Epidemiologi Hubungan gagal jantung kronis dengan anemia Patofisiologi anemia pada gagal jantung kronis

Tabel 2.2 Lichtin, 2008

2.3 Anemia pada penyakit gagal jantung kronis

2.3.1 Epidemiologi

Anemia adalah umum pada pasien dengan gagal jantung kronis CHF dengan kejadian berkisar antara 4 sampai 55 tergantung pada populasi diteliti. Beberapa studi telah menyoroti bahwa prevalensi anemia meningkat dengan memburuknya Membran perubahan, mengakuisisi Hypophosphatemia Paroksismal nokturnal hemoglobinuria Stomatocytosis Membran perubahan, bawaan Herediter elliptocytosis Herediter spherocytosis Gangguan metabolism kekurangan enzim Embden-Meyerhof jalur cacat Defisiensi G6PD Hemoglobinopathies Hb C penyakit Penyakit Hb E Hb SC penyakit Hb S- β-penyakit talasemia Penyakit sel sabit Hb S Thalassemia β, β - δ, dan α Universitas Sumatera Utara gagal jantung seperti tercermin dari klasifikasi New York Heart Association Sandhu et al, 2010. Anemia paling sering pada pasien dengan klasifikasi NHYA kelas III atau kelas IV dan pasien gangguan ginjal Murphy, 2008. Pasien dengan gagal jantung kronis CHF memiliki masalah anemia, penurunan jumlah sel darah merah RBC, komponen darah yang membawa oksigen Romeo et al, 2010.

2.3.2 Hubungan gagal jantung kronis dengan anemia

Patofisiologi anemia adalah multifaktorial dan berhubungan dengan berbagai faktor seperti; hemodilusi, kerugian besi dari obat anti-platelet, aktivasi dari kaskade inflamasi, kerugian urin erythropoietin dan insufisiensi ginjal terkait Sandhu et al, 2010. Angiotensin-converting enzyme inhibitors ACE inhibitor yang dipreskripsi pada pasien gagal jantung juga berkaitan dengan kekurangan hemoglobin melalui supresi produksi eritropoietin. Selain itu, sitokin proinflamasi seperti interleukin-1 dan -6 dan juga tumor nekrosis faktor-a dapat elevasi pada gagal jantung yang kronis dimana dapat menyebabkan pengurangan eritropoietin Murphy, 2008. Bahkan, seperti tingkat keparahan CHF berlangsung, temuan kenaikan anemia, dan anemia berat karena sebab apapun bisa memperburuk CHF Romeo et al, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Patofisiologi anemia pada gagal jantung kronis

\ Anemia pada CHF kemungkinan disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor,termasuk: 1. Gagal ginjal kronis di mana produksi EPO di ginjal tidak tepat rendah untuk tingkat anemia. 2. Peningkatan sitokin diuraikan dalam CHF seperti alpha faktor tumor nekrosis dan IL6, yang menyebabkan empat kelainan hematologi: mengurangi produksi EPO di ginjal, kegiatan berkurangnya EPO dalam sumsum tulang, hepcidin- diinduksi kegagalan penyerapan zat besi dari usus, dan hepcidin- diinduksi perangkap besi di makrofag. Hepcidin adalah suatu protein dilepaskan dari hati oleh IL6. Menghambat ferroportin protein, yang ditemukan dalam usus GAGAL JANTUNG SUMSUM TULANG GINJAL TERAPI ACE- INHIBITOR HEMODILUSI Peningkatan inflamasi interleukin 6, tumor necrosis factor alpha Kurang perfusi Renin- angiotensin sistem activation Peningkatan volume Kurang sekresi erythropoietin EPO Peningkatan atau kekurangan produksi EPO Kurang efek EPO Kekurangan precursor eritroid ANEMIA Universitas Sumatera Utara dan di makrofag dan bertanggung jawab untuk pelepasan besi dari kedua jenis sel ke dalam darah. Karena itu, jika ferroportin ini dihambat, zat besi tidak diserap dari usus dan tidak dibebaskan dari penyimpanan dalam makrofag. Hasilnya adalah zat besi serum rendah dan penurunan pengiriman besi ke sumsum tulang, sehingga menyebabkan anemia kekurangan zat besi. 3. Penggunaan ACE inhibitor dan angiotensin reseptor blockers, yang keduanya dapat menyebabkan penurunan aktivitas EPO dalam sumsum tulang karena angiotensin adalah stimulator dari erythropoiesis. ACE inhibitor juga meningkatkan tingkat erythropoietic inhibitor dalam darah, menghambat eritropoiesis lebih lanjut. 4. Diabetes di mana sel-sel yang memproduksi EPO di ginjal dapat rusak dini oleh glikosolasi. 5. Hemodilusi. 6. Masalah gastrointestinal seperti pendarahan dari aspirin, tumor ganas, polip atau esophagitis, atau penyerapan zat besi berkurang akibat gastritis atrofi. Iyengar dan Abraham, 2005 Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian