Model pengambilan keputusan berbasis kriteria majemuk dalam penentuan guru pengajar matapelajaran menggunakan analytical network process (anp) (studi kasus SMK global informatika Tangerang)

(1)

ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)

(STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)

Disusun Oleh : ARIS KUSUMA WIJAYA

204093002635

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)

(STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh : ARIS KUSUMA WIJAYA

204093002635

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Agustus 2011

Aris Kusuma Wijaya 204093002635


(6)

v

ARIS KUSUMA WIJAYA (204093002635), “Model Pengambilan Keputusan Berbasis Kriteria Majemuk Dalam Penentuan Guru Pengajar Matapelajaran Menggunakan Analytical Network Process (ANP) (Studi Kasus: SMK Global Informatika)”. (Dibawah Bimbingan HERLINO NANANG dan VIVA ARIFIN).

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang demikian cepat memberi dampak terhadap perubahan di segala bidang kehidupan termasuk diantaranya perubahan terhadap kebutuhan peningkatan sumber daya manusia dan pendidikan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi mutlak diperlukan. Untuk dapat terus berdaya saing dengan kompetitor, SMK Global Informatika Tangerang terus berupaya meningkatkan kualitas. Salah satu upayanya adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada siswa, dengan cara melakukan penilaian guru untuk mengajar matapelajaran. Mengacu pada prioritas guru, SMK Global Informatika Tangerang melakukan penilaian terhadap kinerja guru per semester untuk menentukan guru dengan kualitas dan kemampuannya yang terbaik yang akhirnya akan berpengaruh pada penentuan matapelajaran yang diajar. Kendala yang dihadapi adalah tidak adanya sistem informasi yang secara khusus dapat memberikan dukungan bagi pengambil keputusan (Decision Support), yaitu Kepala SMK Global Informatika Tangerang, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang optimal. Model pengambilan keputusan ini mengoptimalkan penggunaan perangkat lunak SuperDecisions, sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang digunakan secara berulang oleh kepala sekolah SMK Global Informatika Tangerang untuk menentukan guru pengajar terbaik.

Kata Kunci : Decision Support, Analytic Network Process, SuperDecisions, kriteria majemuk, penilaian guru.

V Bab + XV Halaman + 79 Halaman + 68 Gambar + 8 Tabel + 23 Daftar Pustaka + 5 Lampiran


(7)

vi

Segala Puji dan Syukur yang tiada terkira kepada ALLAH SWT atas segenap limpahan rahmat, kasih sayang dan kekuatan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Komputer pada program studi Sistem Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penyusunan Skripsi ini, penulis melakukan riset dan analisa dengan mengambil judul “MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS KRITERIA

MAJEMUK DALAM PENENTUAN GURU PENGAJAR MATAPELAJARAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI, selaku Ketua Program studi Sistem Informasi. Bapak Zainul Arham, MSI selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi. 3. Bapak Herlino Nanang, MT dan Ibu Viva Arifin, MMSI selaku Dosen

Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktu, petunjuk serta arahan selama proses penyusunan skripsi ini. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI dan Ibu Suci Ratnawati, MTI, selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II.

4. Bapak Drs. Jamal Lutfi selaku Kepala Sekolah SMK Global Informatika yang telah banyak membantu demi kelancaran penelitian ini.

5. Para Staf Tata Usaha SMK Global Informatika yang telah memberikan data dan ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua Orang Tua peneliti, Bapak Sumanto dan Ibu Sukarni tercinta, terima kasih atas semua dukungan, semangat, motivasi, kasih sayang, do‟a yang tidak pernah putus dan dukungan finansial yang tiada habisnya. Kakak Ria Kusuma Handayani, S.Kom M.Kom tercinta yang telah memberikan pengalaman


(8)

vii batin.

7. Indah Fazar Solihati yang selalu memberikan semangat, motivasi dan do‟a yang tulus.

8. Rekan-rekan SI.B Non Reguler angkatan 2004, 2005, 2006 terima kasih telah membantu dan saling memberi semangat serta motivasi.

9. Teman-teman sesama skripsi yang telah menyumbangkan diskusinya. 10.Para responden ahli yang telah membantu dalam mengisi kuesioner.

11.Segenap pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang yang berguna dari pembaca dapat disampaikan melalui email arhes_fst@yahoo.co.id.

Akhir Kata semoga skripsi ini dapat memberikan sedikit wacana dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Agustus 2011

Aris Kusuma Wijaya 204093002635


(9)

viii

LEMBAR JUDUL ... v

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... vv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

1.2.1.Rumusan Masalah 5 1.2.3.Batasan Masalah 5 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1.Tujuan Penelitian 6 1.3.2.Manfaat Penelitian 6 1.4. Metodologi Penelitian ... 7

1.4.1. Metode Pengumpulan Data 7 1.4.2. Metode Analisis Penelitian 9 1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ... 11

2.1.1. Konsep Pengertian Keputusan 12 2.1.2. Proses Pengambilan Keputusan 12 2.2. Keterampilan Dalam Pengambilan Keputusan ... 14

2.3. Decision Support Framework ... 16

2.4. Tinjauan Pustaka ... 18 2.4.1 Penilaian Guru 18

2.4.1.1 Administrasi Guru 18 2.4.1.2 Kompetensi Guru 19

2.4.1.3 Metode Guru Mengajar 21

2.4.2.Pengaruh Kepribadian, Jenis Kelamin, Pengamatan Manusia dengan Cara Pengambilan Keputusan 21

2.4.2.1.Jenis Kepribadian (Tabiat) 21 2.4.2.2.Jenis Kelamin 22


(10)

ix

2.5. Metode Analitycal Network Process (ANP) ... 25 2.5.1.Landasan ANP 26

2.5.2.Prinsip Dasar ANP 27 2.5.3.Fungsi Utama ANP 28

2.6.Perangkat Lunak SuperDecision 30

2.7. Studi Literatur Sejenis ... 31 2.8. Tinjauan Obyek Penelitian ... 34

2.8.1 Gambaran Umum 34

2.8.1.1 Latar Belakang SMK Global Informatika 34 2.8.1.2 Visi dan Misi SMK Global Informatika 34

2.8.1.3 Struktur Organisasi SMK Global Informatika 35 2.8.1.4 Tanggung Jawab dan Wewenang 36

2.8.1.5 Jenis-jenis MataPelajaran 38

2.8.1.6 Latar Belakang Pendidikan Guru 40 2.8.2 Hipotesis 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data ... 42 3.2. Metode Analisis Penelitian ... 44

3.2.1 Analisis 45

3.2.2 Implementasi 45

3.3. Langkah-langkah Penelitian ... 45 3.4. Kerangka Pemikiran. ... 46 BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS

4.1. Pengelompokkan Data ... 48 4.1.1.Kriteria Dalam Menentukan Guru Pengajar 48

4.1.2.Standar Penilaian Per Node Dalam Cluster 50 4.1.3.Data Alternatif 51

4.2. Analisis Desain ANP ... 52 4.2.1.Desain ANP 52

4.2.2.Analisis Penelitian 55

4.3. Implementasi Penelitian ... 79 4.4. Implikasi Penelitian ... 81 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 84 5.2. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86


(11)

(12)

xi

Gambar Hal

II-1 Proses Pengambilan Keputusan ... 13

II-2 Decision Support Framework ... 16

II-3. Perbandingan Hierarki Linier dan Jaringan Feedback ... 25

II-4 Sample Super Decision ... 30

II-5 Struktur Organisasi SMK Global Informatika ... 36

III-6 Kerangka Konsep Pemikiran ... 46

IV.1 ANP dalam Penentuan Guru Pengajar ... 52

IV.2 Perbandingan antar alternative dalam node ... 54

IV.3 Perbandingan alternative dalam cluster ... 54

IV.4 Perbandingan node dalam cluster ... 55

IV.5 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56

IV.6 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56

IV.7 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 56

IV.8 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 57

IV.9 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 57

IV.10 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58

IV.11 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58

IV.12 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 58

IV.13 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Administrasi Guru ... 59

IV.14 Hasil penelitian rangking untuk alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Kompetensi Guru ... 59


(13)

xii

IV.16 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 60 IV.17 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.18 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.19 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa

Indonesia dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 61 IV.20 Perbandingan cluster matapelajaran Bahasa Indonesia dalam ANP ... 62 IV.21 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Indonesia

antar semua cluster ... 62 IV.22 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Indonesia

antar semua cluster ... 62 IV.23 Hasil penelitian rangking untuk alternative mata pelajaran Bahasa

Indonesia dalam semua cluster ... 63 IV.24 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Administrasi Guru ... 63 IV.25 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris

dalam cluster Administrasi Guru ... 64 IV.26 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Administrasi Guru ... 64 IV.27 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Administrasi Guru ... 64 IV.28 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris

dalam cluster Administrasi Guru ... 65 IV.29 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Kompetensi Guru ... 65 IV.30 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris

dalam cluster Kompetensi Guru ... 65 IV.31 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam


