6. Satelit Jason-2 7. Koreksi pada Pengukuran Satelit Altimetri

commit to user Tabel 2.2. Karakteristik dari satelit Jason-1 NASA, 2001 Karakteristik Data Design lifetime 3 tahun Ukuran 95,4 cm x 95,4 cm x 100 cm Panel surya 2 buah 1,5 m x 0,8 m Power 450 Watt Massa 500 kg Tinggi referensi ekuatorial 1336 km Periode satu lintasan orbit 9,9156 hari Jarak antar lintasan pada ekuator 315 km Kecepatan di orbit 7,2 kmdetik Mengamati variasi lautan global merupakan misi utama dari Jason-1. Orbit dari Jason-1, yang identik dengan TopexPoseidon, dapat mencakup 90 dari seluruh lautan di dunia setiap 9,9156 hari. Dalam klimatologi dan prediksi iklim data altimetrik sangat dibutuhkan dalam mempelajari dan memprediksi iklim, pada fenomena-fenomena seperti El Nino dan La Nina.

II. 6. Satelit Jason-2

Satelit Jason-2 yang diluncurkan pada tanggal 20 Juni 2008 yang mempunyai misi yang sama dengan pendahulunya Jason-1 yaitu untuk mengamati tinggi muka air laut secara global. Orbit dari satelit ini sama dengan orbit Jason-1 sehingga kedua satelit ini bekerja secara tandem atau bekerja bersama dalam 1 orbit. Periode 1 kali mengelilingi bumi yaitu 10 hari. Instumen yang terdapat pada Jason-2 pada dasarnya sama dengan instrumen yang terdapat pada Jason-1 hanya lebih diperbarui teknologinya. Karakteristik dari satelit Jason-2 digambarkan dalam tabel berikut ini : commit to user Tabel 2.3. Karakteristik dari satelit Jason-2 NASA, 2008 Karakteristik Data Design lifetime 3 tahun Ukuran 100 cm x 100 cm x 370 cm Panel surya 2 buah 1,5 m x 0,8 m Power 620 Watt Massa 505 kg Tinggi referensi ekuatorial 1336 km Periode satu lintasan orbit 9,9156 hari Jarak antar lintasan pada ekuator 315 km Kecepatan di orbit 7,2 kmdetik

II. 7. Koreksi pada Pengukuran Satelit Altimetri

Dalam proses pengukuran satelit altimetri masih dipengaruhi oleh beberapa gangguan atau noise yang terjadi pada atmosfer maupun pada permukaan bumi. Hal tersebut tidak dapat dihindari dan harus dihilangkan. Oleh karena itu dibutuhkan koreksi untuk mengeliminasi gangguan tersebut. Koreksi yang digunakan pada pengukuran satelit altimetri antara lain NASA CNES, 2003: 1. Koreksi Troposfer Koreksi pada media rambat perlu dilakukan karena adanya gangguan selama gelombang melewati atmosfer. Pada koreksi troposfer ini meliputi koreksi troposfer kering dry troposphere correction dan koreksi troposfer basah wet troposphere correction. Kecepatan rambat sinyal diperlambat oleh gas dan jumlah uap air di troposfer. Gas kering memberikan kontribusi kesalahan perhitungan ketinggian mendekati konstan yaitu sekitar -2,3 m. Uap air pada troposfer bervariasi dan tidak bisa diprediksi, memberikan kesalahan perhitungan ketinggian -6 cm sampai -40 cm. Namun kesalahan tersebut dapat dikoreksi, rentang koreksi troposfer kering berdasarkan perhitungan tekanan dikalikan commit to user dengan -2,277 mmmbar. Adapun persamaan dari koreksi troposfer kering ditunjukkan oleh persamaan dibawah ini NASA CNES, 2003: dry corr = -2,277. P atm . 1 + 0,0026 . cos2 phi 2.13 Dimana P atm adalah tekanan pada atmosfer dalam mbar, phi merupakan lintang dan koreksi troposfer kering dalam mm. Uap air juga mempengaruhi jalannya sinyal di troposfer. Untuk mengoreksi gangguan tersebut dengan memperkirakan pengukuran uap air dengan frekuensi 22,2356 GHz. Pada Jason-1 Microwave Radiometer JMR menggunakan frekuensi 23,8 GHz untuk mengukur pengaruh uap air di troposfer, sedangkan 18,7 GHz digunakan untuk mengurangi pengaruh kecepatan angin dan 34 GHz mengurangi pengaruh atmosfer lainnya pengaruh mendung. 2. Koreksi Ionosfer Kecepatan rambat sinyal di ionosfer juga diperlambat oleh adanya pengaruh besarnya kerapatan elektron bebas pada ionosfer di bumi yang sering disebut Total Electron Content TEC. Besarnya densitas elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer ini bergantung pada besarnya intensitas radiasi matahari serta densitas gas pada lapisan tersebut Abidin, 2001. Untuk mempekecil pengaruhnya maka perlu koreksi ionosfer dengan menggunakan sinyal Ku band dengan frekuensi 13,575 GHz sehingga diperoleh koreksi sebesar ± 0,5 cm. NASA CNES, 2003 3. Pembiasan Gelombang Laut Sea State Bias Bias ini dikarenakan bentuk dan tinggi muka air laut yang selalu bergerak dan sangat heterogen. Sehingga gelombang laut dapat menghamburkan sinyal yang dipancarkan oleh satelit. Untuk mengoreksi adanya pembiasan gelombang laut digunakan sinyal Ku band dan C band yang dipancarkan, koreksi akibat pengaruh gelombang air laut sekitar 1-2 cm NASA CNES, 2003. 4. Efek Pasang Surut Efek pasang surut pasut sangat mempengaruhi dalam pengambilan data sea surface height SSH. Efek pasang surut terdiri dari geocentric ocean commit to user tidepasut lautan GOT, load tide, solid earth tidepasut daratan SET and the pole tidepasut kutub PT. secara keseluruhan efek pasang surut dapat dihitung melalui persamaan dibawah ini NASA CNES, 2003 : Tide Effect = GOT+SET+PT 2.14 5. Efek Inversi Barometer Tekanan atmosfer yang dapat naik ataupun turun dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan data. Dimana pengaruh tersebut ketika tekanan naik 1 mbar maka mempengaruhi kenaikan permukaan air laut 1 cm. sehingga inversi barometer dapat dihitung melalui persamaan NASA CNES, 2003 : IB= -9,948 P_atm - P 2.15 Dimana faktor skala 9,948 adalah nilai empiris, P_atm nilai tekanannya dan P nilai tekanan rata – rata.

II. 8. Mean Sea Level dan Geoid