Tujuan Penelitian Keanekaragaman Spesies

yang merupakan bekas kegiatan perambahan. Di sisi lain areal hutan primer yang tersisa juga terus mengalami tekanan yang diakibatkan oleh pembuatan jalan dan perambahan. Penggunaan jaring kabut dan penandaan merupakan salah satu metode pengumpulan data keanekaragaman burung yang disarankan untuk digunakan di daerah tropis terutama untuk burung-burung yang hidup di bawah tajuk yang biasanya pemalu Gibbons Gregory 2006; Gregory et al. 2004; Bibby et al. 1998. Metode ini mampu menghilangkan bias kemampuan pengamat yang umum terjadi pada metode lain. Penandaan pada burung juga memungkinkan dilakukannya monitoring terhadap populasi. Meskipun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran mesh jaring kabut memiliki bias terhadap ukuran dan bobot burung Pardieck Waide 1992. Pemilihan lokasi pemasangan jaring kabut juga berpengaruh terhadap komposisi burung yang tertangkap Rahman 2002.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk: 1. Membandingkan keanekaragaman spesies burung di bawah tajuk pada tipe hutan primer dan sekunder. 2. Membandingkan keanekaragaman spesies burung di bawah tajuk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: jarak dari tepi, bukaan tajuk canopy openness, tutupan tajuk canopy cover, kepadatan vegetasi dan kelimpahan artropoda. 1.3.Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah: 1. Keanekaragaman spesies burung lebih rendah di hutan sekunder. 2. Keanekaragaman spesies burung lebih rendah dengan bertambahnya jarak dari tepi hutan menuju bagian interior. 3. Keanekaragaman spesies burung lebih tinggi pada daerah dengan tingkat bukaan tajuk yang tinggi. 4. Keanekaragaman spesies burung lebih tinggi pada daerah dengan tingkat tutupan tajuk yang tinggi. 5. Keanekaragaman spesies burung lebih tinggi pada daerah dengan tingkat kepadatan vegetasi yang tinggi. 6. Keanekaragaman spesies lebih tinggi pada daerah dengan kelimpahan artropoda yang tinggi. 1.4.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dalam mengidentifikasi tingkat gangguan habitat yang diakibatkan oleh aktivitas lain di sekitar kawasan konservasi. Informasi ini sangat penting berkaitan dengan upaya pencegahan dan pemulihan kerusakan habitat di sekitar dan di dalam kawasan. Selain itu pemasangan cincin pada burung-burung yang tertangkap juga dapat dijadikan data dasar dalam pengukuran tingkat survivorship burung-burung di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keanekaragaman Spesies

Spesies merupakan unit terkecil ekologi yang paling mudah dikenal dan dapat dibedakan satu sama lain Meffe Carrol 1994. Primack et al. 1998: 8 menyatakan bahwa “spesies merupakan kumpulan individu yang secara morfologi, fisiologi atau biokimia berbeda dari kelompok lain dalam hal ciri-ciri tertentu”. Spesies juga merupakan individu yang memiliki komponen genetik yang berbeda Futuyma 1986. Keanekaragaman spesies dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu keanekaragaman alfa, beta dan gamma Primack et al. 1998; Meffe Carrol 1994; Wiens 1989; Pianka 1983. Keanekaragaman alfa dikenal sebagai keanekaragaman titik atau sensus. Keanekaragaman beta merupakan ukuran keanekaragaman antar lokasi dalam suatu wilayah geografis, sedangkan keanekaragaman gamma merupakan keanekaragaman pada tingkat bentang alam. Keanekaragaman spesies seringkali digunakan untuk mengetahui kestabilan suatau komunitas Ives 2007; Begon et al. 2006. Spesies yang beragam di dalam komunitas akan membentuk suatu hubungan yang kompleks satu sama lain. Hubungan yang kompleks ini mengakibatkan suatu komunitas akan lebih tahan terhadap gangguan dibandingkan dengan komunitas dengan hubungan yang sederhana. Oleh karena itu semakin tinggi keanekaragaman spesies akan meningkatkan kestabilan suatu komunitas.

2.2. Guild