(14)

xiii

IV.33 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris dalam cluster Kompetensi Guru ... 66 IV.34 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Metode Guru Mengajar ... 67 IV.35 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 67 IV.36 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.37 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris dalam

cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.38 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 68 IV.39 Perbandingan cluster matapelajaran Bahasa Inggris dalam ANP ... 69 IV.40 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Bahasa Inggris antar semua cluster ... 69 IV.41 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Bahasa Inggris antar

semua cluster ... 70 IV.42 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Bahasa Inggris

dalam semua cluster ... 70 IV.43 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster

Administrasi Guru ... 71 IV.44 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika

dalam cluster Administrasi Guru ... 71 IV.45 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam

cluster Administrasi Guru ... 71 IV.46 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam

cluster Administrasi Guru ... 72 IV.47 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika

dalam cluster Administrasi Guru ... 72 IV.48 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster


(15)

xiv

IV.50 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam cluster Kompetensi Guru ... 73 IV.51 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam

cluster Kompetensi Guru ... 74 IV.52 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika

dalam cluster Kompetensi Guru ... 74 IV.53 Hasil penelitian prioritas node matapelajaran Matematika dalam cluster

Metode Guru Mengajar ... 75 IV.54 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 75 IV.55 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika dalam

cluster Metode Guru Mengajar ... 75 IV.56 Hasil penelitian limit matrix guru matapelajaran Matematika dalam

cluster Metode Guru Mengajar ... 76 IV.57 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika

dalam cluster Metode Guru Mengajar ... 76 IV.58 Perbandingan cluster matapelajaran Matematika dalam ANP ... 77 IV.59 Hasil penelitian prioritas alternatif guru matapelajaran Matematika

antar semua cluster ... 77 IV.60 Hasil penelitian cluster matrix guru matapelajaran Matematika antar

semua cluster ... 78 IV.61 Hasil penelitian rangking untuk alternatif matapelajaran Matematika


(16)

xv

Tabel Hal

II-1 Jenis Mata Pelajaran ... 38

II-2 Daftar Guru Pengajar ... 40

IV.1 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Administrasi Guru ... 50

IV.2 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Kompetensi Guru ... 50

IV.3 Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Metode Guru Mengajar ... 51

IV.4 Tabel Prioritas Faktor atau Node dalam Administrasi Guru ... 79

IV.5 Tabel Prioritas Faktor atau Node dalam Kompetensi Guru ... 79


(17)

xvi

Tabel Hal

Kuesioner Administrasi Guru ... 80

Kuesioner Kompetensi Guru ... 86

Kuesioner Metode Guru Mengajar ... 91


(18)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi komputer interaktif yang dapat digunakan oleh para pembuat keputusan untuk mendapatkan hasil keputusan terbaik dari beberapa alternatif keputusan. Sistem ini memberikan hasil akhir yang tepat dan akurat karena berdasarkan pada data-data kualitatif yang telah diolah dengan menggunakan metode kuantitatif.

Turban dan Aronson (2001) menyebutkan bahwa konsep sistem penunjang keputusan (SPK) muncul pertama kali pada awal tahun 1970-an oleh Scott-Morton. Mereka mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem interaktif berbasis computer yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat kurang terstruktur.

Persoalan pengambilan keputusan publik, manajerial dan bisnis bersifat kompleks, dinamis, kadang kurang terstruktur dan melibatkan kelompok pengambil keputusan yang kepentingannya berbeda, sehingga dalam perumusannya memerlukan teori dan teknik yang andal dan operasional untuk diimplementasikan. Penyelesaian persoalan melibatkan kriteria majemuk dan alternatif dengan berbagai karakteristik dan struktur yang bersifat dinamis dan propabilistik. Kemajuan dibidang teori keputusan telah memungkinkan dikembangkan teknik dan metode pengambilan keputusan yang mampu


(19)

2

membantu dalam pemecahan persoalan tersebut.penyelesaian persoalan ditekankan pada aspek komprehensivitas, efektivitas dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi metode maupun penerapannya.

Pemakaian sistem pendukung keputusan ANP sudah banyak diterapkan, misalkan saja penelitian yang dilakukan oleh Ascarya et al. (2005), Sebnemburnaz dan Topcu Y. IIker (2006), Hendy Hendharto (2008), Karel Mls dan Martin Gavalec (2009) tentang proses pengambilan keputusan berdasarkan pada model multi-kriteria. Penelitian ini membahas perbedaan utama antara metode AHP (Analytic Hierarchy Process), metode ANP (Analytic Network Process) dan metode CHP (Cognitive Hirarki proses). Kemungkinan penggunaan salah satu metode yang dirujuk untuk pendukung keputusan dalam sistem otonomi.

Sedangkan penelitian Analytic Network Process Ascarya et al. (2005) yang merupakan pendekatan baru metode kualitatif, yang oleh kreatornya, Profesor Thomas Saaty pakar riset dari Pittsburgh University, dimaksudkan untuk 'menggantikan' metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Dan penelitian lain dalam bidang ini oleh Hendy Hendharto. M.Pd (2008).

Penelitian ANP tidak terbatas hanya dalam metode kualitatif. Pada medote lain pun banyak sudah dilakukan. Penelitiannya antara lain Sadic Senay (2009) dalam bidang pengambilan keputusan marketing, Semi Onut dan Umut R. Tuzkaya (2008) dalam bidang transportasi, Yasrin Zabidi (2007) dan Ihsan Yuksel, Metin Dagdeviren (2010) dalam pengambilan keputusan berdasarkan Balanced Scorecard (BSC). Dan dalam penelitian ini merupakan sebuah


(20)

3

pengukuran kinerja yang mampu mendiagnosis dan menilai suatu pekerjaan dalam pengambilan keputusan.

Proses jaringan analitik (ANP) untuk menghasilkan keputusan dengan dependensi dan arus balik, sebuah teori matematis untuk menghasilkan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Ini adalah perpanjangan dari Proses hirarki analitik (AHP) untuk pengambilan keputusan yang melibatkan pemecahan masalah menjadi elemen-elemen keputusan, menyusun hal-hal tersebut dalam sebuah struktur hirarkis dan membuat penilaian pada kepentingan relatif pasangan elemen-elemen tersebut dan menyatukan hasilnya. Dengan menggunakan AHP, prosesnya ialah dari atas-bawah. Dengan ANP dapat diketahui bahwa ada arus balik antara elemen-elemen dalam level hirarki yang berbeda dan juga antara elemen-elemen di level yang sama, sehingga elemen keputusan dibagi menjadi jaringan cluster dan simpul (Saaty, 2001).

Kemudian penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Yousef Gasiea (2008) yang membahas tentang model pemilihan infrastruktur telekomunikasi yang sesuai teknologi, mampu menyebarkan e-jasa di daerah pedesaan negara-negara berkembang dengan metode multi kriteria ANP. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran antara perencana telekomunikasi tentang ketersediaan ANP, dan untuk menunjukkan kesesuaian dalam meningkatkan proses seleksi.

Multi kriteria ANP dapat diterapkan dalam bidang apapun. Baik dalam bidang industri, marketing, transportasi, maupun pendidikan dan lain-lain. Salah satu penerapan multi kriteria ANP adalah pada proses yang dapat pengambil keputusan seperti penentuan guru mata pelajaran di SMK Global Informatika Tangerang.


(21)

4

SMK Global Informatika adalah sekolah yang beralamat di Tangerang dan berdiri sejak tahun 2007. Awalnya hanya memiliki satu kelas terdiri dari 45 siswa saat ini sudah mengalami peningkatan menjadi lima kelas, terdiri dari 180 siswa, dan memiliki kurang lebih 20 guru mata pelajaran. Dengan adanya peningkatan jumlah siswa, maka ditentukan pula guru mata pelajaran pada tiap tahunnya, untuk menentukan prioritas guru yang mengajar guna penyusunan penjadwalan dan lain-lain.

Kendala tersebut berakibat pada lambatnya keputusan yang diambil dan pada kualitas keputusan yang tidak optimal. Sehingga diperlukan satu sistem yang dapat memberikan dukungan informasi dalam menunjang proses pengambilan keputusan, yaitu Decision Support System (Sistem Penunjang Keputusan).

Implementasi sistem pendukung keputusan ini adalah penentuan guru yang memenuhi persyaratan dalam mengajar matapelajaran tertentu guna peningkatan mutu pendidikan. Implementasi sistem pendukung keputusan ini diharapkan dapat mendukung serta membantu kerja kepala sekolah, sehingga nantinya akan didapatkan guru-guru yang memiliki kompetensi serta profesionalisme.

Oleh karena adanya permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dilakukanlah penelitian dibidang ANP multi criteria untuk SMK Global Informatika Tangerang dengan judul “MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS KRITERIA MAJEMUK DALAM PENENTUAN GURU PENGAJAR MATAPELAJARAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS : SMK GLOBAL INFORMATIKA TANGERANG)”.


(22)

5 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka didapat rumusan masalah yaitu:

a) Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan prioritas guru untuk mengajar matapelajaran tertentu setiap periode?

b) Elemen-elemen cluster apa sajakah yang dominan dalam menentukan prioritas guru untuk mengajar matapelajaran tertentu setiap periode? c) Guru manakah yang paling tepat untuk mengajar suatu matapelajaran

tertentu setiap periode?

1.2.2. Batasan Masalah

Agar Pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar jauh, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya pada pembahasan, yaitu :

1. Bagaimana menentukan guru untuk mengajar matapelajaran tertentu per periode.

2. Model pengambilan keputusan ini menggunakan metode analytical network process (ANP) dengan perangkat lunak SuperDecisions di SMK Global Informatika Tangerang pada tahun pelajaran 2010/2011.

3. Individu yang dijadikan responden mencakup Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.


(23)

6 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan tujuan dan manfaat bagi SMK Global Informatika Tangerang.

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai adalah :

Menentukan kemampuan guru matapelajaran dalam mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dalam melakukan penelitian di SMK Global Informatika Tangerang adalah :

1 Bagi Peneliti

a. Menerapkan ilmu –ilmu yang diperoleh selama kuliah. b. Mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi didunia kerja.

c. Untuk memenuhi syarat kelulusan strata satu (S1), Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2 Bagi SMK Global Informatika

a. Membantu SMK Global Informatika Tangerang untuk mempermudah pembuatan jadwal mengajar bagi staff kurikulum yang dilakukan per periodenya.

b. Dapat memberikan alternatif guru yang akan mengajar diluar kompetensi yang dimilikinya.


(24)

7 3 Bagi Universitas

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi dan menerapkan ilmunya, serta sebagai bahan evaluasi.

b. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja sebenarnya.

1.4. Metodologi Penelitian 1.4.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam menunjang proses penyusunan skripsi ini, dibutuhkan data-data sehubungan dengan permasalahan yang ada. Untuk mengumpulkan data yang benar-benar akurat maka peneliti memperoleh sumber data dan sebagai berikut :

1. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan yaitu dengan cara mengamati kegiatan belajar mengajar yang telah berjalan di SMK Global Informatika dan mencatat kelebihan serta kekurangan guru matapelajaran tersebut.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara langsung pada pihak sekolah, agar memperoleh data dan penjelasan yang tepat dan akurat, mengenai guru matapelajaran yang akan dianalisa sebagai bahan acuan.

3. Kuesioner

Peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada staf sekolah yang berhubungan dengan penentuan guru matapelajaran yang sedang berjalan. Di mana hasil dari pertanyaan tersebut mempunyai tujuan


(25)

8

untuk mengoptimalkan guru dalam mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4. Studi Pustaka (Library Reseach)

Penelitian yang dilaksanakan dengan cara membaca, mempelajari, meringkas dan membuat kesimpulan melalui buku-buku referensi yang dapat dijadikan acuan pembahasan dalam masalah ini.

5. Studi Literatur Sejenis

Peneliti mempelajari tiga penelitian yang sejenis sebagai bahan perbandingan dengan penelitian yang akan dibuat, sehingga analisa pengambilan keputusan yang dibuat lebih baik dari penelitian sebelumnya. Tiga penelitian tersebut diantaranya :

a. Iwan Vanany (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Analytic Network Process (ANP) Pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT. X)”.

b. Triwulandari S. Dewayana (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pemilihan Pemasok Cooper Rod Menggunakan Metode ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))”.

c. Fadjar Hutomo (2005) dalam penelitian yang berjudul “Multi Criteria Decision Model Menggunakan ANP/Rating Model – Linier Goal Programming (Studi Kasus : Pemilihan Proposal Investasi CPPU/PPU PT.Sarana Jatim Ventura)”.


(26)

9 1.4.2 Metode Analisis Penelitian

Analisis penelitian yang diterapkan pendukung keputusan ini, menggunakan metode analisis penelitian yang digunakan adalah Analytical Network Process (ANP), yang dikutip dalam buku Saaty (1999).

a) Analisis Deskriptif

Tahap ini merupakan tahap krisis dan sangat penting karena akan dapat menentukan proses dan data dalam menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi sekolah. Kesalahan pada tahap analisis akan menjadikan kesalahan pada tahap-tahap yang selanjutnya.

b) Metode ANP

Dimana tahapan ini menentukan hasil penelitian berdasarkan analisis yang telah dibuat.

1.5. Sistematika Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini pembahasan terbagi dalam lima bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan teori-teori yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, diantaranya teori-teori tentang ANP (Analytical Network Program), Decision Support


(27)

10

Framework, Perangkat Lunak SuperDecisions, penelitian terdahulu yang relevan, jurnal-jurnal, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Pembahasan ini meliputi metode pengumpulan data, metode analisis penelitian, teknik analisa data, dan kerangka penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN INTERPRETASI

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian berupa analisa statistik deskriptif, pengelompokkan data, hasil pengujian, interpretasi model, dan implikasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari bab pembahasan serta saran/harapan peneliti agar penelitian ini dapat diterima oleh semua pihak dan bermanfaat bagi SMK Global Informatika Tangerang.


(28)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Pada saat memasuki abad 21, terjadi perubahan besar bagaimana para manajer menggunakan dukungan komputerisasi dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem pendukung keputusan. Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support Systems (DSS) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur. DSS dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. DSS ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. SPK meluas dengan cepat, dari sekadar alat pendukung personal menjadi komoditas yang dipakai bersama (Turban, Aronson dan Liang, 2005).

Aplikasi DSS dapat terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: subsistem manajemen data, subsistem manajemen model dan subsistem antarmuka pengguna. Selain itu DSS juga bisa memiliki subsistem manajemen basis-pengetahuan yang mengukung subsitem-subsistem lainnya.

DSS banyak digunakan oleh orang-orang yang sudah terlatih dalam pekerjaannya dan juga oleh orang-orang yang membutuhkan suatu sistem yang sifatnya akan mendukung pekerjaannya tersebut. Lima tipe DSS, mencakup:

1. Communications-driven DSS 2. Data-driven DSS


(29)

12

3. Document-driven DSS 4. Knowledge-driven DSS 5. Model-driven DSS

2.1.1 Konsep Pengertian Keputusan

Ko sep pe gertia keputusa dapat dilihat dari dua perspektif. “ecara se pit,

keputusan adalah pilihan antara beberapa alternative. Namun, jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, keputusan mencakup proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi suatu situasi, mengidentifikasikan kebutuhan akan adanya suatu keputusan, mengidentifikasi tindakan atau solusi alternatif, memilih alternatif yang terbaik, yang paling tepat ataupun yang paling optimum, dan kemudian mengaplikasikan pilihan tersebut pada situasi yang telah diberikan.

Perkembangan yang ada saat ini adalah usaha dalam mengotomatisasi pembuatan keputusan tersebut. Otomatisasi ini merujuk pada penggunaan teknologi mencakup pemrosesan dengan menggunakan komputer untuk membuat suatu keputusan dan mengimplementasi proses keputusan yang telah terprogram. Otomatisasi keputusan ini terutama harus benar-benar dipertimbangkan untuk digunakan pada situasi atau permasalahan yang telah terstruktur dengan baik, terdefinisi dengan jelas, rutin dan sudah terprogram.

2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Simon (1977) ada tiga fase utama, yaitu Intelligence, Design dan Choice, kemudian Simon menambahkan fase keempat, yaitu Implementation. (Simon dalam Turban, Aronson dan Liang, 2005): Sebuah model konseptual dalam proses pengambilan keputusan digambarkan pada gambar II.2.


(30)

13

INTELLIGENCE

Ada Masalah? Identifikasi masalah atau kesempatan

DESIGN

Apa kemungkinan Alternatif?

CHOICE Apa yang harus dipilih?

IMPLEMENTATION Apakah alternatif terpilih

berhasil?

Membuat beberapa alternatif solusi dan melakukan uji kelayakan

Memilih alternatif "Terbaik" dan Mengambil Keputusan

Memonitor hasil dari keputusan yang diambil

Gambar II-1 Proses Pengambilan Keputusan (Simon, 1977)

1. Fase Intelligence

Intelligence dalam pengambilan keputusan meliputi analisa lingkungan, baik secara bertahap maupun berkesinambungan. Termasuk kegiatan mengidentifikasi masalah atau kesempatan (Termasuk juga memonitor hasil dari fase implementasi).

