. Kelas responden paling banyak
adalah kelas II AP 2 sejumlah 34 orang 26.6 dan paling sedikit ada 2 kelas yaitu kelas I AP 1 dan kelas I AP 2 sejumlah 31 orang 24,2. Jumlah anak yang
urutannya di dalam keluarga lebih dari yang ke 2 paling banyak sejumlah 54 orang 42,2 dan paling sedikit anak yang urutan ke 2 di dalam rumah tangga sejumlah 28
orang 21,9. 2.
Pendidikan Seks Pendidikan seks adalah sekumpulan informasi yang diperoleh remaja untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai kebutuhan nilai moral dalam membuat keputusan berhubungan dengan pendidikan seks yang dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu baik dan kurang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Responden Tentang Pendidikan seks
di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011
Pendidikan Seks f
Persentase
Baik Kurang
113 15
88,3 11,7
Jumlah 128
100
Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan seks yang baik sebanyak 113 orang 88,3, sedangkan yang
memiliki pendidikan seks yang kurang sejumlah 15 orang 11,7. Distribusi jawaban tentang pertanyaan pendidikan seks dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3 Materi Tentang Pendidikan Seks
No Materi tentang pendidikan seks
Ya Tidak
f f
1 Etika masuk kamar orang tua
109 85,2
19 14,8
2 Perubahan yang terjadi pada masa pubertas
127 99,2
1 0,8
3 Informasi yang mendasar tentang seksual
102 80,5
25 19,5
4 Pengetahuan tentang alat kelamin remaja pria dan
wanita 120
93,8 8
6,2 5
Etika di depan umum 122
95,3 6
4,7 6
Manfaat pendidikan seks 91
71,1 37
29,8 7
Ijin berada di luar rumah dengan lawan jenis 13
10,2 115
89,8 8
Perlunya pendidikan seks bagi remaja 95
74,2 33
25,8 9
Nasehat orang tua dalam bergaul dengan lawan jenis
125 97,7
3 2,3
10 Pembatasan diri dalam bergaul dengan lawan jenis
115 89,8
13 10,2
11 Seminar tentang materi kesehatan reproduksi
7 5,5 121
94,5 12
Informasi dari guru tentang proses menstruasi 120
93,8 8
6,2 13
Penjelasan dari guru tentang bahaya pengguguran kandungan aborsi
61 47,7
67 52,3
14 Informasi tentang penyakit kelamin
86 67,2
42 32,8
15 Penjelasan orang tua tentang bahaya seks bebas
105 81,1
23 17,9
Dari tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa 99,2 responden sudah mengetahui perubahan yang terjadi pada masa pubertas, informasi tersebut mereka peroleh baik
dari orang tua, guru, teman sebaya dan membaca buku. Sebanyak 94,5 dari responden tidak pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi pada
dasarnya materi ini sangat dibutuhkan oleh remaja sekarang karena dengan
mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi terutama di SMK Prayatna-1 Medan akan menambah wawasan dan pengetahuan remaja. Dengan demikian remaja
dapat membedakan efek baik dan efek buruk yang sangat mempengaruhi perilaku remaja dalam pergaulan sehari-hari.
3. Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, yang dapat berdampak positif dan negatif,
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.4 Distribusi Frekwensi Responden Tentang Perilaku Seksual Remaja
di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011
Perilaku Seksual Remaja f
Persentase
Positif Negatif
62 66
48,4 51,6
Jumlah 128
100
Pada tabel 5.4. di atas dapat dilihat mayoritas responden memiliki perilaku seksual remaja yang negatif sejumlah 66 orang 51,6, dan minoritas memiliki
perilaku seksual yang positif sejumlah 62 orang 48,4. Adapun distribusi jawaban dari responden tentang pertanyaan pendidikan seks yang diperoleh peneliti pada saat
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.5 Materi Tentang Perilaku Seksual
No Materi tentang perilaku seksual
Ya Tidak
f f
1 Jalan bersama
123 96,1
2 3,9
2 Berpegangan tangan
100 78,2
28 21,8
3 Mencium pipi
61 47,7
67 52,3
4 Berpelukan
41 32,1
87 67,9
5 Mencium bibir
23 17,9
105 82,1
6 Meraba bagian tubuh yang sensitif
4 3,2
124 96,8
7 Berhubungan intim
128 100
Dari tabel 5.5. di atas 100 responden tidak pernah melakukan hubungan intim, ini menandakan perilaku seksual responden baik, tetapi masih terdapat 96,1
dari responden yang melakukan jalan bersama teman lawan jenis serta 78,2 sambil melakukan pegangan tangan. Perilaku ini masih dalam batas yang sewajarnya, tetapi
dikhawatirkan dapat menjurus ke hal yang lebih negatif apabila responden tidak mempunyai pengetahuan untuk membentengi dirinya dalam pergaulan sekarang ini.
4. Hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual
Hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual menggambarkan perilaku remaja, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.6 Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual
pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011
Pendidikan seks Perilaku Seksual pada
Remaja total
P Positif
Negatif
f f
f 0,910
Baik 53
41,4 60
46,9 113
88,3 Kurang
9 7,0
6 4,7
15 11,7
Total 62
48,4 66
51,6 128
100
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.6. di atas, maka dapat diketahui bahwa remaja dengan pendidikan seks baik dan mempunyai perilaku seksual yang
positif berjumlah 53 orang 41,4, sedangkan siswa yang mempunyai pendidikan seks baik tetapi mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 60 orang
46,9. Dan siswa yang mempunyai pendidikan seks yang kurang tetapi perilaku seksualnya positif berjumlah 9 orang 7,0, sedangkan siswa yang pendidikan
seksnya kurang dan mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 6 orang 4,7.
B. Pembahasan
1. Interpretasi hasil dan diskusi hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 128
orang responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel independen pendidikan seks sejumlah 15 pertanyaan dan pada variabel dependen perilaku seksual sejumlah
7 buah pertanyaan untuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011. Data tersebut dijadikan
tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pendidikan Seks
Dari 128 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, 121 orang 94,5 responden yang belum pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan
reproduksi. Namun diperoleh 127 orang 99,2 responden yang telah mengetahui tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas, ini mempunyai kaitan dengan
seminar tentang materi kesehatan reproduksi, pengetahuan yang diperoleh remaja tersebut bersumber dari orang tua, guru, internet, teman sebaya dan membaca buku.
Pendidikan seks di Indonesia seyogyanya tetap dimulai dari rumah. Alasan utamanya karena masalah seks merupakan masalah yang sangat pribadi. Namun disisi
lain banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain pihak orang tua yang masih belum terbuka tentang seks,
sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabuan sehubungan dengan masalah seks, orang tua juga sering kali kurang paham perihal masalah ini. Pengetahuan yang