Latar Belakang PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BERBICARA PADA SISWA KELAS 3 SDN CIPASUNG KECAMATAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN.

1 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah antara lain difokuskan pada pengembangan potensi dan keterampilan dasar sebagai bekal untuk kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB II pasal 3 dijelaskan tentang pendidikan dan tujuannya adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Salah satu komponen penting pembelajaran bagi siswa dalam sistem pendidikan nasional adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peseta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan bahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peseta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional dan global. Dengan demikian kemampuan berbahasa sangat penting dan dibutuhkan dalam segala bidang. Merupakan hal yang tidak mungkin, seseorang mempelajari sains, ilmu sosial atau seni tanpa kemampuan berbahasa, kemudian menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan dasar untuk belajar tentang segala hal. 2 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu Tarigan Diknas, 2004: 8 mengemukakan, Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Depdikbud Resmini dan Djuanda , 2007: 51 menyatakan, “Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud terrsebut dapat dipahami oleh orang lain”. Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial sehingga dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai kehidupan keseharian. Oleh karena itu kemampuan dan keterampilan berbicara harus diberikan sedini mungkin ketika anak memasuki lembaga pendidikan formal serta dikembangkan melalui berbagai pendekatan dan metodologi sehingga mereka terampil berbicara. “Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistic” Resmini dan Djuanda 2007: 52. Lebih lanjut Resmini dan Djuanda 2007: 53 mengungkapkan, Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara, selain faktor tersebut ada dua aspek perlu mendapat perhatian guru dalam membina keefektifan berbicara, yakni: aspek kebahasaan mencakup: 1 lafal, 2 intonasi, tekanan dan ritme, 3 penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non kebahasaan yang mencakup: 1 kenyaringan suara, 2 kelancaran, 3 sikap berrbicara, 4 gerak dan mimik, 5 penalaran, 6 santun bebicara. Proses pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh panjanan aktivitas berbicara yang tepat. Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain: memberikan pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan orangbarang, menggambarkan barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses, memberikan penjelasan, menyampaikan atau mendukung argumentasi. Lemahnya tingkat kemampuan berbicara siswa sekolah dasar merupakan tantangan bagi proses pelaksanaan pembelajaran oleh guru sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar dan memperoleh hasil belajar yang baik. Pengelolaan 3 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu pembelajaran yang dilakukan dengan baik oleh guru, tentu saja akan memberikan kesempatan kepada perkembangan belajar siswa. Komunikasi belajar harus dilakukan dua arah atau lebih, dan tidak bersifat teacher’s centered. Berdasarkan hasil observasi dan data empirik di lapangan yang dilakukan pada tanggal 5 Nopember 2012, didapatkan masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diduga mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Keragaman masalah yang peniliti temukan adalah sebagai berikut. 1. Siswa mengalami kesulitan untuk menuangkan kata-katanya kedalam bentuk tulisan untuk memberi tanggapan dari masalah yang ada pada ganbar. 2. Siswa mengalami kesulitan untuk membuat kalimat yang runtut. 3. Pembendaharaan kata siswa masih kurang. 4. Media pembelajaran kurang menarik minat siswa. 5. Pembelajaran cenderung membosankan. 6. Metode pembelajaran kurang efektif. Dari data tes akhir yang diperoleh, ternyata dari 26 siswa kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan hanya 12 siswa atau sekitar 46,15 yang sudah mencapai KKM, sedangkan sisanya 14 siswa atau 53,85 belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami apa yang sudah dijelaskan guru. Adapun data nilai hasil tes akhir kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Tabel 1.1 halaman 4. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik faktor yang datang dari pribadi siswa sendiri maupun yang datang dari guru selaku pengajar, faktor yang datang dari siswa misalnya dalam mengikuti pembelajaran siswa masih belum aktif, siswa masih tampak kesulitan berbicara di depan kelas, banyak siswa yang masih malu-malu atau tersendat-sendat berbicara di depan kelas, sedangkan faktor dari guru selaku pengajar di antaranya guru dalam menyampaikan materi tanpa melibatkan keaktifan siswa, kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berbicara, kurang membantu siswa secara individu, yang mengalami kesulitan dalam berbicara. 4 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu Tabel 1.1 Data Awal No Nama Siswa L P Aspek yang dinilai ∑ Skor Nilai Keterangan Kalimat yang Runtut Pilihan Kata 1 2 3 1 2 3 Tuntas Belum 1 Ade Popi Irmayanti P √ √ 2 33 √ 2 Agung Maulana L √ √ 2 33 √ 3 Amelia. Kartika P √ √ 3 50 √ 4 Annisa Zahra P √ √ 4 67 √ 5 Aulia Barkah P √ √ 5 83 √ 6 Aura Khairunnisa P √ √ 3 50 √ 7 Cindy Maulida P √ √ 4 67 √ 8 Febi Febriani L √ √ 2 33 √ 9 Ibnu Hajar L √ √ 5 83 √ 10 Iik Muhammad L √ √ 3 50 √ 11 Ima Nurmlasari P √ √ 3 50 √ 12 M. Herdiansah L √ √ 3 50 √ 13 M. Rifki Farhan L √ √ 3 50 √ 14 M. Andreana L √ √ 4 67 √ 15 M. Rizki L √ √ 3 50 √ 16 M. Rofi Zhra L √ √ 4 67 √ 17 M. Vansa Yusri L √ √ 3 50 √ 18 M. Ropiuddin L √ √ 2 33 √ 19 Muti Mutiqatul P √ √ 5 83 √ 20 Nabila Anggi P √ √ 4 67 √ 21 Nova Puspita P √ √ 5 83 √ 22 Rima Ma‟rifah P √ √ 3 50 √ 23 Ripan Dwigunawan L √ √ 4 67 √ 24 Safira Azzahra P √ √ 5 83 √ 25 Syifa Ananda P √ √ 4 67 √ 26 Maulid Rahman L √ √ 2 33 √ Jumlah 1499 12 14 Rata-rata 57,65 Persentase Ketuntasan 46,15 53,85 Selain itu, kekurangtepatan guru dalam memilih metode mengajar, guru selalu menggunakan metode yang sama pada setiap pertemuan, cara pembelajaran masih bersifat tradisional atau konvensional yaitu hanya ceramah, penugasan, ditambah daya dukung berupa sarana dan prasarana yang tidak memadai yang mengakibatkan kualitas pembelajaran yang belum maksimal. Sagala Kurniasih, 5 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu 2011:4 menyatakan, “Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran klasik, guru memberi ceramah, sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal”. Dengan cara seperti ini, siswa akan merasa bosan, dan jenuh, merupakan penyebab kurang baiknya hasil belajar siswa, sebab metode mengajar ini selain menemukan kegiatan belajar mengajar juga mempengaruhi terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dipikirkan agar pembelajaran tidak hanya berjalan satu tetapi banyak arah, bisa guru kepada siswa atau sebaliknya siswa kepada guru dan siswa kepada siswa. Dengan demikian interaksi yang terjadi di dalam kelas lebih hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe student team achievement division STAD. Cooper dan Heinich Sutardi dan Sudirjo, 2007: 58 menjelaskan, Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama sambil bekerja sama belajar keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui macam-macam pendekatan, guru dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan-pendekatan pada model kooperatif diantaranya: tipe STAD Student Teams Achievement Divisions, tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu alternatif untuk memberikan wawasan pemahaman siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep secara lebih terperinci dan sistematis. Mengingat pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan bagian dari metode cara belajar siswa aktif CBSA sebagaimana dikemukakan Raka Joni Suherman dkk., 2001: 9, “Guru dan siswa merupakan subjek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif. Dengan menyadari pola interaksi tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental siswa secara optimal dalam merealisasikan pengalaman 6 Ros Rose, 2013 Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan UPI Kampus Sumedang | repository.upi.edu belajar”. Dengan demikian interaksi yang terjadi di dalam kelas lebih hidup, karena masing-masing pihak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam materi tanggapan dan saran, diharapkan siswa kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan prestasi dan aktivitas belajarnya akan jauh lebih baik. Sehubungan dengan itu, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul “ Penerapan Model Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Devision STAD Dalam Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Pada Siswa Kelas 3 SDN Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan ”.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 1 34

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN HURUF HIRAGANA BAGI PEMBELAJAR SMA.

2 10 44

APLIKASI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS( STAD) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

0 0 12