2. Fase Design

Fase ini meliputi kegiatan menemukan atau mengembangkan dan menganalisa kemungkinan alternatif solusi. Termasuk kegiatan memahami masalah dan menguji beberapa kemungkinan solusi. Sebuah model dari masalah dalam pengambilan keputusan dibangun, diuji dan divalidasi. Membuat model meliputi kegiatan mengkonseptualisasikan masalah dan menyederhanakannya kedalam bentuk kualitatif dan/atau kuantitatif.


(31)

14 3. Fase Choice

Choice adalah tahapan kritis dalam pengambilan keputusan. Pada fase inilah keputusan sebenarnya dibuat dan komitmen untuk mengikuti arah tertentu dari tindakan yang telah terpilih dilakukan. Batasan antara fase design dan fase choice seringkali tidak jelas karena ada beberapa aktivitas tertentu dapat dilakukan dalam kedua fase ini dan karena seringkali seseorang berpindah dari aktivitas choice ke aktivitas design.

Fase ini meliputi aktivitas mencari, mengevaluasi dan merekomendasikan sebuah solusi yang sesuai dengan model. Solusi terhadap sebuah model adalah sekumpulan nilai untuk beberapa variabel keputusan dalam sebuah alternatif terpilih.

4. Fase Implementation

Dalam fase ini, sebuah tindakan dilakukan sebagai bentuk realisasi dari pemilihan sebuah solusi dari masalah yang ada.

2.2. KETERAMPILAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam keterampilan pengambilan keputusan sama dengan teknik-teknik pengambilan keputusan. Teknik-teknik pengambilan keputusan berfungsi untuk membantu kita dalam membuat keputusan terbaik dikaitkan dengan ketersediaan informasi yang relevan. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan sebagai berikut :


(32)

15

Analisis pareto merupakan teknik yang sederhana, yang membantu kita dalam memilih perubahan tindakan yang akan kita ambil secara efektif. Analisis pareto merupakan sebuah teknik pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menemukan perubahan yang akan memberikan manfaat terbesar bagi pengambil keputusan.

Analisis pareto tidak hanya memberikan gambaran pada kita tentang masalah yang paling penting untuk diselesaikan, namun teknik tersebut juga memberikan sejumlah nilai yang memperlihatkan seberapa besar atau parah masalah tersebut.

2. Analisis perbandingan Sepasang (Paired Comparison Analysis)

Teknik analisis paired comparison merupakan metode yang baik untuk mengukur kepentingan relatif (relative importance) dari sejumlah alternatif solusi dan tindakan. Analisis ini memudahkan kita dalam menentukan keputusan kala skala prioritas dari masalah dan solusi tidak jelas.

Teknik ini menyediakan kerangka untuk membandingkan setiap solusi atau tindakan terhadap alternatif solusi atau tindakan lain, dan memperlihatkan pada kita perbedaan kepentingan antara alternatif solusi.

3. Analisis Jaringan (Grid Analysis)

Teknik analisis ini membantu kita dalam menentukan keputusan atas beberapa pilihan yang dihadapkan pada sejumlah faktor yang berbeda.

4. Teknik Implikasi Plus-Minus (Plus-Minus Implication, PMI)

Teknik pengambilan keputusan ini membantu kita dlam menentukan keputusan atas beberapa pilihan yang dihadapkan pada sejumlah faktor yang berbeda.


(33)

16

Analisis ini merupakan teknik yang berguna untuk melihat sejumlah kekuatan dan bila memungkinkan seluruh kekuatan, yang mendukung maupun menghalangi suatu tujuan atau rencana yang akan diputuskan. Pada dasarnya teknik ini memiliki gambaran yang membantu kita dalam mengidentifikasikan sejumlah yang daapt dibuat untuk memperbaiki rencana guna meningkatkan pengambilan keputusan yang baik.

6. Analisis Biaya dan Manfaat

Teknik ini merupakan teknik yang mudah digunakan untuk menentukan keputusan. Analisis ini dapat dilakukan hanya dengan menggunakan biaya dan manfaat keuangan saja.

2.3. Decision Support Framework

Gory dan Scott Morton (1971), yang mengkombinasikan hasil penelitian Simon (1977) dan Anthony (1965), mengajukan sebuah framework sebagai berikut :


(34)

17

Gambar di atas dibuat berdasarkan gagasan Simon yang menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan memiliki rentang keputusan dari yang paling terstruktur (disebut juga dengan istilah programmed) sampai pada keputusan yang paling tidak terstruktur (disebut juga dengan istilah nonprogrammed).

Proses terstruktur adalah rutinitas, dan biasanya merupakan masalah yang sering terjadi sehingga dibuatkan sebuah metode solusi yang standar. Proses yang tidak terstruktur adalah masalah yang fuzzy, kompleks sehingga tidak ada metode solusi yang cut-and-dried. Simon juga menggambarkan ada 3 fase dalam pengambilan keputusan, yaitu intelligence (mencari kondisi yang membutuhkan suatu keputusan), design (menemukan, membangun/mengembangkan, dan menganalisa kemungkinan arah tindakan) dan choice (memilih satu dari beberapa kemungkinan yang ada). Bila dalam beberapa fase tersebut (bukan semua) terdapat keputusan yang terstruktur maka Gorry dan Scott Morton menyebutnya dengan istilah semi terstruktur.

Pada masalah yang terstruktur, prosedur untuk mendapatkan solusi yang terbaik (atau paling tidak yang cukup baik) sudah diketahui. Sedangkan pada masalah yang tidak terstruktur, intuisi manusia seringkali menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

Dalam model pengambilan keputusan berbasis kriteria majemuk, diperlukan sebuah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah sebuah keputusan semiterstruktur, dimana dibutuhkan sebuah Decision Support System untuk mendukung keputusan yang diambil pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan berbasis kriteria majemuk. Keputusan yang akan


(35)

18

dihasilkan adalah sebuah strategic planning, berupa penentuan guru untuk mengajar suatu matapelajaran tertentu.

2.4. Tinjauan Pustaka 2.4.1 Penilaian Guru

Untuk menjadi seorang guru, dibutuhkan kriteria tertentu. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada bab IV mengenai Kualifikasi, Sertifikasi, dan Sertifikasi Guru dimana dalam pasal 8 dikatakan bahwa setiap guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D-IV dibuktikan dengan ijazah dan persyaratan relevansi pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan lulusan S1/D-IV jurusan/program studi PGSD/Psikologi/ Pendidikan lainnya, sedangkan guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK dipersyaratkan lulusan S1.

2.4.1.1. Administrasi Guru

Administrasi guru merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang sarana tentang kedisiplinan guru dalam mengajar. Administrasi guru dibuat mengacu pada PERMENDIKNAS RI No. 19, 20 dan 41 tahun 2007, yang berarti segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan para tenaga pengajar di sekolah secara efektif dan efesien agar tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.


(36)

19 1. Konfirmasi ketidakhadiran 2. Membuat laporan kinerja bulanan 3. Membuat program pembelajaran 4. Membuat buku penilaian

5. Mengisi absen harian 6. Mengisi agenda mengajar

2.4.1.2. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum berdasarkan PP RI No. 19 tahun 2005 pasal 28, PERMENDIKNAS RI No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.

Komponen yang dinilai meliputi : 1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.


(37)

20 2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu kompetensi yang berkaitan dengan kepribadian yang mantap, sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang berkaitan dengan berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam pengetahuan isi (content knowledge)  penguasaan :

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, matapelajaran, atau kelompok matapelajaran yang diampu.

b. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, matapelajaran, atau kelompok matapelajaran yang diampu.


(38)

21 2.4.1.3. Metode Guru Mengajar

Metode guru mengajar merupakan penilaian yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berdasarkan PERMENDIKNAS RI No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dan mengacu pada buku “The Seven Laws Of Teaching” (John Milton, 1995).

Metode guru mengajar adalah sebagian suatu cara atau jalan yang dilakukan guru dalam rangka proses kegiatan belajar-mengajar, sehingga individu yang diajar (dididik) akan dapat mencerna, menerima dan mampu mengembangkan bahan-bahan/materi yang diajarkannya.

Komponen yang dinilai meliputi : 1. Gaya dan penampilan mengajar 2. Interaksi dengan siswa

3. Kelengkapan dan kesesuaian materi 4. Kemampuan menyampaikan materi 5. Kesempatan bertanya dan diskusi 6. Memotivasi siswa

7. Pemberian tugas dan contoh soal

2.4.2 Pengaruh Kepribadian, Jenis Kelamin, Pengamatan Manusia dengan Cara Pengambilan Keputusan

2.4.2.1. Jenis Kepribadian (Tabiat)

Banyak penelitian yang mengindikasikan adanya hubungan yang kuat antara kepribadian dan pengambilan keputusan. Jenis kepribadian atau tabiat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap pencapaian tujuan, pemilihan


(39)

22

alternatif, penanganan resiko, dan reaksi yang dilakukan pada saat tertekan. Kepribadian juga mempengaruhi kemampuan pengambil keputusan dalam memproses informasi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang mendesak. Pengaruh kepribadian juga berdampak pada aturan dan pola komunikasi dari seorang pengambil keputusan.

2.4.2.2. Jenis Kelamin

Uji empiris secara psikologi mengindikasikan bahwa ada (sedikit) perbedaan dan persamaan jenis kelamin dalam pengambilan keputusan, termasuk faktor-faktor seperti keberanian, kualitas, kemampuan, penanganan resiko dan pola komunikasi (TURBAN, 2005).

(Powell, Johnson, 1995) mengamati bahwa decision support system dirancang dengan asumsi bahwa tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi orang dengan jenis kelamin yang berbeda mungkin saja mengambil keputusan dengan cara yang berbeda. Dalam review terhadap beberapa literatur, mereka menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dihubungkan dengan kemampuan dan motivasi, penanganan resiko dan kepercayaan diri, dan juga cara pengambilan keputusan. Menurut (Smith, 1999), kalaupun ada, perbedaan jenis kelamin sangat kecil (tidak signifikan). Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan tidak dapat memberikan kesimpulan yang cukup berarti, sehingga tidaklah bijaksana bila kita membedakan antara laki-laki atau perempuan sebagai pengambil keputusan yang terbaik atau terburuk.


(40)

23 2.4.2.3. Teori Pengamatan (Cognition Theory)

Pengamatan (Cognition) adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini adanya perbedaan antara pandangan secara internal terhadap lingkungan dan apa yang sebenarnya terjadi dalam sebuah lingkungan. Dengan kata lain, kemampuan untuk menanggapi dan mengerti informasi.

2.4.2.4. Gaya Pengamatan (Cognitive Style)

Gaya Pengamatan (Cognitive Style) adalah proses subjektif melalui bagaimana orang menanggapi, mengorganisasi dan merubah informasi selama proses pengambilan keputusan. Sering kali disebut dengan management style.

2.5. Metode Analytical Network Process (ANP)

Metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada. Model ini merupakan pengembangan dari AHP sehingga lebih memiliki kompleksitas dibanding metode AHP. Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty, 1999). Keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence). Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks dibanding metode AHP.


(41)

24

Menurut Saaty dalam (Ascarya, 2005) ANP digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol. ANP merupakan teori matematika yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan dependence dan feedback secara sistematis yang dapat menangkap dan mengkombinasi faktor-faktor tangible dan intangible.

Berbeda dengan Analytic Hierarchy Process (AHP), ANP dapat menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalam AHP. Konsep utama dalam ANP adalah influence „pengaruh‟, sementara konsep utama dalam AHP adalah preferrence „preferensi‟. AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus dari ANP (Ascarya, 2005).

Kelebihan ANP dari metodologi yang lain (AHP) adalah :

a. Kekuatan (power) Analytic Network Process (ANP) terletak dalam penggunaan rasio skala untuk menangkap semua jenis interaksi dan membuat prediksi yang akurat, dan bahkan lebih, untuk membuat keputusan yang lebih baik.

b. Kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan. c. Kesederhanaan metodologinya membuat ANP menjadi metodologi

yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam, seperti pengambilan keputusan, forecasting, evaluasi, mapping, strategizing, dan alokasi sumber daya.


(42)

25

d. Dibandingkan dengan metodologi AHP, ANP memiliki banyak kelebihan, seperti komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat, dan hasil yang lebih stabil. Perangkat lunak ANP (SuperDecisions) dan manual ANP juga mudah didapat secara free download.

e. ANP akan sangat membantu perusahaan dalam riset evaluasi dan pengambilan keputusan, terkait pengembangan organisasi & manajemen, produk, layanan dan marketing, karena akan lebih akurat dan sangat efisien.

Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sementara itu, pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya, yang sekarang disebut simpul (Gambar II.3).

Gambar II.3. Perbandingan Hierarki Linier dan Jaringan Feedback ( Ascarya 2005 )


(43)

26

Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada kriteria seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria. Oleh karena itu, hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil. Dari jaringan feedback pada gambar II.3 dapat dilihat bahwa simpul atau elemen utama dan simpul-simpul yang akan dibandingkan dapat berada pada cluster-cluster yang berbeda. Sebagai contoh, ada hubungan langsung dari simpul utama C4 ke cluster lain (C2 dan C3), yang merupakan outer dependence. Sementara itu, ada simpul utama dan simpul-simpul yang akan dibandingkan berada pada cluster yang sama, sehingga cluster ini terhubung dengan dirinya sendiri dan membentuk hubungan loop. Hal ini disebut inner dependence.

Elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi elemen pada cluster yang lain (outer dependence) dengan memperhatikan setiap kriteria. Akhirnya, hasil dari pengaruh ini dibobot dengan tingkat kepentingan dari kriteria, dan ditambahkan untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari masing-masing elemen ((Ascarya, 2005), 5)

2.5.1. Landasan ANP

ANP memiliki tiga aksioma yang menjadi landasan teorinya :

1. Resiprokal. Aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA,EB) adalah nilai pembandingan pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari elemen induknya C, yang menunjukkan berapa kali lebih banyak


(44)

27

elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka PC (EB,EA) = 1/Pc (EA,EB). Misalkan, jika A lima kali lebih besar dari B, maka B besarnya 1/5 dari besar A.

2. Homogenitas. Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang dibandingkan sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar, yang dapat menyebabkan kesalahan judgements yang lebih besar. 3. Aksioma ini menyatakan bahwa mereka yang mempunyai alasan

terhadap keyakinannya harus memastikan bahwa ide-ide mereka cukup terwakili dalam hasil agar sesuai dengan ekspektasinya.

2.5.2. Prinsip Dasar ANP

Prinsip-prinsip dasar ANP ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgements), dan komposisi hierarkis atau sintesis dari prioritas. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hierarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP.

Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pembandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Pembandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam suatu cluster dilihat dari cluster induknya.

Prinsip komposisi hierarkis atau sintesis diterapkan untuk mengalikan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas „global‟ dari


(45)

28

elemen induk, yang akan menghasilkan prioritas global seluruh hierarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah (biasanya merupakan alternatif).

2.5.3. Fungsi Utama ANP

Metodologi ANP memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut: 1. Melakukan strukturisasi pada kompleksitas

Dalam penelitiannya, (Saaty, 1999) menemukan adanya pola-pola yang sama dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia memecahkan sebuah kompleksitas dari masa ke masa. Dimana kompleksitas distruktur secara hierarkis ke dalam cluster-cluster yang homogen dari faktor-faktor.

2. Pengukuran ke dalam skala rasio.

Metodologi pengambilan keputusan yang terdahulu pada umumnya menggunakan pengukuran level rendah (pengukuran ordinal atau interval), sedangkan metodologi ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang membentuk hierarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setiap level pengukuran memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran interval tidak memiliki arti rasio, namun memiliki arti interval, ordinal, dan nominal. Pengukuran rasio diperlukan untuk mencerminkan proporsi. Untuk menjaga kesederhanaan metodologi, (Saaty, 1999) mengusulkan penggunaan


(46)

29

penilaian rasio dari setiap pasang faktor dalam hierarki untuk smendapatkan (tidak secara langsung memberikan nilai) pengukuran skala rasio. Setiap metodologi dengan struktur hieraki harus menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen diatas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas (atau bobot) dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. AHP/ANP menggunakan skala rasio pada semua level terendah dari hierarki/jaringan, termasuk level terendah (alternatif dalam model pilihan). Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi-aplikasi lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya.

3. Sintesis.

Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti mengurai entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena kompleksitas, situasi keputusan penting, atau prakiraan, atau alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif, kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih penting lagi dalam ANP adalah kemampuannya untuk membantu kita


(47)

30

dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan.

2.6. Perangkat Lunak SuperDecisions

SuperDecisions mengimplementasikan Analytic Network Process (ANP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty. Program ini ditulis oleh Tim ANP, bekerja untuk Yayasan Keputusan Creative. Berikut adalah gambaran menjalankan perangkat lunak SuperDecisions dengan model burger cukup terkenal.

Gambar II.4 Sample SuperDecisions

SuperDecisions yang digunakan untuk pengambilan keputusan dengan ketergantungan dan umpan balik (itu mengimplementasikan Analytic Network Process, ANP, dengan banyak tambahan). Masalah seperti itu sering terjadi dalam kehidupan nyata. SuperDecisions memperluas Analytic Hierarchy Process (AHP) yang menggunakan dasar yang sama proses prioritas berdasarkan prioritas yang


(48)

31

berasal melalui penilaian pada unsur pasang atau dari pengukuran langsung. Dalam AHP unsur-unsur tersebut diatur dalam struktur keputusan hierarki sementara ANP menggunakan satu atau lebih jaringan datar cluster yang mengandung unsur-unsur. Sebagian besar metode pengambilan keputusan menganggap kemerdekaan antara kriteria keputusan dan alternatif keputusan itu, atau hanya di antara kriteria atau diantara alternatif sendiri. Sementara ANP tidak dibatasi oleh asumsi-asumsi semacam itu. Hal ini memungkinkan untuk semua kemungkinan dan potensi dependensi.

ANP tidak membatasi pemahaman dan pengalaman manusia untuk pengambilan keputusan menjadi model yang sangat teknis yang tidak wajar dan dibuat-buat. Hal ini pada dasarnya merupakan formalisasi dari bagaimana orang-orang biasanya berpikir, dan membantu pembuat keputusan melacak proses sebagai kompleksitas masalah dan faktor-faktor keragaman meningkat. Kesaksian terbaik kekuatan dan keberhasilan aplikasi ANP adalah mereka yang telah dilakukan yang diperoleh prioritas yang berhubungan dengan jawaban yang dikenal di dunia nyata atau yang telah diprediksi hasil. Dari perspektif ini adalah pendekatan yang dapat dipercaya dan objektif untuk membuat keputusan berdasarkan prioritas dan pentingnya dengan yang satu memiliki pengalaman. Hal ini agak berbeda daripada membuat dugaan-dugaan mengenai probabilitas terjadinya beberapa metode pembuatan keputusan yang akan dilakukan.

2.7. Studi Literatur Sejenis

Analytic Network Process atau ANP merupakan pendekatan baru metode kualitatif. Diperkenalkan oleh Thomas Saaty pakar riset dari Pittsburgh


(49)

32

University, dimaksudkan untuk menyempurnakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan keputusan. Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan metode ANP, diantaranya yang tercatat dalam referensi hasil riset di bidang teknologi informasi adalah seperti:

Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Vanany (2003) membahas aplikasi Analytic Network Process (ANP) untuk mendukung pembobotan pada perancangan sistem pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Hasil penelitiannya adalah pembobotan dengan metode ANP menunjukkan adanya kulminasi nilai bobot pada perspektif finansial dari Strategy Map di PT. X.

“Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia” Saaty (2007), penelitian ini membuktikan bahwa ANP menjadi metodologi yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli dalam masalah yang diteliti. Penelitian ini juga membuktikan bahwa, kelebihan ANP dari AHP adalah komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat dan hasilnya lebih stabil.

“Multi Criteria Decision Model Menggunakan AHP/Rating Model – Linier Goal Programming (Studi Kasus : Pemilihan Proposal Investasi CPPU/PPU PT.Sarana Jatim Ventura)” Fadjar Hutomo (2005). Penelitian ini meneliti proses pengambilan keputusan pemilihan proposal investasi di


(50)

33

sebuah perusahaan modal ventura daerah, khususnya PT.Sarana Jatim Ventura.

Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Model AHP/Rating memberikan kerangka kerja yang logis, terstruktur dan koheren dalam melaksanakan sebuah proses pengambilan keputusan kelompok dimana proposal investasi dievaluasi dalam berbagai kriteria yang telah diprioritaskan. Kedua, pemanfaatan Model AHP/Rating untuk pengambilan keputusan pemilihan proposal investasi secara multikriteria dalam sebuah kelompok dapat memfasilitasi proses diskusi kelompok, meningkatkan kerjasama dan memperbaiki kualitas keputusan yang akan diambil. Ketiga, Model AHP – LGP yang terintegrasi memberikan keleluasaan dalam mengalokasikan sumber dana yang terbatas hanya kepada proposal investasi terpilih yang akan memaksimumkan keuntungan atau manfaat perusahaan.

Dari ketiga penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba mengikuti penelitian yang dilakukan oleh (Saaty, 2007) yang menggunakan ANP dalam “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah Indonesia”, peneliti mencoba menerapkan pada “Model Pengambilan Keputusan Berbasis Kriteria Majemuk Dalam Penentuan Guru Pengajar Matapelajaran Menggunakan Analytical Network Process (ANP) : Studi Kasus SMK Global Informatika Tangerang”, alasan peneliti menggunakan ANP dan perangkat lunak SuperDecisions adalah karena metodologi yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli dalam masalah yang diteliti.


(51)

34 2.8. Tinjauan Objek Penelitian 2.8.1 Gambaran Umum

2.8.1.1 Latar Belakang SMK Global Informatika Tangerang

Pada mulanya di kota Tangerang hanya ada satu SMK yang bergerak pada bidang pendidikan Informatika, karena kurang memadai kemudian didirikanlah SMK Global Informatika.

SMK Global Informatika Tangerang diresmikan oleh walikota Tangerang dan beralamat di Jalan Pesantren Al–Ma‟mur, Kreo Selatan, Kecamatan Larangan. SMK Global Informatika didirikan sejak tanggal 8 April 2006 atas prakarsa :

a. Bapak Drs. Jamal Lutfi b. Bapak Drs. Amrullah c. Bapak Drs. Basuni M.Z d. Bapak Drs. Muh. Sholeh, MM e. Bapak Calim Saputra, S.Sos

Tujuan :

a. Untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam bidang teknologi.

b. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam bidang pendidikan yang bergerak dalam bidang teknologi.

2.8.1.2 Visi dan Misi SMK Global Informatika a) Visi


(52)

35 b) Misi

1. Menciptakan situasi ilmu pengetahuan dan teknologi mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membiasakan diri sejak dini akrab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Menyelaraskan ilmu pengetahuan teknologi dan imtaq pada siswa.

2.8.1.3 Struktur Organisasi SMK Global Informatika Tangerang

Secara garis besar, organisasi adalah suatu hubungan wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan demi untuk mencapai tujuan yang sama dengan perencanaan yang baik dan terstruktur. Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi, merupakan salah satu hal yang sangat penting karena dengan memiliki struktur organisasi yang baik, fungsi dan manajemen akan dapat dijalankan dengan baik.

Dalam organisasi terdapat hubungan saling mempengaruhi satu bagian dengan bagia yang lainnya. Dan di sinilah peneliti tidak menerima secara detail dari seluruh struktur organisasi tetapi di sini peneliti hanya menerangkan struktur organisasi secara umum.


(53)

36

Gambar II.5. Struktur Organisasi SMK Global Informatika (wawancara, 06 Oktober 2009)

2.8.1.4 Tanggung Jawab dan Wewenang

Berikut ini adalah tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing jabatan, (wawancara, 06 Oktober 2009) :

1. Ketua Yayasan mempunyai tugas :

Mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan memimpin penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, mengarahkan atau mengendalikan kegiatan, pembinaan kesiswaan, menyediakan dana operasional dan mengadakan rapat serta mengambil keputusan cepat.

KEPALA SEKOLAH Drs. Jamal Lutfi

WALI KELAS WAKASEK KESISWAAN

Dra. Embay S.

SISWA WAKASEK KURIKULUM

Drs. Amrullah.

KEPALA TATA USAHA Calim Saputra, S.Sos BENDAHARA PUSAT

Drs. Basuni MZ

YAYASAN KESEJAHTERAAN UMAT ISLAM INDONESIA (YAKIIN)


(54)

37 2. Kepala Sekolah mempunyai tugas :

Melaksanakan program kerja dari pengurus yayasan, menjaga nama baik pengurus yayasan dan sekolah, menerima dana operasional pendidikan dari yayasan, mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, melaporkan hasil kinerja kegiatan sekolah kepada yayasan.

3. Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kurikulum) mempunyai tugas :

Membuat perencanaan dan mengkoordinasikan pembagian tugas-tugas guru per semester, merekap daya serap dan target pencapaian kurikulum per semester dan per tahun pelajaran, serta segala kegiatan yang berhubungan dengan urusan kurikulum dan pengajaran bidang intrakulikuler.

4. Wakil Kepala Sekolah (Bidang Kesiswaan) mempunyai tugas :

Merencanakan dan melaksanakan kegiatan aktivitas kesiswaan diantaranya mengurus OSIS, LDKS, terlaksananya kegiatan ekstrakulikuler, mengatur kegiatan perayaan hari-hari besar nasional.

5. Bendahara mempunyai tugas :

Melaksanakan administrasi dan mengatur pemasukan dan pengeluaran keuangan.

6. Kepala Tata Usaha mempunyai tugas :

Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan : Penyusunan program kerja tata usaha sekolah, Pengelolaan dan pengarsipan surat-surat masuk dan keluar, pengurusan administrasi sekolah, pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah, penyusunan administrasi sekolah meliputi kesiswaan dan ketenagaan, penyusunan dan penyajian


(55)

38

data/statistik sekolah secara keseluruhan, mengkoordinasikan dan melaksanakan 9 K, penyusunan laporan pelaksanaan secara berkala.

7. Wali kelas mempunyai tugas :

Bertugas mengelola kelas, bertanggung jawab atas kemajuan atau perkembangan prestasi siswa kepada orang tua, pengisan daftar kumpulan nilai siswa, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar da pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.

8. Dewan Guru mempunyai tugas :

Bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien secara optimal. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan penilaian belajar, ulangan harian dan semester.

9. Siswa mempunyai tugas :

Siswa/Siswi bertugas mengikuti proses belajar mengajar yang telah di program oleh sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

2.8.1.5 Jenis Mata Pelajaran

Jenis mata pelajaran terbagi menjadi:

Tabel II-1 Jenis Mata Pelajaran

No Mata Pelajaran

Kelas

X TKJ XI TKJ X MM XI MM XII MM

1. Agama V v v v v


(56)

39

3. Bhs. Indonesia V v v v v

4. Bhs. Inggris V v v v v

5. Matematika V v v v v

6. Seni Budaya V v v v v

7. Olahraga V v v v v

8. IPA V v v v v

9. IPS V v v v v

10. KKPI V v v v v

11. Kewirausahaan V v v v v

12. Memahami etimologi v

13. Memahami alir P3M v

14. Menerapkan P4K v

15. Merawat peralatan MM v

16. Prinsip seni grafis v

17. Menggabungkan teks v

18. Menggabungkan gambar 2D v

19. Menggabungkan fotografi digital v

20.

Menggabungkan audio pada multimedia

v

21. Membuat story board V v v v v

22. Mengoperasikan s/w MM v

23. Mengoperasikan s/w penyunting audio v


(57)

40

25. Mengoperasikan s/w efek visual v

26. Menerapkan teknik analog dan digital V

27.

Menerapkan fungsi periferal dan instalasi PC

V

28.

Mendiganosis permasalahan PC & periferal

V

29. Melakukan maintenance PC V

30. Melakukan maintenance periferal V

31. Melakukan perawatan PC V v

32. Melakukan instalasi sistem operasi v

33. Melakukan instalasi s/w V v

34. Melakukan instalasi jaringan LAN v

Jumlah jam pelajaran 42 jam 42 jam 42 jam 42 jam 42 jam

2.8.1.6 Latar Belakang Pendidikan Guru

Tabel II-2 Daftar Guru Pengajar

NO NAMA PENDIDIKAN JENIS KELAMIN KET

1 2 3 4 5

1 Drs. Jamal Lutfi S1 L PNS

2 Drs. Amrullah S1 L

3 Drs. Basuni MZ S1 L PNS


(58)

41

5 Nurcholis, S.Pd S1 L

6 Dra. Embay Sobariah S1 P

7 Doni Romdoni, S.Pd.I S1 L

8 Sibawaihi, S.Pd.I S1 L

9 Erika Nachrowi, S.Kom S1 L

10 Suhendi, S.Kom. S1 L

11 Drs. Sardi, MM S2 L PNS

12 H. Madroi, S.Kom. S1 L

13 Ary Bowo, S.Pd S1 L

14 Drs. Jumei Suryo S1 L

15 Rofikoh, S.Pd S1 P

16 Choirunnisa, S.Pd S1 P

17 Endah Trisnawati, S.Pd S1 P

18 Warsa Djumiarsa, SE S1 L

19 Seno, S.Pd S1 L

2.8.2 Hipotesis

Dengan terjadinya kesesuaian antara Kuesioner SuperDecisions yang dilakukan oleh Kepala SMK Global Informatika Tangerang dengan Wakil Kepala SMK Global Informatika Tangerang maka akan didapatkan guru pengajar dalam

mengajar matapelajaran tertentu, dan guru tersebut dibuatkan SK (surat keterangan) mengajar setiap periode.


(59)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data 6. Observasi (Pengamatan)

Pada metode observasi, peneliti mengadakan peninjauan dan penelitian langsung di SMK Global Informatika Tangerang untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Pelaksanaan Penelitian sebagai berikut :

1) Waktu

Waktu Pelaksanaannya dilaksanakan selama Oktober 2010 sampai bulan Januari 2011.

2) Tempat

Tempat yang menjadi Objek penelitian adalah : Tempat : SMK Global Informatika Tangerang Alamat : Jl. Pesantren Kreo Selatan Larangan

Kota Tangerang 15156 Telp : 021-737 5229

3) Objek Pengamatan

1. Ruang kelas, ruang guru dan ruang Kepala Sekolah.

2. Mengamati kegiatan belajar mengajar di SMK Global Informatika 3. Proses penentuan guru matapelajaran.

4. Mencatat kelebihan serta kekurangan guru matapelajaran tersebut.

7. Wawancara

Pada wawancara kali ini peneliti mewawancarai Kepala Sekolah SMK Global Informatika Tangerang Bapak Drs. Jamal Lutfi mengenai data-data guru pengajar.

Peneliti melakukan wawancara langsung pada pihak sekolah, agar memperoleh data dan penjelasan yang tepat dan akurat, mengenai guru matapelajaran yang akan dianalisa.


(60)

43 8. Kuesioner

Metode ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada staff guru SMK Global Informatika. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui tentang proses belajar mengajar di SMK Global Informatika Tangerang, berupa administrasi guru, kompetensi guru dan metode guru mengajar dapat dilihat di lampiran..

9. Studi Literatur Sejenis

Pada metode literatur sejenis, peneliti membandingkan research yang sejenis, pada penelitian sebelumnya, di antaranya :

d. Iwan Vanany (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Analytic Network Process (ANP) Pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT. X)”. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Vanany (2003) membahas aplikasi Analytic Network Process (ANP) untuk mendukung pembobotan pada perancangan sistem pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Hasil penelitiannya adalah pembobotan dengan metode ANP menunjukkan adanya kulminasi nilai bobot pada perspektif finansial dari Strategy Map di PT. X.

e. Triwulandari S. Dewayana (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pemilihan Pemasok Cooper Rod Menggunakan Metode ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))”. penelitian ini membuktikan bahwa ANP menjadi metodologi yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli dalam masalah yang diteliti. Penelitian ini juga membuktikan bahwa, kelebihan ANP dari AHP adalah komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat dan hasilnya lebih stabil.


(61)

44

f. Fadjar Hutomo (2005) dalam penelitian yang berjudul “Multi Criteria Decision Model Menggunakan ANP/Rating Model – Linier Goal Programming (Studi Kasus : Pemilihan Proposal Investasi CPPU/PPU PT.Sarana Jatim Ventura)”. Penelitian ini meneliti proses pengambilan keputusan pemilihan proposal investasi di sebuah perusahaan modal ventura daerah, khususnya PT.Sarana Jatim Ventura.

Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Model AHP/Rating memberikan kerangka kerja yang logis, terstruktur dan koheren dalam melaksanakan sebuah proses pengambilan keputusan kelompok dimana proposal investasi dievaluasi dalam berbagai kriteria yang telah diprioritaskan. Kedua, pemanfaatan Model AHP/Rating untuk pengambilan keputusan pemilihan proposal investasi secara multikriteria dalam sebuah kelompok dapat memfasilitasi proses diskusi kelompok, meningkatkan kerjasama dan memperbaiki kualitas keputusan yang akan diambil. Ketiga, Model AHP – LGP yang terintegrasi memberikan keleluasaan dalam mengalokasikan sumber dana yang terbatas hanya kepada proposal investasi terpilih yang akan memaksimumkan keuntungan atau manfaat perusahaan.

Dari ketiga penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Triwulandari S. Dewayana (2009) yang menggunakan ANP dalam “Pemilihan Pemasok Cooper Rod Menggunakan Metode ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))”., peneliti mencoba menerapkan pada “Model Pengambilan Keputusan Berbasis Kriteria Majemuk Dalam Penentuan Guru Pengajar Matapelajaran Menggunakan Analytical Network Process (ANP) : Studi Kasus SMK Global Informatika Tangerang”, alasan peneliti menggunakan ANP dan perangkat lunak SuperDecisions adalah karena metodologi yang lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif yang beragam. Kecukupan data dalam ANP tidak menjadi syarat. Hal yang penting adalah responden harus menguasai/ahli dalam masalah yang diteliti.


(62)

45 10.Studi Pustaka (Library Reseach)

Peneliti melakukan kajian studi pustaka dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan data atau fakta yang bersifat teoritis yang diperoleh dengan cara mempelajari literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian, bahan kuliah dan sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang peneliti bahas.

Selain itu, peneliti juga mengunjungi website yang berhubungan dengan skripsi ini. Adapun daftar buku dan website yang menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini dapat dilihat pada daftar pustaka.

3.2 Metode Analisis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam dan lengkap dari obyek yang

akan diteliti dengan melakukan pengamatan serta wawancara langsung di lapangan.

Dalam penelitian ini untuk menentukan guru pengajar, digunakan penilaian dari kuesioner SuperDecisions berupa penilaian dari responden ahli yang akan diolah dengan metode ANP dan perangkat lunak SuperDecisions. Melalui perangkat lunak dan metode ini, akan dihasilkan prioritas nama guru tertentu yang sesuai dalam mengajar. Kesesuaian antar responden ahli akan diukur berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Kepala SMK Global Informatika Tangerang.

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan Analytic Network Process (ANP). Analisis deskriptif dilakukan melalui penyajian rangkuman hasil survey dan identifikasi dalam bentuk tabulasi dan/atau grafik.

Dengan analisis ini akan digambarkan kondisi pengambilan keputusan di SMK Global Informatika Tangerang pada saat ini. Sedangkan ANP digunakan

sebagai instrumen untuk menentukan prioritas kebijakan dalam menentukan guru pengajar.


(63)

46 3.2.2 Metode ANP

Pada tahap ini peneliti memberikan gambaran hasil dari pengujian setelah dilakukan analisa menggunakan metode ANP dengan bantuan perangkat lunak SuperDecisions.

3.3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu : 1. Pemilihan Tema, Topik dan Judul Penelitian

2. Identifikasi Kebutuhan Obyektif Penelitian

3. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah Penelitian 4. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian

5. Studi Pustaka/Telaah Teori 6. Perumusan Hipotesis

7. Identifikasi Variabel dan Data Penelitian 8. Pemilihan Alat Pengumpulan Data 9. Perancangan Pengolahan Data 10. Metode Pengumpulan Data 11. Pengolahan dan Analisis Data 12. Penarikan Kesimpulan


(64)

47 3.4. Kerangka Pemikiran

Gambar II.6 Kerangka Konsep Pemikiran

Dalam menentukan seorang guru pengajar yang sesuai, diperlukan suatu penilaian guru, yang diambil dari Kuesioner SuperDecisions. Kuesioner SuperDecisions didapatkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner ke Kepala SMK Global Informatika Tangerang dan 3 orang Wakil Kepala SMK Global Informatika Tangerang. Kuesioner yang diberikan ke Kepala SMK Global Informatika Tangerang berupa multicriteria yang terdiri dari administrasi guru, kompetensi guru, metode guru mengajar, matapelajaran dan guru matapelajaran yang berjumlah 3 orang serta wawancara mengenai pendapat kepala sekolah tentang guru pengajar tersebut. Kuesioner yang diberikan ke 3 orang Wakil Kepala SMK Global Informatika Tangerang berupa administrasi guru, kompetensi guru, metode guru mengajar, matapelajaran dan guru matapelajaran yang berjumlah 3 orang. Data tersebut diolah dengan metode ANP

Kuesioner yang diolah dengan SuperDecisions yang dilakukan

oleh ketiga wakil kepala SMK Global Informatika

Mata Pelajaran

Guru Mata Pelajaran

Kuesioner yang diolah dengan SuperDecisions yang dilakukan oleh Kepala SMK

Global Informatika

Multicriteria berupa

Administrasi guru, kompetensi guru, dan metode guru mengajar

Pendapat Kepala Sekolah berdasarkan interview Metode Guru Mengajar Kompetensi Guru Administrasi Guru

Sesuai? Maka akan dibuatkan SK

Mengajar


(65)

48

dan perangkat lunak SuperDecisions. Jika hasil pengolahan kuesioner SuperDesicions yang dilakukan oleh ketiga orang Wakil Kepala SMK Global Informatika Tangerang sesuai dengan hasil pengolahan kuesioner SuperDecisions yang dilakukan oleh Kepala SMK Global Informatika Tangerang maka akan dihasilkan SK (surat keterangan) Mengajar setiap periode.


(66)

49

BAB IV

PEMBAHASAN ANALISIS

4.1. Pengelompokkan Data

4.1.1. Kriteria Dalam Menentukan Guru Pengajar

Menurut PERMENDIKNAS No. 18 dan No. 40 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan dan mengacu pada PERMENDIKNAS No. 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan, maka penilaian guru pengajar pada SMK Global Informatika Tangerang dilakukan oleh 3 pihak, yaitu :

a) Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana

Sesuai dengan studi kasus yaitu penentuan guru pengajar, maka wakil kepala sekolah bidang sarana memberikan penilaian tentang Administrasi Guru.

b) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Dalam hal ini wakil kepala sekolah bidang kurikulum memberikan penilaian tentang Kompetensi Guru dalam mengajar.

c) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan memberikan penilaian tentang Metode Guru Mengajar.

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawacara dan kuesioner, maka setiap kriteria/cluster mempunyai elemen/node tersendiri dalam menentukan guru pengajar, dalam hal ini adalah guru pengajar matapelajaran tertentu. Kriteria/cluster tersebut adalah :

a) Administrasi Guru

i.Konfirmasi ketidakhadiran ii.Membuat laporan kinerja bulanan iii.Membuat penilaian siswa

iv.Membuat program pembelajaran v.Mengisi absen harian

vi.Mengisi agenda mengajar b) Kompetensi Guru


(67)

50 i.Kompetensi Kepribadian

ii.Kompetensi Pedagogik iii.Kompetensi Profesional iv.Kompetensi Sosial

c) Metode Guru Mengajar

i.Gaya dan penampilan mengajar ii.Interaksi dengan siswa

iii.Kelengkapan dan kesesuaian materi iv.Kemampuan menyampaikan materi

v.Kesempatan bertanya dan diskusi vi.Memotivasi siswa

vii.Pemberian tugas dan contoh soal

4.1.2. Standar Penilaian Per Node Dalam Cluster

Berdasarkan hasil interview ke masing-masing wakil kepala sekolah, maka setiap node dalam cluster mempunyai bobot masing-masing. Berikut adalah bobot masing-masing node dalam cluster :

a) Administrasi Guru

Tabel IV.1

Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Administrasi Guru

Node Peringkat

Kepentingan

Membuat program pembelajaran 1

Membuat penilaian siswa 2

Membuat laporan kinerja bulanan 3

Konfirmasi ketidakhadiran 4

Mengisi agenda mengajar 5

Mengisi absen 6

b) Kompetensi Guru


(68)

51

Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Kompetensi Guru

Node Peringkat Kepentingan

Kompetensi Pedagogik 1

Kompetensi Kepribadian 2

Kompetensi Sosial 3

Kompetensi Profesional 4

c) Metode Guru Mengajar

Tabel IV.3

Peringkat Kepentingan Node dalam Cluster Metode Guru Mengajar

Node Peringkat

Kepentingan Kelengkapan dan kesesuaian materi 1 Kemampuan menyampaikan materi 2 Gaya dan penampilan mengajar 3

Memotivasi siswa 4

Interaksi dengan siswa 5

Kesempatan bertanya dan diskusi 6 Pemberian tugas dan contoh soal 7

Untuk menentukan guru pengajar matapelajaran tertentu, dibutuhkan beberapa kriteria ideal dari semua node-node yang terkait dalam penilaian, sebagai standar kriteria. Berdasarkan hasil interview dan kuesioner, masing-masing wakil kepala sekolah menentukan angka standar node ideal sebagai berikut :

Administrasi Guru : 3 node terbesar dari seluruh node. Kompetensi Guru : 2 node terbesar dari seluruh node. Metode Guru Mengajar : 4 node terbesar dari seluruh node. 4.1.3. Data Alternatif

Data alternatif diambil dari data guru pengajar suatu matapelajaran di tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan matapelajaran tersebut, hanya diambil


(69)

52

3 nama guru sebagai perbandingan dalam pengujian. Dan untuk hasil perbandingan beberapa node dalam Administrasi Guru diambil berdasarkan acuan dari Guru Tahun Pelajaran 2010/2011. Node yang dimaksud adalah : Membuat program pembelajaran, Membuat penilaian siswa dan Membuat laporan kinerja bulanan.

4.2. Analisis Deskriptif 4.2.1 Metode ANP

Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sementara itu, pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki node dan alternatif di dalamnya, yang sekarang disebut simpul. Berikut adalah gambar metode ANP dalam penentuan guru pengajar matapelajaran tertentu melalui perangkat lunak SuperDecisions :

Gambar IV.1 ANP Dalam Penentuan Guru Pengajar

Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada node seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, node-node itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada sesama node. Sementara itu, feedback meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements dan membuat prediksi menjadi lebih akurat. Oleh


(1)

108

SINTESIS

PRIORITIES

KOMPETENSI GURU

FULL REPORT


(2)

109

SINTESIS

PRIORITIES

METODE GURU MENGAJAR

FULL REPORT


(3)

110

SINTESIS


(4)

111

KEPALA SEKOLAH

PERBANDINGAN CLUSTER OLEH KEPSEK


(5)

112


(6)